• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 26 April 2024

Metropolis

Kisah Aktivis IPNU di Mojokerto Sukses Tekuni Usaha

Kisah Aktivis IPNU di Mojokerto Sukses Tekuni Usaha
Yus Sahril Shobirin tengah menekuni usaha sablon. (Foto: NOJ/A Rofii)
Yus Sahril Shobirin tengah menekuni usaha sablon. (Foto: NOJ/A Rofii)

Mojokerto, NU Online Jatim

Kalau ingin kaya jangan jadi Pegawai Negeri Sipil atau PNS, tapi jadilah pengusaha. Senyampang muda hendaknya menjadi wirausahawan mandiri yang ulet, rajin, dan selalu semangat.

 

Barang kali itulah yang ada dalam benak Yus Sahril Shobirin. Yang bersangkutan adalah kader Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Kabupaten Mojokerto.

 

Pemuda yang akrab dipanggil Yusril ini sedang merintis usaha sablon di rumahnya, di Dusun Kedung Peluk RT 02 / RW 07 Desa Kuripan Sari, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto.

 

"Saya memiliki motivasi, bahwa selain di organisasi pemuda NU bisa juga nyambi belajar berwirausaha," tuturnya kepada NU Online Jatim, Rabu (03/02/2021).

 

Sebelumnya, dirinya juga pernah mengalami patah semangat saat masih aktif menjadi pengurus Pimpinan Anak Ranting (PAC) IPNU Pacet. Hal tersebut terjadi karena harus memilih antara organisasi atau bekerja.

 

"Ya itu, pernah bimbang antara mimilih kegiatan organisasi atau kerja, karena waktu itu juga ada kebutuhan ekonomi yang perlu dicukupi. Tapi saya sering kali lebih memilih untuk ikut kegiatan di NU," ungkapnya.

 

Lebih lanjut disampaikannya bahwa antara organisasi dan skill di luar itu perlu seimbang, agar nantinya setelah selesai berkhidmat memiliki bekal bakat yang bisa dikembangkan.

 

"Ya mas, sebelum membuka usaha sudah keluar masuk tempat kerja tiga kali, dan mengikuti pelatihan sablon. Karena menurut saya organisasi dan skill atau bakat itu sama-sama penting, harus bisa seimbang," jelasnya.

 

Untuk Itu, setelah selesai di organisasi, dirinya memilih membuka usaha sablon sendiri dengan memanfaatkan keterampilan yang dimiliki.

 

"Dari situ saya berpikir, agar waktu lebih fleksibel dan bisa diatur sesuka hati, lebih baik membuat usaha sendiri. Kebetulan pengalaman dan ilmu dari jurusan yang saya ambil di sekolah ada sedikit keterampilan,” terangnya.

 

Menurut pemuda kelahiran Mojokerto, 05 Oktober 2000 ini bahwa bagi orginisatoris harus memiliki motivasi dan tekad kuat. Karena pemuda yang aktif di organisasi kebanyakan mengalami fase dilema.

 

"Untuk itu saat aktif di organisasi harus sudah mempunyai persiapan sebelum nantinya terjun di dunia nyata," jelasnya.

 

Sebelum memulai usaha, dirinya pernah menjadi Ketua PAC IPNU Pacet. Juga menceritakan alasanya bergabung di organisasi ini. Salah satunya IPNU adalah wadah bagi para pelajar NU untuk berkhidmah dalam struktural.

 

"Sehingga sudah seharusnya saya sebagai pelajar NU yang berpaham Ahlussunnah Wal Jama’ah An Nahdliyah untuk ikut berproses di situ. Di samping itu, saya sebenarnya juga ingin melanjutkan khidmah almarhum orang tua dalam struktural NU," jelasnya.

 

Dan pada harlah IPNU-IPPNU, dirinya berpesan agar pemuda NU memiliki cita-cita tinggi. Tidak hanya aktif di organisasi, melainkan juga melangkah keluar untuk ikut andil di masyarakat. Namun tetap istikamah dalam mengamalkan amaliyah Nahdlatul Ulama.

 

"Saat ini bukan zamannya IPNU-IPPNU terfokus hanya pada lingkup internal. Waktunya menoleh dan melangkah, jangan takut kesusahan saat menjaga keistikamahan karena pasti ada hikmah besar yang akan didapatkan," pesannya.

 

Editor: Syaifullah


Editor:

Metropolis Terbaru