• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 19 April 2024

Metropolis

Lakpesdam NU Jatim Ajak Diskusikan Bangkitnya PKI

Lakpesdam NU Jatim Ajak Diskusikan Bangkitnya PKI
Diskusi terbuka PW Lakpesdam NU Jawa Timur terkait wacana kebangkitan PKI. (Foto: NU Online Jatim)
Diskusi terbuka PW Lakpesdam NU Jawa Timur terkait wacana kebangkitan PKI. (Foto: NU Online Jatim)

Surabaya, NU Online Jatim

Secara umum, ada tiga hal mendasar mengapa banyak kalangan selalu membincang peristiwa tragedi di masa lalu. Yakni memperbaharui fakta sejarah, pendewasaan diri, dan mengimajinasikan visi bersama kehidupan di masa depan secara lebih manusiawi.

 

“Semangat ini juga yang mendasari kami untuk menggelar diskusi webinar dengan tema ‘di balik isu bangkitnya Partai Komunis Indonesia atau PKI’," kata Listiyono Santoso, Senin (28/9/2020).

 

Ketua Pengurus Wilayah Lembaga Pengembangan Sumberdaya Manusia Nahdlatul Ulama atau Lakpesdam NU Jawa Timur itu mengemukakan sejumlah hal.

 

“Bahwa diskusi ini bukan semata rutinitas seremonial tiap 30 September. Melainkan lebih pada bagaimana seharusnya menyikapi komunisme dalam hal ini PKI entah dalam konteks masa lalu, kini atau masa depan,” jelasnya.

 

Disampaikannya bahwa sebagian merasa pesimis bahwa gerak sejarah tidak lebih dari pertarungan kekuatan politik. Dalam perspektif demikian, sikap yang potensial muncul adalah mana kawan, siapa lawan.

 

“Implikasinya reproduksi kebencian, ketakutan dan trauma kian membatin dalam bawah sadar,” terangnya.

 

Sebagian yang lain, terlampau optimis bahwa laju sejarah adalah manifestasi cipta, rasa dan karsa sehingga terbentuk peradaban. Namun cara pandang ini seolah abai bahwa keringat, darah dan air mata kerap menjadi pondasi cipta, rasa dan karsa itu.

 

“Dan selebihnya, berpandangan skeptis bahwa sejarah tiada lebih dari roda siklustik yang terus berputar. Apa yang terjadi di masa lampau akan terjadi lagi di masa depan dengan jubah yang berbeda,” urai dosen Universitas Airlangga Surabaya tersebut.

 

Menurutnya, yang ketiga ini justru melahirkan sikap pasrah, barangkali tawakkal atau malah fatalis.

 

Kegelisahan akan kebangkitan komunisme ataupun PKI agaknya harus dibaca dengan mengidentifikasi perspektif kesejarahan yang dianut entah sadar atau tidak.

 

“Sehingga diskusi ini berikhtiar untuk mendudukkan secara semestinya bagaimana bangsa ini bersikap atas masa lalunya, berdamai dengan masa kini, hingga bercita-cita dalam bingkai kemanusiaan dan keadilan,” pungkasnya.


Editor:

Metropolis Terbaru