Dosen Unusa Ulas Pentingnya Kesehatan Mental Anak, Orang Tua Wajib Peka
Senin, 20 Januari 2025 | 21:00 WIB
Surabaya, NU Online Jatim
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), dr Hafid Algristian SpKJ, mengatakan bahwa kesehatan mental bagi anak sangat penting. Sebab itu, orang tua hendaknya peka terhadap masalah yang dihadapi seorang anak.
“Data dari WHO tahun 2021 menunjukkan bahwa sekitar 10-20 persen anak di seluruh dunia mengalami gangguan mental, seperti kecemasan, depresi, atau gangguan perilaku. Ironisnya, banyak anak tidak mendapatkan penanganan yang tepat,” ujarnya dilansir laman resmi Unusa, Senin (20/01/2025).
ADVERTISEMENT BY OPTAD
Ia menyebutkan, perbedaan generasi membuat pola asuh tradisional sebagaimana yang dialami orang tua zaman dulu sering kali tidak relevan lagi bagi anak. Menurutnya, anak-anak saat ini tumbuh di tengah teknologi canggih, melimpahnya informasi, dan tekanan sosial yang beragam.
“Anak-anak menghadapi tantangan yang berbeda dari generasi sebelumnya. Penting bagi orang tua untuk menyesuaikan pola asuh mereka dengan kebutuhan zaman,” ungkap dr Hafid.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
Dirinya mengingatkan pentingnya deteksi dini untuk mencegah gangguan mental agar tidak berkembang semakin serius. Beberapa gejala hal itu yang perlu diwaspadai orang tua meliputi gangguan emosi, sosial, perilaku, serta keluhan fisik.
Ia menambahkan, gangguan emosi bisa membuat anak mudah marah, cemas, atau sering tampak sedih tanpa alasan jelas. Untuk gangguan sosial, anak akan mudah menarik diri dari teman-temannya atau merasa terancam dalam situasi sosial. Sementara gangguan perilaku dapat membuat perubahan drastis dalam pola makan, tidur, atau prestasi sekolah. Adapun keluhan fisik akan membuat anak sering sakit kepala, gangguan tidur, atau keluhan lainnya tanpa sebab medis.
ADVERTISEMENT BY OPTAD
“Jika tanda-tanda ini dibiarkan, dampaknya bisa sangat panjang. Anak mungkin kesulitan belajar, menjalin hubungan sosial, bahkan menghadapi risiko gangguan mental yang lebih berat di masa dewasa,” jelasnya.
Untuk mengatasi hal itu, dr Hafid menyarankan agar orang tua membuka komunikasi yang jujur dengan anak. Secara tergas ia mendorong orang tua mendengarkan mereka tanpa menghakimi tapi memberikan empati, serta gunakan bahasa yang sederhana sesuai usia anak.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
“Jika perlu, gunakan kuesioner sederhana seperti Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ-25) untuk mendeteksi potensi masalah mental,” terang dr Hafid.
Ia menjelaskan, apabila tanda-tanda gangguan mental berlangsung lebih dari dua hingga empat pekan, maka orang tua disarankan segera berkonsultasi dengan profesional, seperti psikiater atau psikolog.
“Cinta terbaik yang bisa diberikan orang tua adalah waktu dan perhatian. Dengan mendampingi anak dan memperhatikan kesehatan mental mereka, kita memberikan fondasi kuat untuk masa depan mereka,” tandasnya.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
ADVERTISEMENT BY ANYMIND