KH Ali Maschan Moesa adalah Pengasuh Pesantren Luhur Al-Husna Wonocolo, Surabaya. Kegiatan harian adalah mengajar di pesantren dan juga mengisi pengajian hingga kajian di berbagai tempat.
Kala masih diamanahi sebagai Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur yang tentu saja sebelum virus Corona, jam terbangnya demikian tinggi. Hadir menyapa pengurus NU di kabupaten dan kota, juga tentu saja pengajian umum di berbagai pelosok.
ADVERTISEMENT BY OPTAD
Biasanya usai shalat Magrib berjamaah di pesantrennya, guru besar Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya tersebut bersiap menghadiri pengajian. Memastikan bisa sampai sebelum panitia panik lantaran acara segera dimulai.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
Dan di antara kegemaran Pak Ali, panggilan hariannya adalah singgah di warung dan sejumlah pedagang di pinggir jalan. Dari mulai bubur sruntul, es degan, serta kudapan khas daerah lainnya.
ADVERTISEMENT BY OPTAD
Yang juga dilakukan adalah berbelanja saat perjalanan pulang. Para pedagang di sepanjang perjalanan pulang disinggahi, dan membeli sesuai harga yang ditawarkan.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
“Nongkoe regi pinten, pak,” kata Wakil Rais PWNU Jatim ini kepada pedagang nangka di pinggiran jalan.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
Pedagang pun menjawab tanya sang penumpang di sebelah sopir yang tidak lain Pak Ali tersebut. Dan sejurus kemudian, dibayarlah harga sesuai yang disampaikan pedagang tanpa ditawar.
“Membeli ke pedagang pinggir jalan tidak perlu ditawar,” katanya.
Kemudian Pak Ali menjelaskan bahwa kebanyakan para penjaja di jalanan adalah warga Nahdlatul Ulama atau Nahdliyin.
“Mereka pasti warga NU, jadi jangan pernah menawar harga yang telah disebutkan,” ungkap kakak kandung Ali Masykur Moesa, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) tersebut.
Menurut Pak Ali, dukungan dan cara membantu perekonomian masyarakat bawah adalah dengan membeli dagangan mereka. Yang terpenting, jangan ditawar.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND