• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 20 April 2024

Khutbah

Khutbah Jumat Bulan Rajab: Kesempatan Istimewa Merenungi Kualitas Shalat

Khutbah Jumat Bulan Rajab: Kesempatan Istimewa Merenungi Kualitas Shalat
Saat ini waktu terbaik merenungi kualitas shalat. (Foto: NOJ)
Saat ini waktu terbaik merenungi kualitas shalat. (Foto: NOJ)

Di antara keistimewaan bulan Rajab adalah adanya perintah shalat kepada umat Nabi Muhammad SAW seiring peristiwa Isra' dan Mi'raj. Dan kesempatan berada di bulan Rajab tersebut hendaknya juga dijadikan sebagai refleksi terhadap shalat yang dikerjakan lima kali dalam sehari.

Harapannya, baik secara kualitas dan kuantitas, ibadah shalat umat Islam akan semakin berkualitas. Karena shalat juga dapat dijadikan ukuran keislaman seseorang, apalagi ibadah ini kelak yang pertama akan dihisab.

Naskah khutbah Jumat ini tentu saja akan semakin bermanfaat kalau dibagikan kepada jamaah dan komunitas lain. Baik dengan diprintout, maupun file-nya dibagi dengan memanfaatkan media sosial agar semakin berguna dan menjadi jariyah kebaikan. (Redaksi)     

 

Khutbah I

 

 اْلحَمْدُ للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ


أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه


اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى الِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين


أَمَّا بَعْدُ: فَيَايُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم}، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ

 

Jamaah Jumat Rahimakumullah

Jumat siang ini demikian istimewa karena kita mendapatkan nikmat kesehatan dan takwa sehingga digerakkan untuk menjalankan ibadah shalat Jumat berjamaah. Semoga dari hari ke hari takwallah tersebut akan terus bertambah yang diwujudkan dengan menjalankan perintah dan menjauhi yang dilarang, amin ya rabbal alamin.

 

Hadirin yang Berbahagia

Tanggal 27 Rajab diperingati sebagai hari Isra’ Mi’raj. Peristiwa penting ini diabadikan di dalam Al-Qur’an, surat Al-Isra’, ayat 1 sebagai berikut: 


 سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ

 

Artinya: Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. 

 

Ayat tersebut mengisahkan tentang bagaimana Nabi Muhammad Shallahu Alaihi Wasallam menjalani apa yang disebut Isra’ dan Mi’raj dengan menempuh perjalanan di malam hari dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsha di Palestina. Kemudian dari Masjidil Aqsha naik ke atas ke Sidratul Muntaha di Arsy (langit ketujuh) hingga kembali lagi ke bumi di kota Makkah dalam waktu semalam atau kira-kira dalam rentang 12 jam. Dalam peristiwa ini Allah Subhanahu Wa Taala bermaksud memperlihatkan tanda-tanda kebesaran-Nya. 


Peristiwa Isra’ dan Mi’raj terjadi sekitar 10 tahun setelah Nabi Muhammad diangkat menjadi nabi sekaligus rasul. Selama sepuluh pertama kenabiannya, Rasulullah menghadapi banyak tantangan terberat dalam tugas-tugas dakwahnya. Misalnya, jumlah kaum muslimin masih relatif sedikit sementara jumlah yang menentang dakwah beliau lebih banyak. Secara ekonomi, Nabi Muhammad juga diganggu dengan berbagai embargo untuk mempersulit kehidupan ekonomi. Secara sosial juga dikucilkan dari kehidupan yang dilancarkan orang-orang Quraisy. Tidak hanya itu, Nabi juga menjalani suasana hati yang amat sedih dengan meninggalnya orang-orang yang dicintainya, yakni sang paman, Abu Thalib bin Abdul Muthalib, dan istri beliau Siti Khadijah Radliyallahu ‘Anha.

 

Hadirin Jumat yang Mulia

Dalam suasana seperti itu, Allah SWT meng-isra’ dan mi’raj-kan Nabi Muhammad sebagai “hadiah” atas kesabaran dan ketabahan beliau selama sepuluh tahun pertama menjadi nabi sekaligus untuk menerima perintah baru yang harus disampaikan dan diajarkan kepada umatnya. Perintah itu adalah shalat lima waktu yang wajib dilaksanakan setiap hari dalam keadaan apa pun. 

 

Isra’ dan Mi’raj bukanlah peristiwa biasa, tetapi merupakan kejadian luar biasa yang bagi kebanyakan orang, akal saja tidak cukup untuk bisa menerima kebenarannya. Peristiwa ini memiliki tingkat keluar biasaan yang tidak jauh berbeda dengan peristiwa bagaimana Nabi Isa Alaihis Salam lahir dari seorang ibu yang masih perawan. Beberapa hari setelah kelahirannya, Nabi Isa bisa berbicara kepada orang lain guna membela dan membebaskan ibunya dari fitnah perzinaan yang dituduhkan oleh orang-orang Yahudi.


Untuk menerima kebenaran peristiwa Isra’ dan Mi’raj tidak cukup hanya dengan mengandalkan akal karena akal manusia memiliki keterbatasan. Banyak orang, seperti Abu Jahal dan kawan-kawan, menolak kebenaran Isra’ dan Mi’raj karena pada dasarnya mereka memang bukan orang beriman. Mereka hanya punya akal tanpa iman. Sahabat Abu Bakar ash-Shiddiq Radliallahu ‘Anhu menerima kebenaran Isra’ dan Mi’raj karena tidak pernah menjumpai Nabi Muhammad berbohong, di samping memang seorang mukmin yang cerdas dan tidak sulit untuk bisa menerima kebenaran yang dibawa Nabi Muhammad Shallahu Alahi Wasallam.

 

Jamaah Jumat yang Mulia

Apakah peristiwa Isra’ dan Mi’raj bisa dijelaskan secara ilmiah? Dengan kata lain, apakah Isra’ dan Mi’raj hanyalah sebuah mimpi atau memang sebuah peristiwa yang bisa diterima secara rasional? Jawabnya, kalau kita menggunakan akal semata pastilah sangat sulit untuk bisa menerima kebenarannya. Tetapi logika atau akal yang dipandu dengan iman tentu akan lebih mudah menerima kebenarannya. Untuk itu, marilah kita coba melihat Isra’ dan Mi’raj dengan pendekatan ilmiah yang dipandu dengan iman. Untuk itu, pertanyaannya adalah apakah mungkin perjalanan dari Makkah ke Palestina lalu ke Sidratul Muntaha dan kembali lagi ke Makkah ditempuh hanya dalam semalam?


Untuk menjawab pertanyaan tersebut, pertama-tama harus diketahui bahwa bukan kemauan Nabi Muhammad untuk melakukan perjalanan Isra’ dan Mi’raj itu. Tetapi Allah-lah yang menghendaki sehingga Allah pula yang secara aktif menjalankan peristiwa itu. Dalam peristiwa ini, posisi Nabi Muhammad adalah sebagai objek sedangkan Allah sebagai subjek.


Jika subjek adalah Allah, maka bukankah tidak ada yang tidak mungkin bagi-Nya? Allah mampu melakukan apa saja yang Allah mau tanpa batas. Kata-kata di dalam Al Quran, yakni “الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ (yang telah memperjalankan hamba-Nya)”, menunjukkan bahwa Allah adalah subjek dari peristiwa Isra’ dan Mi’raj. 

 

Kedua, Nabi Muhammad ditemani oleh Jibril dengan mengendarai Buraq. Kita tahu bahwa Jibril dan Buraq diciptakan dari nur atau cahaya. Dalam ilmu fisika disebutkan kecepatan cahaya adalah 300.000 km/detik. Dalam semalam, Buraq dengan kecepatan cahaya, bisa menempuh perjalanan sejauh 12 x 60 x 60 x 300.000 = 216. 000.000.000 km. Padahal jarak bumi dengan Sidratul Muntaha atau langit ketujuh setelah Pluto hanya kira-kira 5.756.000.000 km. Untuk sampai ke langit ketujuh dan kembali lagi ke bumi, Buraq cukup memerlukan waktu 10 jam. Jika durasi satu malam dihitung sama dengan kira-kira 12 jam, yakni dari matahari terbenam hingga terbit, maka masih ada sisa waktu 2 jam. Jika di Sidratul Muntaha Nabi menghabiskan waktu selama 2 jam, misalnya, maka dengan perhitungan seperti itu, peristiwa Isra’ dan Mi’raj sesungguhnya tidak mustahil sebab dalam waktu 12 jam Nabi Muhammad dengan mengendarai Buraq dan ditemani Jibril dapat menempuh perjalanan itu. Apalagi di sana ada Allah yang menjadi sutradaranya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tidak ada yang mustahil bagi Allah sepanjang ada iradah-Nya. 

 

Jamaah Jumat Hafidhakumullah 

Peristiwa Isra’ Mi’raj diabadikan di dalam Al-Qur’an. Sebagai orang Islam kita wajib percaya bahwa Al-Qur’an benar. Jika ada di antara kita yang merasa sulit untuk bisa menerima kebenaran Isra’ Mi’raj secara rasional, maka memang tidak semua kebenaran agama bisa dijelaskan secara rasional. Di sinilah perlunya iman. Iman akan memudahkan kita menerima kebenaran agama. Iman memang tidak menuntut bukti-bukti empiris.


Pada akhirnya peristiwa Isra’ Mi’raj akan menguji siapa, apakah bisa mengimani ataukah tidak. Mereka yang bisa menerima kebenaran Isra’ dan Mi’raj secara penuh tanpa mempersoalkan apakah peristiwa itu rasional ataukah tidak adalah orang-orang yang beriman. Mereka yang bisa mengimani Isra’ dan Mi’raj karena menurutnya peristiwa itu bisa diterima secara rasional karena memang memiliki pengetahuan tentang itu, sudah barang tentu akan meyakininya lebih kuat dan lebih mantap dibanding mereka yang tidak memiliki pengetahuan sama sekali. 


Jamaah Jumat Rahimakumullah

Isra’ Mi’raj merupakan salah satu mukjizat dari sekian banyak mukjizat Nabi Muhammad SAW. Setiap tahun kita memperingatinya karena meyakini terjadinya peristiwa itu. Umat Islam juga yakin perintah shalat lima waktu diturunkan pada saat Isra’ Mi’raj. Oleh karena itu dengan peringatan Isra’ Mi’raj ini, marilah kita tingkatkan ibadah shalat kita baik secara kualitas maupun kuantitas. 

 


Secara kualitas, ibadah shalat bisa kita tingkatkan, misalnya dengan meningkatkan ketepatan waktu pelaksanaannya dan sebagainya. Jika selama ini mungkin kita sering menunda-menunda shalat, maka marilah kita perbaiki dengan menjalankan shalat tepat pada waktunya khususnya di awal waktu. Nabi Muhammad dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim bersabda: 


 الصَّلاَةُعَلَى وَقْتِهَا

 

Artinya: Shalat hendaknya dilakukan tepat pada waktunya. 


Bagaimanapun shalat yang dijalankan tepat pada waktunya lebih baik daripada yang dijalankan di akhir waktu. Jika memang tak ada alasan yang cukup kuat dan penting, maka haruslah kita usahakan untuk menjalankan shalat di awal waktu. Secara kuantitas ibadah shalat bisa kita tingkatkan dengan menambah atau memperbanyak shalat-shalat sunah, seperti shalat rawatib, dhuha, tahajud dan sebagainya. 

 

Hadirin Rahimakumullah

Dengan peringatan Isra’ Mi’raj yang setiap tahun selalu kita laksanakan, kita berharap semoga Allah SWT senantiasa menetapkan dan menguatkan iman kita serta memberi kesempatan dan kekuatan untuk meningkatkan shalat baik secara kualitas maupun kuantitas. Amin, amin ya rabbal alamin.

 

جَعَلَنا اللهُ وَإيَّاكم مِنَ الفَائِزِين الآمِنِين، وَأدْخَلَنَا وإِيَّاكم فِي زُمْرَةِ عِبَادِهِ المُؤْمِنِيْنَ : أعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجِيمْ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمانِ الرَّحِيمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا  باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ وذِكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ

 

Khutbah II

 

 اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا


أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ


اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ


عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

 


Khutbah Terbaru