Metropolis

Monumen Tugu Pahlawan Diminta Benahi Data Perjuangan Laskar Hizbullah-Sabilillah

Ahad, 6 Oktober 2024 | 20:00 WIB

Monumen Tugu Pahlawan Diminta Benahi Data Perjuangan Laskar Hizbullah-Sabilillah

Serasaehan kebangsaan di Gedung Soetandyo Wignjosubroto, Unair Surabaya, Ahad (06/10/2024). (Foto: NOJ/ ISt)

Surabaya, NU Online Jatim

Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Gubeng, Kota Surabaya menggelar sarasehan kebangsaan bertema "Berdirinya NU dan Resolusi Jihad NU sebagai Salah Satu Pilar Kemerdekaan Indonesia". Kegiatan tersebut dipusatkan di Gedung Soetandyo Wignjosubroto, Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Ahad (06/10/2024).

 

Dalam diskusi terungkap bahwa keberadaan Monumen Tugu Pahlawan Surabaya disebut tidak fair dalam mendokumentasikan peran perjuangan para santri, utamanya dalam perang 10 November 1945. Pemkot Surabaya sebagai pengelola masih menisbikan para pejuang yang tergabung dalam Laskar Hizbullah dan Laskar Sabilillah.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

 

Di sisi lain, pemerintah pusat telah menetapkan momentum lahirnya Resolusi Jihad NU sebagai Hari Santri. Resolusi Jihad NU, turut mengibarkan semangat perang 10 November 1945 diperkuat Fatwa Jihad KH M Hasyim Asy'ari, Rais Akbar NU sehingga mobilisasi massa kaum santri terjadi dari berbagai daerah di Jawa dan Madura

 

"Eksistensi Laskar Hizbullah telah digembleng sejak Indonesia belum merdeka. Yakni zaman pendudukan Jepang di Cibarusah, Jawa Barat. Sehingga, ketika terjadi pertempuran Surabaya, para santri Laskar Hizbullah telah siap bertempur, terutama adanya Resolusi Jihad NU," tutur Riadi Ngasiran, salah satu pemateri dalam serasehan itu.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 

Penulis buku ‘Resolusi Jihad NU dan Perang Sabil di Surabaya tahun 1945’ itu mengingatkan, adanya Fatwa Jihad Kiai Hasyim Asy’ari (17 September 1945), yang ditujukan kepada masyarakat luas, terutama kaum santri dan umat Islam.

 

“Hal ini diperkuat dengan keputusan PBNU yang mengeluarkan 'peringatan' untuk pemerintah pada saat itu, yakni Resolusi Jihad NU di Surabaya pada 22 Oktober 1945,” ucapnya.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

 

Kedua, keputusan agama dan politik NU (Fatwa Jihad Kiai M Hasyim Asy’ari tanggal 17 September 1945 dan Resolusi Jihad NU tanggal 22 Oktober 1945), kemudian memperoleh dukungan besar dari organisasi keagamaan di Indonesia.

 

"Rakyat Muslimin Kebumen mengeluarkan mosi agar umat Islam bersungguh-sungguh mempertahankan Republik Indonesia. Pada tanggal 7-8 November 1945, Umat Islam Indonesia menyelenggarakan Muktamar Umat Islam Indonesia di Yogyakarta. Muktamar Islam Indonesia menyerukan seluruh umat Islam Indonesia untuk memperkuat persiapan untuk berjihad fi Sabilillah," katanya.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 

Riadi yang juga penulis buku ‘Sejarah Pergerakan Kemerdekaan Indonesia Bawah Tanah’ ini menyebutkan, PBNU pun mengeluarkan sebuah dukungan spiritual kepada para pejuang Kemerdekaan Indonesia yang telah diproklamasikan pada 17 Agustus 1945.

 

"Resolusi Jihad NU tersebut mengatakan bahwa berperang melawan penjajah dalam rangka mempertahankan kemerdekaan Indonesia adalah fardlu ’ain, dan mereka yang merusak persatuan rakyat harus dibinasakan,” tegasnya.

 

Ia menambahkan, resolusi itu kemudian disampaikan kepada Presiden RI, Panglima tertinggi TRI, Markas Tinggi Hizbullah, Markas Tinggi Sabilillah, dan seluruh Rakyat Indonesia. Resolusi tersebut dikenal dengan Resolusi Jihad Purwokerto.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 

Selain itu, ia menuturkan bahwa kelahiran NU di Surabaya, yang merupakan kota metropolitan, terkandung spirit kosmopolitanisme bagi kaum santri. “Dari sinilah, NU tak bisa dilepaskan dari Surabaya hingga kini dengan kehadiran lembaga pendidikan dan pelayanan kesehatan, yang merupakan perwujudan konsep Mabadi Khairu Ummah yang digariskan para muasis NU,” pungkasnya.

 

Sebagai informasi, turut diundang sebagai pemateri dalam serasehan itu, yaitu Dosen Sejarah FIB Unair, Ihsan Rosyid. Hadir dalam acara ini Wakil Sekretaris PCNU Surabaya Gus Miftah Jauhari Al-Ngindeni dan sejumlah undangan lainnya.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND