• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 25 April 2024

Tapal Kuda

Kisah Mbah Zahri, Penggerak Laskar Hizbullah di Selatan Pasuruan

Kisah Mbah Zahri,  Penggerak Laskar Hizbullah di Selatan Pasuruan
Mbah Zahri, Penggerak Laskar Hizbullah di Selatan Pasuruan. (Foto: Istimewa).
Mbah Zahri, Penggerak Laskar Hizbullah di Selatan Pasuruan. (Foto: Istimewa).

Pasuruan, NU Online Jatim

Mbah Kiai Zahri merupakan salah satu Kiai yang dikenal gigih menggerakkan santri dan masyarakat dalam barisan Laskar Hizbullah di wilayah Kecamatan Purwosari, Kabupaten Pasuruan. Mbah Zahri dikenal sebagai Penggerak Laskar Hizbullah di Selatan Pasuruan.


Mbah Zahri nyantri di Pesantren Kademangan asuhan KH Cholil Bangkalan, Madura semasa dengan KH Raden As’ad Syamsul Arifin.


Penulis Kisah Mbah Zahri Purwosari, Ustadz Moh Bahruddin menjelaskan, Kiai Zahri merupakan putra dari Kiai Aqrouddin bin Kiai Ismail. Dari jalur Ibu, Nyai Nurtiah memiliki jalur nasab sampai kepada Raden Paku, Sunan Giri.


“Santri dan masyarakat mendapatkan latihan dan senjata khusus serta amalan-amalan untuk melawan penjajah. Bersama kakaknya Kiai Haris, Mbah Zahri menggerakkan perjuangan melalui Pondok Pesantren As-Salafiyah,” katanya kepada NU Online Jatim, Rabu (09/11/2022).


Peneliti Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Pasuruan tahun 2016-2021 itu juga menyebutkan, jejaring perlawanan terhadap penjajah bertumpu pada jaringan kiai, santri, dan alumni Pondok Pesantren yang telah terbentuk di zaman Wali Songo.


“Di Jawa, jejaring perlawan santri itu semakin massif di masa Mbah Kiai Cholil Bangkalan Madura. Sebab komandonya banyak dari santri dan alumni Mbah Cholil. Termasuk Mbah Zahri,” ujarnya.


Ia juga menceritakan, dalam agresi militer Belanda, pasukan Tentara Republik Indonesia (TRI)  pernah dipukul mundur di wilayah Purwosari. Sehingga para tentara berlindung di rumah Mbah Zahri.


“Diyakini (karena) karamah Mbah Zahri, TRI yang dicari di seluruh penjuru rumah tidak ditemukan. Kiai Zahri lalu memberikan minum kepada pasukan Belanda. Tidak lama, seluruh pasukan Belanda tertidur. TRI dapat melucuti senjata pasukan Belanda,” lanjut alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) itu.


Ia menambahkan, pada saat pertempuran 10 November, Mbah Zahri bersama pasukan Hizbullah berangkat menuju Surabaya. Kemudian mendapatkan tugas untuk memukul mundur penjajah yang berada di Sidoarjo dan mencegahnya sampai ke arah Pasuruan dan Malang.


“Setelah itu, Mbah Zahri melanjutkan dakwah Islam di daerah Purwosari. Mbah Zahri dikenal ke-alim dan sederhana. Masjid Al-Ikhlas yang dikenal Masjid Perahu di Desa Bakalan, Kecamatan Purwosari adalah peninggalan Mbah Zahri,” tandas Guru Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Huda, Desa Tejowangi, Kecamatan Purwosari itu.


Editor:

Tapal Kuda Terbaru