• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 26 April 2024

Jujugan

Ke Makam Sunan Giri Mencicipi ‘Kupat Ketek’

Ke Makam Sunan Giri Mencicipi ‘Kupat Ketek’
Kupat Ketek di Desa Giri, Kabupaten Gresik. (Foto: Antara)
Kupat Ketek di Desa Giri, Kabupaten Gresik. (Foto: Antara)

Gresik, NU Online Jatim

Kabupaten Gresik kaya dengan makanan khasnya. Tapi untuk yang satu ini jarang orang tahu. Namanya Kupat Ketek. Jika Anda penasaran dengan kuliner tradisional ini, cobalah berkunjung ke pesarean Sunan Giri. Di kawasan wisata religi itu Kupat Ketek bisa dijumpai dan dicicipi.    

 

Dilansir dari beritajatim.com, Kupat Ketek terbuat dari beras ketan dan air ketek. Salah satu penjual Kupat Ketek, Surachman (66 tahun), tidak mudah untuk mendapatkan air ketek yang terletak di bukit dekat makam Dewi Sekardadu.

 

Dibutuhkan perjuangan yang cukup berat untuk mendapatkan air ketek. Sebab, tidak sembarang orang bisa melakukannya. Jika salah perhitungan bisa celaka karena bukitnya sangat terjal, licin, dan berbatu. Ini karena sumur air ketek hanya berdiameter 1,5 meter dengan kedalaman dua jengkal jari.

 

Proses memasaknya juga membutuhkan waktu yang lama. Dibutuhkan waktu kurang lebih lima jam supaya Kupat Ketek dihasilkan terasa kenyal dan tidak kaku saat dijual.

 

Kupat Ketek memang berbeda dengan kupat biasanya. Cara penyajian Kupat Ketek dicampur kelapa parut dan diolesi gula Jawa lalu disantap. Sedangkan kupat biasa disajikan bersama sayur sebagai lauk pauk,” ujar Surachman, Ahad (16/05/2021).

 

Warga Jalan Dewi Sekardadu, Kampung Margonoto, Kecamatan Kebomas, Gresik, itu menuturkan, bersama istrinya, Inem (57), sudah puluhan tahun berjualan Kupat Ketek. Biasanya, dagangannya laris-manis ketika Hari Raya Idul Fitri. Namun, pada Idul Fitri kali ini tak begitu ramai seperti tahun-tahun sebelumnya.  

 

Oleh Surachman air ketek itu dijual Rp35 ribu hingga Rp50 ribu per satu jirigennya. “Kalau ramai, kami bisa menjual lebih dari tiga tong air ketek. Tapi, saat ini pemesanannya lagi sepi,” tandasnya.

 

Surachman menjual Kupat Ketek-nya dengan harga Rp50 ribu per 12 biji. Kupat Ketek-nya juga sepi pembeli sejak pandemi Covid-19. Terkadang, ia mengaku hanya meraup keuntungan Rp500 ribu lebih selama seminggu. Kondisi ini berbanding terbalik saat sebelum pandemi Covid-19, yaitu Rp1 juta seminggu.


Jujugan Terbaru