Masyamsul Huda kelahiran asli Tebuireng dan sempat bekerja pada Majalah Tebuireng selama 10 tahun lebih. Hal tersebut membuat penulis memiliki akses informasi yang baik perihal peristiwa yang terjadi sebelum berdirinya Pondok Pesantren Tebuireng. Penggambaran yang baik didukung pula dengan latar belakang keluarga penulis yaitu cucu Kiai Sakiban. Hal ini yang menguatkan alur cerita yang disampaikan melalui sudut pandang orang ketiga melalui Kiai Sakiban. Bukan melalui sudut pandang KH M Hasyim Asy’ari (Mbah Hasyim) yang diusung sebagai judul besar buku ini.
Novel sejarah ini dimulai dari keresahan masyarakat yang muncul atas dampak berdirinya pabrik gula Cukir pada tahun 1884. Dampak yang paling dirasakan munculnya tempat hiburan yang terletak di utara pabrik. Tempat hiburan berkembang pesat menjadi pusat pencarian hiburan dan pemuas nafsu birahi bahkan oleh orang dari luar. Keresahan semakin besar ditambah adanya kaki tangan Belanda yang berasal dari warga pribumi yang justru tidak segan melakukan teror terhadap masyarakat.
Upaya perlawanan mulai muncul diawali melalui cara kekerasan. Perlawanan tersebut menghasilkan hal yang sia-sia karena berujung kekalahan dan justru membuat Pemerintah Belanda memberikan pengawasan terhadap Desa Cukir. Setelah itu, muncullah sebuah harapan yang membawa masyarakat menuju tatanan hidup yang lebih baik, menjauh dari kemaksiatan. Harapan yang terbungkus penuh keteduhan sikap dan ilmu pengetahuan luas yang ada pada sosok KH M Hasyim Asy’ari.
Novel sejarah ini terbungkus dengan cetakan yang dapat dibilang baik. Bobot buku yang cukup ringan membuatnya bisa menjadi teman perjalanan. Ditambah besaran huruf yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil membuat mata nyaman ketika membaca dengan waktu yang cukup lama. Walaupun typo yang ada kalanya meresahkan, namun penggunaan bahasa dikemas dengan sederhana dan baik sehingga pembaca dengan latar belakang beragam dapat mudah memahami cerita.
Terpopuler
1
Ketum Fatayat NU Sebut NU Online Jadi Inspirasi Dakwah Ramah dan Inklusif
2
Innalillahi, KH Imam Aziz Pengasuh Pesantren Bumi Cendekia Wafat
3
4 Rekomendasi MUI Jatim soal Penggunaan Sound Horeg
4
Fatwa MUI Jatim: Sound Horeg Haram Jika Timbulkan Gangguan dan Kemaksiatan
5
Workshop Nawaning Nusantara Dorong Gerakan Pesantren Anti Kekerasan Seksual
6
PCNU Tulungagung Susun Basis Data Organisasi Lewat NU MAP
Terkini
Lihat Semua