• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Rabu, 17 April 2024

Pustaka

Jejak Laskar Hizbullah Jombang; Yang Terpinggirkan dalam Sejarah

Jejak Laskar Hizbullah Jombang; Yang Terpinggirkan dalam Sejarah
Buku jejak laskar hizbullah Jombang. (Foto: istimewa/grafis: Anam-NUoJ)
Buku jejak laskar hizbullah Jombang. (Foto: istimewa/grafis: Anam-NUoJ)

Sejarah merupakah sebuah fenomena peradaban manusia yang unik. Dengan adanya sejarah, kita bisa menguak tabir masa lalu. Namun sejarah juga bisa melahirkan kontroversi dan perdebatan panjang. Pada dasarnya, sejarah merupakan suatu kejadian atau peristiwa yang benar terjadi, bersifat mutlak. Tetapi, kemudian ia akan menjadi relatif bila dilihat dari berbagai sisi dan sudut pandang. Singkatnya, kejadian itu sendiri bersifat absolut, tapi setelah ditangkap dan sampai pada manusia, kejadian itu kemudian menjadi relatif. Dengan demikian, kebenaran sejarah merupakan kebenaran relatif. Hal inilah yang kemudian melahirkan beragam perdebatan dan kontroversi. Sejarah konvensional yang menjadi pegangan umum harus rela untuk direkonstruksi begitu ditemukan bukti baru. Maka tidak heran hingga detik ini telah muncul banyak versi sejarah. Sejarah bukanlah fenomena yang hanya mengakui hitam-putih, panjang-pendek, banyak warna dan ukuran yang menghiasinya. Namun, selama tidak mengandung bias dan tidak untuk kepentingan kekuasaan, versi-versi sejarah tetap memberikan nilai yang berarti. Meski pada galibnya, sejarah dijadikan doktrinasi dalam melegitimasi politik pemerintah, yang mengakitbatkan penyelewengan fakta. Sejarah menjadi milik penguasa, dinasti atau orde yang berkuasa. Siapa yang berkuasa maka ia adalah pemegang kebenaran sejarah.

 

Para pejuang Laskar Hizbullah adalah orang-orang yang berada dalam pinggir kekuasaan. Sejarahnya terpinggirkan, seakan-akan perjuangannya yang tiada tara tersebut, menjadi angin lalu. Sejarahnya seakan tak pernah ada. Anak-anak yang duduk dibangku sekolah, ketika ditanya tentang Hizbullah, dipastikan akan banyak anak yang tidak tahu. Mereka malah bertanya, “Apa itu Pak?” Dalam jagat dunia maya, bila kita berselancar dengan menggunakan key word Hizbullah, yang akan kita temui Hizbullah tapi malah yang tampil adalah Hizbullah Lebanon.

 

Moch. Faisol dalam bukunya “Jejak Laskar Hizbullah Jombang” ini adalah pengecualian. Buku yang ditulisnya ini sangat kaya dengan data akan perjuangan Laskar Hizbullah, khususnya Hizbullah Jombang. Terlebih dia sendiri adalah anak eks Hizbullah sendiri. Dokumen-dokumen berupa catatan pribadi, foto dan riwayat hidup ayahnya, menjadikan buku ini berbeda dengan buku lainnya. Tentu, ikatan emosional dengan objek yang ditulis, memiliki keistimewaan tersendiri.

 

Tetapi tidak sekadar itu yang istimewa dari buku ini. Meskipun dalam beberapa hal, alur tulisannya hampir sama dengan penulis-penulis sejarah Laskar Hizbullah lainnya, tetapi penguatan dengan gambar, foto dan dokumen-dokumen babon menjadi rujukan di sini. Tentu dengan analisa yang kuat atas rujukan-rujukannya. Objek tulis dengan mengkhususkan Jombang sebagai batasan tulisannya, menjadikan buku ini satu-satunya buku yang terang tentang eksistensi Laskar Hizbullah Jombang. Hal ini mengingatkan pada semangat kawan-kawan di komunitas sejarah, untuk mengenalkan sejarah lokal, yang selama ini terempas oleh sejarah nasional. Padahal sejarah lokal memiliki eksistensi tersendiri. Bahkan bisa jadi, ia lebih menarik dengan pernak pernik local genius-nya.

 

Tentang eksistensi Laskar Hizbullah Jombang ini, Faisol berhasil menyuguhkan kisah yang terang, runtut, dan ilmiah. Dimulai dari pulangnya 4 utusan yakni Hasyim Latief, Sa’dullah, Maksum dan Mohammad Noer yang baru  dikirim ke Cibarusa untuk mengikuti pelatihan militer oleh tentara Jepang. Mereka berempat, langsung mendapat tugas untuk melatih pemuda-pemuda Jombang melakukan latihan militer. Banyak pemuda yang mendaftar, hingga membeludak.

 

Agar organisasi ini rapi maka dibutuhkan struktur kepemimpinan. Dan yang bertindak sebagai pimpinan Laskar Hizbullah Jombang ini adalah KH. M. Wahib Wahab, putra dari KH. Wahab Chasbullah. Di bawah pimpinan KH. M. Wahib Wahab ini, Laskar Hizbullah Jombang menjadi organisasi paramiliter dengan jumlah anggota yang fantastis. Namun demikian, fakta jujur yang diungkap oleh Faisol, bahwa Laskar Hizbullah Jombang, apabila dibandingkan dengan Laskar Hizbullah daerah lain, terlambat datang dalam laga pertempuran dengan pasukan Inggris di kota Surabaya. Mereka tidak terlibat secara langsung dalam pertempuran 10 Nopember 1945. Meskipun demikian, pada perjalanan selanjutnya, Laskar Hizbullah Jombang memiliki andil yang signifikan. Kader terbaiknya, KH. M. Wahib Wahab, didaulat menjadi pucuk pimpinan Laskar Hizbullah Divisi Sunan Ampel (eks Karesidenan Surabaya).

 

Bahkan saat kota Mojokerto telah jatuh ke tangan Belanda, kota Jombang menjadi rujukan untuk menempatkan para pengungsi memperoleh tempat yang aman. Laskar Hizbullah Jombang juga menjadi garda depan dalam memfasilitasi para tentara Republik (TNI) yang mengatur strategi perang untuk merebut kembali daerah yang telah dikuasi Belanda melalaui operasi wingate Hayam Wuruk. Di kala operasi Hayam Wuruk gagal dan berubah menjadi pola penyerangan dengan sistem gerilya, wilayah Jombang menjadi tempat yang penting dalam penyerangan-penyerangan berpola penyergapan. Dan terbukti pola gerilya itu begitu efektif menurunkan moral tempur musuh, hingga menyulitkan pasukan Belanda untuk melakukan serangan balasan.

 

Dan akhirnya, membaca buku ini, menjadikan kita sadar akan pentingnya sebuah fakta sejarah yang masih tersembunyi. Buku ini melebarkan mata kita untuk mengakui suatu fakta bahwa Laskar Hizbullah bukanlah dongeng pengantar tidur. Ia ada dan pernah menjadi bagian dari sejarah perjuangan anak bangsa dalam mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia. Menguatkan kemengadaaan itu, buku ini dilengkapi dengan dokumen dan foto reuni para eks Hizbullah. Dimulai reuni tahun 1985 di Jombang hingga reuni tahun 1991 di Mojosari Mojokerto. Para eks Hizbullah ini terus menerus menjalin silaturahmi, hingga Allah SWT memanggil mereka satu persatu. Dan kisah-kisah mereka, lalu dituturkan kepada anak cucunya. Dalam buku ini, Moch. Faisol berhasil merekam kisah tutur eks Hizbullah itu abadi melalui karyanya.***

 

Resensi Oleh : Isno El Kayyis

Judul Buku: JEJAK LASKAR HIZBULLAH JOMBANG, TNI Yon 39 / Condromowo, STM Surabaya, Divisi I Jawa Timur

Penulis: Moch. Faisol

Pengantar: H. Abdul Mun’im DZ

Penerbit: Pustaka Tebuireng Jombang

ISBN: 978-602-8805-65-0

Cetakan: I, Oktober 2018

Tebal: xxx + 155 halaman

Pemesanan buku via WA: 0857 4890 7747


Pustaka Terbaru