• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Senin, 29 April 2024

Khutbah

Khutbah Jumat Bulan Rabiul Akhir: Anjuran Menjauhi Sifat Hasad

Khutbah Jumat Bulan Rabiul Akhir: Anjuran Menjauhi Sifat Hasad
Umat Islam harus menjadi teladan dengan menanggalkan sifat hasad dalam keseharian. (Foto: NOJ/Syaifullah)
Umat Islam harus menjadi teladan dengan menanggalkan sifat hasad dalam keseharian. (Foto: NOJ/Syaifullah)

Dalam kehidupan sehari-hari, sejumlah sifat terpuji harus selalu dijaga. Hal tersebut penting agar kebersamaan dengan kalangan lain dapat terjalin dengan baik. Dan pada saat yang sama, perangai buruk seperti hasad juga hendaknya dibuang jauh-jauh lantaran demikian merugikan.

Umat Islam harus menjadi teladan bagi tersebarnya sifat dan kebiasaan baik demi menjaga suasana harmonis. Demikian pula menghindari perilaku negatif lantaran akan merugikan diri sendiri dan lingkungan sekitar.

 

Khutbah I

 

   اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ


وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ


أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: اِنَّ الْمُتَّقِيْنَ فِيْ جَنّٰتٍ وَّعُيُوْنٍۙ، اٰخِذِيْنَ مَآ اٰتٰىهُمْ رَبُّهُمْ ۗ اِنَّهُمْ كَانُوْا قَبْلَ ذٰلِكَ مُحْسِنِيْنَۗ (الذاريات: ١٦-١٧)

 

Jamaah Jumat Rahimakumullah

Kenikmatan surga itu lebih utama, lebih lama, dan lebih agung daripada kenikmatan dunia. Kenikmatan dunia tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kenikmatan surga. Karenanya, kita harus terus berusaha menjadi orang yang bertakwa. Karena takwa-lah yang menjadi bekal kita untuk meraih kebahagiaan yang abadi di akhirat.  

 

Kaum Muslimin yang Berbahagia

Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda:

 

   أَلاَ وَإِنَّ في الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ أَلا وَهِيَ القَلْبُ (رواه البخاري ومسلم)

 

Artinya: Ingatlah sesungguhnya dalam jasad ada segumpal daging, jika ia baik maka baik pula seluruh anggota badan dan jika ia rusak maka rusak pula seluruh anggota badan, ketahuilah, ia adalah hati. (HR Al-Bukhari dan Muslim).  


Yang dapat merusak hati kita adalah penyakit-penyakit hati, di antaranya riya’, ‘ujub, sombong, hasad dan dengki. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: 


   لا تَبَاغَضُوا وَلا تَحَاسَدُوا وَلا تَدَابَرُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللهِ إِخْوانًا (رواه البخاري ومسلم)

 

Artinya: Janganlah kalian saling membenci, saling hasad, saling membelakangi dan jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara. (HR Al-Bukhari dan Muslim).  

 

Jamaah Rahimakumullah

Di antara penyakit hati adalah hasad dan saling membenci. Keduanya menjadi malapetaka besar bagi kerukunan dan ketenteraman hidup bermasyarakat. Dua penyakit hati tersebut akan menjauhkan masyarakat dari sikap saling bekerja sama dalam kebaikan dan ketakwaan.  


Hasad yang diharamkan adalah berangan-angan hilangnya kenikmatan dari seorang Muslim disertai usaha untuk menghilangkan kenikmatan itu dengan ucapan atau perbuatan. Jika tidak disertai upaya menghilangkan kenikmatan itu maka bukanlah kemaksiatan. Jadi, orang yang berangan-angan agar sebuah kenikmatan hilang dari seorang Muslim karena orang itu memiliki harta halal yang banyak, istri yang cantik atau anak banyak yang taat atau sifat-sifat yang terpuji; kemudian ia membenci hal itu dan berangan-angan agar kenikmatan itu berpindah kepada dirinya, lalu ia berusaha untuk menghilangkan kenikmatan tersebut dengan berbagai cara, maka ia telah terjatuh ke dalam hasad yang diharamkan.  


Jamaah shalat Jumat yang Berbahagia

Jika kita ingin membersihkan hati kita dari penyakit hasad, maka kita harus melawan hawa nafsu. Melawan nafsu akan membantu seseorang melakukan perbuatan yang diridhai Allah. Para wali Allah tidak meraih derajat kewalian kecuali dengan perjuangan melawan hawa nafsu.


Diceritakan bahwa hasad adalah maksiat pertama yang dilakukan di surga, yaitu hasad Iblis kepada Nabi Adam. Hasad juga merupakan maksiat pertama yang dilakukan di dunia, yaitu hasad Qabil kepada Habil yang berujung pembunuhan Qabil terhadap Habil.  

 

Hadirin Rahimakumullah

Seringkali bahaya hasad ini kembali menimpa diri pelakunya. Al-Hafizh Abu Nu’aim al-Ashbahani dalam kitab Hilyah al-Auliya’ meriwayatkan bahwa pada zaman dahulu, ada seorang raja yang memiliki pengawal yang selalu dekat dengannya. Suatu ketika pengawal itu berkata kepadanya: Wahai raja, berbuat baiklah kepada orang yang berbuat baik, dan tinggalkan orang yang jahat, niscaya engkau selamat dari kejahatannya.  


Melihat kedekatan pengawal dengan raja, ada orang yang iri dan berupaya menghasut raja. Orang ini pun berkata kepada sang raja: Wahai raja, pengawalmu telah menyebarkan isu di masyarakat bahwa engkau memiliki bau mulut yang tidak enak. Raja pun bertanya: Bagaimana aku bisa tahu hal itu? Orang yang iri itu berkata: Jika pengawal itu menghadap Paduka untuk membicarakan sesuatu, ia pasti akan menutup hidungnya.  

  

Pergilah penghasut itu kepada pengawal untuk mengundangnya menghadiri jamuan makan yang telah ia persiapkan. Ia membuat sup dan menaruh bawang putih yang sangat banyak di dalamnya. Keesokan harinya, si pengawal datang dan raja memanggilnya mendekat untuk berbicara kepadanya tentang suatu hal. Pengawal pun menutup mulutnya dengan tangan. Karena termakan hasutan orang yang iri itu, sang raja berkata kepada pengawal: Menjauhlah. Lalu sang raja menulis surat serta menandatanganinya, kemudian berkata kepada pengawal itu: Pergilah dan bawa surat ini kepada Fulan, biasanya imbalannya berupa uang seratus ribu.  

 

Ketika keluar, ternyata orang yang iri tadi menemui sang pengawal seraya berkata: Apa ini? Pengawal menjawab: Raja memberikan ini kepadaku. Lalu orang yang iri meminta surat itu. Tanpa berpikir panjang, pengawal lalu memberikan surat itu kepadanya. Orang yang iri itu bergegas mengambilnya dan membawanya ke orang yang dituju. Ketika orang-orang membuka surat itu, mereka pun memanggil beberapa algojo. Maka orang yang iri itu berkata: Bertakwalah kepada Allah wahai kaum, kalian menghukum orang yang salah, tanyakanlah kembali kepada raja. Mereka berkata: Kami tidak ada waktu untuk menanyakan kembali kepada raja.  

 

Hadirin yang Mulia

Isi surat itu ternyata berbunyi: Jika datang orang yang membawa suratku ini maka potonglah kepalanya, lalu kelupaslah kulitnya dan isilah kulitnya dengan dedak (ampas padi), kemudian bawalah kepadaku. Para algojo itu pun memotong kepalanya, mengulitinya dan membawanya kepada sang raja. Saat sang raja melihatnya, ia merasa keheranan. Lalu raja berkata kepada pengawal Kemarilah, jawab dengan jujur, saat kau mendekatiku kenapa engkau memegang hidung dan menutup mulutmu? Si pengawal berkata: Wahai raja, orang yang iri ini mengundangku dan telah menyiapkan sup, tetapi ia perbanyak bawang putih di sup itu. Disuguhkanlah sup itu kepadaku, lalu saat Paduka memanggilku untuk mendekat, aku berkata dalam hati, jika aku mendekat kepada paduka, maka paduka akan mencium bau tidak sedap ini. Lalu sang raja berkata: Kembalilah ke tempatmu, dan sampaikan kepada rakyatku mengenai apa yang telah kau katakan tadi. Lalu raja menghadiahi si pengawal itu dengan harta yang melimpah.  

 

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah

Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin ya rabbal alamin.


 

   أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

Khutbah II

 

   اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا


أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ


أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ


اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ


عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

 

Ustadz Nur Rohmad, Anggota Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur

 


Editor:

Khutbah Terbaru