Selain Silaturrahim, Perantau Asal Madura Ramai-ramai Ziarahi Leluhur
Selasa, 18 Mei 2021 | 17:30 WIB
Badrud Tamam
Kontributor
Pamekasan, NU Online Jatim
Berkunjung kepada kerabat menjadi hal yang paling dinanti setelah usai Lebaran. Saking sakralnya, banyak perantau yang rela pulang bertemu sanak famili di kampungnya masing-masing. Kebiasaan lain yang membuat mereka jauh-jauh pulang dari tanah perantauan ialah berziarah ke makam orang tua dan para leluhur di kampung halaman.
Â
Di Madura, tradisi ini seakan menjadi kewajiban bagi perantau asal Pulau Garam. Seperti yang terlihat di Desa Tobungan, Kecamatan Galis, Pamekasan. Sselain bertemu dengan keluarga yang masih hidup, mereka berbondong-bondong berjalan kaki menuju makam guna mendoakan dan mengingat perjuangan para 'bhujuk' (nenek moyang) yang menjadi pencetus terciptanya masyarakat di desa tersebut.
Â
Sebelum Idul Fitri tiba, tepatnya di hari ke-27 Ramadlan, masyarakat terlebih dahulu membersihkan makam keluarganya masing-masing. Kemudian sore hari setelah Shalat Idul Fitri masyarakat Tobungan ini melaksanakan kebiasaan turun-temurun tersebut.
Â
A’wan Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama Galis KH Sayuti mengatakan, ziarah maqbarah adalah tradisi yang baik sebagai media penyambung antara keluarga yang sudah meninggal dunia untuk tetap dirawat dan mengajarkan pada anak-anak yang belum pernah bertemu dengan yang meninggalkannya.
Â
"Apalagi sekarang anak-anak pada suka main HP terus. Kalau tidak diajak seperti ini bisa lupa mereka pada nenek-nenek mereka," katanya, Selasa (18/05/2021).
Â
Ia menjelaskan, terdapat perbedaan antara berziarah langsung ke makam dengan hanya mengirim Fatihah dari rumah. Dia membandingkan dengan orang-orang yang berkunjuk ke makam para wali.
Â
Orang tua atau nenek yang telah meninggal juga berperan penting dalam kehidupan manusia, baik sebagai orang yang melahirkan pun juga sebagai pendidik bagi anak-anak pada masa hidupnya.
Â
"Jadi, aneh kalau orang cuma ziarahnya ke makam para wali tapi orang tuanya tidak pernah dikunjungi dan dirawat makamnya," ujar Kiai Sayuti.
Â
Editor: Nur Faishal
Terpopuler
1
4 Rekomendasi MUI Jatim soal Penggunaan Sound Horeg
2
Fatwa MUI Jatim: Sound Horeg Haram Jika Timbulkan Gangguan dan Kemaksiatan
3
Workshop Nawaning Nusantara Dorong Gerakan Pesantren Anti Kekerasan Seksual
4
Fatayat NU Jatim Gelar Sosialisasi Tanggap Bencana, Perkuat Peran Perempuan dalam Kesiapsiagaan
5
Melalui DTD Garfa, Fatayat NU Jatim Cetak Kader Tanggap Darurat
6
MDS Rijalul Ansor Jatim 2024-2028 Dikukuhkan dan Rakerwil di Lirboyo
Terkini
Lihat Semua