Nusiana

Saat Kiai Miftah 'Dikasari' Khadam NU

Sabtu, 28 November 2020 | 08:30 WIB

Saat Kiai Miftah 'Dikasari' Khadam NU

KH Miftachul Akhyar (tengah) dalam suatu acara. (Foto: NOJ/ASm)

Sebelum diamanahi sebagai Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, KH Miftachul Akhyar adalah Rais Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur.

 

Yang melekat dari sosoknya adalah pribadi nan santun, lembut dalam bertutur kata, serta tidak membedakan siapa yang diajak bicara.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

 

Meskipun memiliki kuasa yang demikian tinggi, namun tidak menjadikan Kiai Miftah, sapaan kesehariannya sok memerintah. Minta dilayani dan sejenisnya.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 

Bergaul dan melayani siapa saja selagi longgar dan tidak menjaga jarak. Termasuk dengan para khadam atau pelayan di kantor PWNU Jawa Timur. Seperti kisah berikut yang ditulis A Afif Amrullah, Ketua PW Lembaga Amil Zakat, Infak dan Sedekah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) Jawa Timur.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

 

Suatu ketika, nada suara telepon Cak Bakar, khadam kantor PWNU Jatim di Raya Masjid Al-Akbar Timur 9 Surabaya berdering.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 

Kriinnnggg.

 

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

Cak Bakar yang asli Lamongan melihat bahwa nomor penelpon tidak dikenal. Maklum saja, kala itu dia baru beberapa hari mengabdi sebagai khadam. Sehingga belum banyak menyimpan nomor telepon para pengurus.

 

"Halo, assalamu'alakum," jawab Cak Bakar dengan nada tegas.

 

"Wa'alaikumussalam. Sampean masih di kantor PWNU, Cak?" Suara lembut menyaut.

 

"Yo, masih di PW ini. Sebentar lagi pulang,"

 

"Oh, nggih. Kiai Badruddin tadi ke kantor ya? Sekarang sudah pulang apa belum?"

 

"Oalah, yo sudah pulang Pak. Jam segini kok baru tanya. Ini sudah sepi," jawab Cak Bakar, masih dengan suara lantangnya.

 

"Oh, nggih sampun. Maturnuwun. Assalamu'alaikum,"

 

"Yo, wa'alaikumsalam," Cak Bakar mengakhiri pembicaraan tanpa tahu siapa yang menelpon.

 

Keesokan harinya, saat santai di ruang lobby kantor, seseorang mencoleknya dari belakang.

 

"Cek galak'e rek nek ditelpon,"

 

"Nnnggg... nnnggg... nganu Kiai. Ngapunten. Ternyata kemarin panjengan yang telepon. Saestu ngapunten sanget Kiai," jawab Bakar gelagapan sambil mencium tangan kanan pemilik suara itu.

 

Gimana tidak gelagapan. Ternyata yang menelpon kemarin adalah Kiai Miftah, Rais PWNU Jatim.

 

Mendapat perlakuan seperti itu, Kiai Miftah santai-santai aja. Dasarnya memang santun dan rendah hati. Bahkan di lain kesempatan peristiwa serupa kejadian lagi.

 

Itulah hebatnya Cak Bakar. Hanya dia yang berani begitu kepada Kiai Miftah.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND