• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 18 April 2024

Madura

Sambut Konfercab Sumenep, Nobar Film Jejak Langkah 2 Ulama Digelar di MWCNU Bluto

Sambut Konfercab Sumenep, Nobar Film Jejak Langkah 2 Ulama Digelar di MWCNU Bluto
Salah satu adegan dalam film Jejak Langkah 2 Ulama. (Istimewa)
Salah satu adegan dalam film Jejak Langkah 2 Ulama. (Istimewa)

Sumenep, NU Online Jatim

 

Sejarah ulama masa lalu merupakan suatu hal yang mesti diketahui di masa sekarang. Karena dari sejarah tersebut, diharapkan seseorang dapat mengambil pelajaran atau nilai-nilai positif. Seperti keberhasilan-keberhasilan di masa lalu yang tak menutup kemungkinan bisa diulang di masa sekarang. Juga, agar hal negatif yang pernah terjadi tidak terulang kembali di masa sekarang.

 

Mempelajari sejarah ulama masa lalu tidak mesti dilakukan dengan kegiatan formal, seperti di sekolah atau lembaga kajian tertentu. Akan tetapi juga bisa dilakukan dengan kegiatan non-formal dan sedikit santai, seperti halnya nobar atau nonton bareng film sejarah.

 

Cara ini dilakukan oleh Panitia Konfercab NU Sumenep 2020 yang menyelenggarakan Nonton Bareng film 'Jejak Langkah 2 Ulama' yang dilaksanakan di lima titik. Sementara pada Selasa (15/9) malam digelar di Aula MWC NU Kecamatan Bluto, Sumenep.

 

Era Sugiarso menjelaskan dalam pengantarnya, bahwa film 'Jejak Langkah 2 Ulama' secara garis besar menceritakan tentang perjalanan hidup dua ulama besar Indonesia, KH. M Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU) dan KH. Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah.

 

"Penonton akan di bawa ke masa kecil dua ulama hebat tersebut hingga sama-sama memperjuangkan tegaknya agama Islam di bumi nusantara Indonesia," jelasnya.

 

Asisten Produser film Jejak Langkah 2 Ulama ini menuturkan, bahwa dua tokoh ulama ini pernah sama-sama berguru pada ulama terkemuka di masanya yaitu KH. Muhammad Sholeh Darat, Semarang dan beberapa ulama hebat lainnya.

 

Kepala Bagian Distribusi Film Mixpro ini menjelaskan, film ini tidak disebar luaskan di bioskop-bioskop ataupun YouTube, sebagaimana film lainnya. Tetapi pemutaran film ini di lakukan secara door to door ke lembaga-lembaga, terutama di kalangan Masyarakat Nahdliyyin dan Muhammadiyah.

 

"Jadi, apabila ingin menayangkan film ini harus berkoordinasi dan mengirim proposal pengajuan kepada pihak produser," ujarnya.

 

Era, sapaannya, mengaku bangga dan bahagia atas sambutan warga Nadhliyin di Kecamatan Bluto dan sekitarnya dengan film ini. Persiapan dari Panitia lokal juga sangat bagus dan terkoordinasi rapi. "Apalagi penontonnya banyak dari kalangan muda, yang memang menjadi sasaran dari film ini," ucapnya.

 

Ustadz Mosa mengatakan, bahwa selain menonton film tentang sejarah ulama masa lalu, kita juga bisa beramal untuk pelaksanaan Konfercab NU Sumenep 2020, yang seluruh pembiayaan dilakukan secara mandiri. "Karena memang, sebagian hasil penjualan tiket memang dikhususkan untuk pelaksanaan Konfercab," ujarnya.

 

Koordinator Panitia Lokal ini merasa senang sekali dengan antusiasme masyarakat Bluto dan sekitarnya untuk menonton film ini. Terbukti, 200 tiket yang disediakan habis terjual. "Terima kasih atas sumbangsih semua pihak yang telah cukup berperan aktif dalam mensukseskan kegiatan ini," pungkasnya.

 

Sementara itu, Rofiqi, yang turut menonton film ini mengaku, mengapresiasi langkah-langkah yang dilakukan oleh penyelenggara dan produser terkait pembuatan dan penayangan film ini. Karena telah memberikan edukasi positif kepada kalangan milenial saat ini.

 

"Karena film ini adalah cara yang cukup baik dalam memberikan edukasi sejarah ulama masa lalu kepada para milenial," katanya.

 

Sekretaris PAC GP Ansor Bluto ini pun menambahkan, bahwa ini merupakan angin segar bagi dunia perfilman Indonesia. Mengingat film ini mengangkat sejarah kesuksesan ulama masa lalu dalam memajukan bangsa. Agar tidak hanya film genre horor dan romantisme saja yang menghiasi  dunia perfilman Indonesia.

 

"Saya harap, akan lahir kembali film-film serupa nantinya yang banyak berkisah tentang kesuksesan ulama masa lalu dalam mengabdikan dirinya untuk mencerdaskan bangsa," pungkasnya.

 

Editor : Romza


Editor:

Madura Terbaru