Pendidikan

Johsua Indra Kurniawan, Alumni PPG Unusa Bermimpi Bangun Indonesia Timur

Ahad, 24 Agustus 2025 | 09:00 WIB

Johsua Indra Kurniawan, Alumni PPG Unusa Bermimpi Bangun Indonesia Timur

Johsua Indra Kurniawan Pole, salah satu alumi PPG Prajabatan oleh Unusa. (Foto: Istimewa)

Surabaya, NU Online Jatim

Dari sebuah daerah kecil di Sulawesi Tengah, tepatnya di Tentena, Kabupaten Poso, langkah Johsua Indra Kurniawan Pole membawanya merantau hingga ke Surabaya. Ia tak pernah menyangka penempatan Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) justru menjadi pintu yang membuka banyak pengalaman berharga baginya.

 

Johsua mengaku awalnya belum mengetahui Unusa. Namun, setelah mendapat penempatan, ia mulai mencari tahu tentang Unusa, meski berbeda dengan keyakinan yang dianutnya, Johsua menegaskan bahwa perbedaan itu sama sekali tidak menjadi hambatan, bahkan justru memberinya banyak pengalaman berharga.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

 

“Waktu dapat penempatan pendidikan di Unusa, saya langsung cari tahu. Ternyata mayoritas mahasiswanya muslim. Walaupun berbeda dengan keyakinan saya, selama studi saya merasa sangat nyaman. Tidak ada masalah sama sekali, justru saya sangat dibantu dan dirangkul dengan teman-teman yang muslim, perbedaan ini bukan jadi penghalang dalam bergaul,” ujarnya dalam keterangan diterima, Sabtu (23/08/2025).

 

Salah satu pengalaman yang paling membekas bagi Johsua adalah ketika ia mengikuti mata kuliah Aswaja (Ahlussunnah wal Jamaah). Mata kuliah elektif pendidikan karakter berbasis Aswaja ini memberikan edukasi pada mahasiswa PPG Prajabatan (Prajab) Unusa agar kedepan bisa menjadi guru yang profesional.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 

Dari mata kuliah tersebut, Johsua mengaku mendapatkan perspektif baru mengenai ajaran Islam yang penuh dengan nilai kasih sayang, kedisiplinan, dan toleransi. Menurutnya, Aswaja benar-benar membuka wawasan dirinya.

 

“Saya melihat teman-teman muslim disiplin sekali dalam mengatur waktu, terutama ketika melaksanakan shalat. Saya juga belajar banyak tentang makna toleransi dari situ. Saya merasa perbedaan justru menjadi sarana untuk saling memahami,” jelas pria kelahiran Tentena, 23 April 1999 itu.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

Johsua bahkan sempat memiliki pengalaman menarik ketika mengikuti ujian Aswaja. Diceritakan, setelah ujian, teman-temannya bertanya nilai yang dimiliki. Ia pun balik bertanya nilai mereka dulu.

 

“Ternyata mereka 96, sedangkan saya 98. Mereka mensorak-soraki saya terus kami tertawa bersama. Itu momen yang sangat berkesan. Bahkan saat pertama kali menulis huruf Arab, teman-teman bilang tulisan saya bagus. Hal-hal kecil seperti itu membuat saya semakin merasa diterima,” kenangnya sambil tersenyum.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 

Membangun Pendidikan di Daerah

Di balik perjalanan akademiknya, Johsua menyimpan mimpi besar untuk mengabdi sebagai guru. Meski berasal dari keluarga sederhana, di mana orang tuanya hanya lulusan SMK, hal tersebut tidak menyurutkan tekadnya untuk menempuh pendidikan tinggi.

 

Anak kedua dari empat bersaudara pasangan Daniel Pole dan Jeni Biang, mengaku termotivasi oleh kondisi pendidikan di daerah asalnya, Poso, yang masih jauh tertinggal dibandingkan kota-kota besar di Indonesia. Minimnya fasilitas dan keterbatasan tenaga pendidik membuatnya bertekad untuk kembali ke daerah dan memberikan kontribusi nyata.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 

“Jadi guru itu memberikan saya motivasi tersendiri. Saya merantau ke Jawa dengan harapan suatu saat bisa kembali ke daerah membangun pendidikan di sana. Saat ini saya ingin belajar bagaimana sistem pendidikan di Jawa, dan nantinya akan saya terapkan di daerah asal saya,” ungkapnya.

 

Bagi Johsua, melanjutkan studi melalui program PPG di Unusa bukan sekadar syarat formal untuk menjadi guru profesional, tetapi juga proses berharga untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, dan jaringan. Ia merasa lingkungan Unusa membantunya berkembang, tidak hanya dari sisi akademik tetapi juga dalam membentuk karakter sebagai pendidik yang menghargai keberagaman.

 

“PPG di Unusa sangat membantu saya. Bukan hanya menambah wawasan, tetapi juga mengajarkan saya tentang nilai-nilai kebersamaan, menghargai perbedaan, serta kesiapan untuk menjadi guru profesional. Semua pengalaman ini akan saya bawa pulang dan saya terapkan di daerah asal saya,” ucapnya.

 

Johsua menutup ceritanya dengan penuh optimisme. Ia percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk memajukan bangsa, termasuk di wilayah timur Indonesia yang masih membutuhkan perhatian lebih. “Dengan semangat ini ia bertekad menjadi bagian dari perubahan itu melalui profesinya sebagai guru,” pungkasnya.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND