Beberapa waktu terakhir istilah Sumber Daya Manusia (SDM) rendah sering menjadi perbincangan di media sosial. Istilah ini biasa dilekatkan pada sekelompok orang yang dinilai suka bertindak semaunya, serampangan, dan anti kritik. Hal tersebut didasarkan pada beberapa perilaku atau kegiatan sekelompok orang yang dipandang merugikan publik.
Fenomena ini bukan hal baru. Jika berkaca pada masa lalu, banyak narasi yang menyebutkan bahwa situasi masyarakat Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, banyak yang jauh dari kata baik. Pencurian, perampokan, pelacuran, serta kejahatan-kejahatan lain merajalela. Bahkan tidak menutup kemungkinan bahwa situasi saat itu lebih parah daripada sekarang, sebab belum ada peraturan atau undang-undang yang berlaku secara universal.
Situasi yang sama juga dihadapi oleh Hadratussyekh KH M Hasyim Asy’ari, seperti yang disebutkan dalam buku Penakluk Badai karya Aguk Irawan MN. Buku ini menceritakan kisah hidup KH M Hasyim Asy’ari yang dikemas dalam bentuk novel biografi. Dalam penulisannya, Aguk melakukan riset yang cukup mendalam. Hal ini bisa dilihat di halaman akhir buku yang mencantumkan segepok sumber referensi dan lampiran-lampiran.
Selain sebagai tokoh pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH M Hasyim Asy’ari atau Mbah Hasyim juga merupakan pendiri Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang. Pembangunan pesantren dilakukan di sebuah desa yang dikenal dengan nama lembah hitam, sebuah tempat yang terkenal buruk karena banyak dihuni manusia-manusia bejat dari segala penjuru, seperti pemabuk, pelacur, penjudi, pembegal, dan semacamnya.
Tentu, berhadapan dengan masyarakat seperti ini tidaklah mudah, terlebih jika masyarakat keras kepala. Selain harus bertahan dalam membentengi diri dari berbagai cobaan, Mbah Hasyim dan para santrinya juga harus berdakwah untuk meluruskan perilaku masyarakat setempat. Dalam buku ini, tampak beberapa strategi Mbah Hasyim dalam menyebarkan agama dan nilai keislaman pada masyarakat seperti itu.
Mengumbar Kekayaan
Mayoritas masyarakat pada masa itu tidak bekerja. Hampir semua lahan dan tanah yang mereka miliki disewa oleh Belanda dengan upah rendah. Melihat masalah ini, Mbah Hasyim menginisiasi para santri untuk melakukan berbagai pekerjaan seperti berladang dan beternak untuk memamerkan kekayaan dan kesejahteraan hidup yang bisa dicapai dengan cara bekerja. Hal ini dilakukan untuk memotivasi masyarakat agar tergerak untuk bekerja secara mandiri, sehingga fokusnya teralihkan pada pekerjaan, bukan melakukan hal tak berguna.
Membangun Lapangan Pekerjaan
Mbah Hasyim meyakini bahwa status pengangguran mendorong masyarakat banyak bermaksiat karena tidak ada hal lain yang harus dilakukan. Sebagai tindak lanjut, ia mengajarkan pada masyarakat cara berladang, bertani, dan beternak, sehingga waktu dan tenaga yang dimiliki masyarakat habis untuk bekerja.
“Karena jumlah petani yang berkebun dan membuat kolam kian hari kian banyak, jadilah kegiatan yang bersifat maksiat, seperti judi, mabuk-mabukan, dan bersenang-senang dengan perempuan nakal kian surut pula. Sebab di siang hari mereka harus bekerja dan di malam harinya harus beristirahat.” (hlm. 170)
Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Ibnu Al-Qayyim:
النفس إن لم تشغلها بالحق شغلتك بالباطل
Artinya: “Jiwa, jika tidak disibukkan dengan kebenaran, akan disibukkan dengan kebatilan.”
Menjalin Relasi Bisnis
Tidak semua masyarakat pada saat itu adalah pengangguran. Untuk bergaul dengan masyarakat yang memiliki profesi atau aset, Mbah Hasyim menjalin kerja sama bisnis dengan mereka. Misalnya saat ia menggunakan jasa angkut barang dari Marto Lemu, seorang pemabuk sekaligus juragan gerobak sapi yang disegani di Tebuireng.
“Baginya, hubungannya dengan Mbah Hasyim hanya sebatas hubungan relasi kerja. Tak ada hubungan yang lain selain itu. Tapi lama-kelamaan luluh juga hati Marto oleh nasihat-nasihat Mbah Hasyim.” (hlm. 184-185)
Begitulah upaya ini juga berhasil membangun hubungan baik dengan beberapa relasi, sehingga lambat laun dakwah Islam juga lebih mudah diterima masyarakat.
Memberi Solusi atas Masalah
Beberapa orang tidak melakukan dosa karena menyukainya, tetapi untuk bertahan hidup. Meski begitu, apapun alasannya, maksiat tetap harus dihentikan. Pada masa itu, keberadaan orang-orang seperti ini tercermin dari para pelacur yang bekerja di bawah mucikari.
Menanggapi hal ini, Mbah Hasyim menebus dan membebaskan para pelacur serta memberinya sepetak toko untuk membuka usaha. Perlu diperhatikan bahwa upaya ini tidak hanya mencegah pelaku dari kemungkaran, namun juga memberi solusi yang selaras dengan nilai-nilai keislaman bagi permasalahan mereka.
Menulis
Meskipun Islam semakin lama sudah banyak diterima masyarakat, namun dakwah belum boleh berhenti. Mbah Hasyim masih menemui banyak penyimpangan yang mengatasnamakan agama, seperti mabuk-mabukan dan perbauran lawan jenis dalam acara-acara keislaman. Tercampurnya kedua hal yang kontradiktif ini mendorong Mbah Hasyim untuk menulis beberapa buku, salah satunya adalah Al-Tanbīhāt Al-Wājibāt yang berisi kritik terhadap perayaan Maulid Nabi. Tujuannya untuk menjaga kekhidmatan acara tanpa menghapus maksud utamanya. Upaya ini dilakukan sebab sulitnya meluruskan hal yang sudah menjadi tradisi dengan cara lisan.
Berkaca dari Mbah Hasyim, ajakan menuju kebaikan memang sering memerlukan strategi khusus. Pendekatan dakwah yang ia tunjukkan menjadi pengingat bagi kita agar tetap berdiri kokoh di atas prinsip Islam tanpa memarginalkan orang lain. Sebaliknya, semestinya dapat merangkul dan menyesuaikan diri dengan mereka bagaimanapun latar belakangnya. Sebab, semua orang berhak mengenal dan merasakan Islam yang rahmatan lil ‘alamin, bukan rahmat bagi sebagian orang saja.
Identitas Buku:
Judul buku: Penakluk Badai
Penulis: Aguk Irawan MN
Penerbit: Republika
Tahun terbit: Maret, 2020
Tebal: 562 halaman
Peresensi: Vika Nailul Rohmi, pengajar di Madrasah Diniyah Tarbiyatul Muballighin Blitar sekaligus Alumni UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Terpopuler
1
Sound Horeg Diharamkan, Ini Penjelasannya
2
Di Balik Klaim NU: Membedakan Antara Cinta dan Catut
3
Pondok Besuk Pasuruan: Sound Horeg Hukumnya Haram
4
Sejumlah Peristiwa Penting Kenabian dan Kosmologis di Bulan Muharram
5
Holiday Pesantren Darun Nun, Tempat Liburan Edukatif yang Menyenangkan bagi Santri Cilik
6
Pendaftaran Beasiswa LPDP Batch 2 Tahun 2025 Resmi Dibuka, Berikut Ketentuannya
Terkini
Lihat Semua