• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 29 Maret 2024

Khutbah

Khutbah Jumat Terbaru: Menyadari Rahmat Allah yang Luar Biasa

Khutbah Jumat Terbaru: Menyadari Rahmat Allah yang Luar Biasa
Rahmat Allah yang diberikan kepada manusia luar biasa. (Foto: NOJ/Wikimedia)
Rahmat Allah yang diberikan kepada manusia luar biasa. (Foto: NOJ/Wikimedia)

Materi khutbah Jumat kali ini ingin menyadarkan bahwa rahmat Allah demikian besar dan luar biasa. Pada saat yang sama, kita dituntut untuk tidak meremehkan orang lain dengan profesi dan pekerjaan yang mungkin dianggap sepele dan remeh, bahkan kurang keren.

Dalam konteks kekinian, rahmat Allah dapat saja berada dalam amal yang sungguh sepele. Mungkin saja rahmat itu terletak dalam diri anak-anak jalanan yang mengulurkan tangan ke hadapan kita, atau di dalam diri pengamen yang menyanyikan lagu sumbang tak jelas suara dan nadanya. 

Dan juga mungkin sekali rahmat itu terletak pada amal kita saat memberi selembar uang kertas kepada pengemis usai shalat Jumat. Walhasil, sekecil apapun amal itu tidak boleh kita sepelekan.

Demikian pula mari jadikan pertemuan pada Jumat kali ini sebagai sarana meningkatkan takwallah. Yakni dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya, sehingga menjadi muslim ideal.

Untuk mencetak naskah khutbah, jamaah utamanya para khatib dapat menekan tombol print sehingga bisa menggandakan dan digunakan untuk khutbah Jumat. Berikut naskah lengkap khutbah Jumat berjudul: Menyadari Rahmat Allah yang Luar Biasa, dan semoga memberikan manfaat. (Redaksi)

 

Khutbah Pertama

 

 اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اله إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله.اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أله وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أما بعد فياعباد الله أوصيكم ونفسى بتقوى الله فقد فاز المتقون, اتقو الله حق تقاته ولاتموتن ألا وأنتم مسلمون    

 

Jamaah yang Dirahmati Allah
Diberikan kesempatan untuk hadir di majelis yang mulia ini adalah sebuah kurnia yang wajib disyukuri. Setidaknya nikmat iman dan kesehatan sekaligus kita rengkuh pada Jumat siang ini. Karena tidak sedikit saudara kita yang gagal menerima keduanya sekaligus. Ada yang memiliki hasrat dan keinginan kuat untuk berangkat ke masjid, tapi ternyata terhalang kesehatan. Demikian juga kaum muslimin diberikan kesehatan, namun tanpa keimanan sehingga tidak berkenan menghadiri panggilan shalat Jumat berjamaah ini. Oleh sebab itu mari dua nikmat tersebut kita syukuri dengan meningkatkan takwallah yakni menjalankan perintah dan menjauhi yang dilarang Allah SWT.

 

Jamaah yang Berbahagia
Materi khutbah kali ini merupakan penjabaran dari istilah rahmat dalam ayat Az-Zumar 53: 

 

 قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ   

 

Artinya: Katakanlah hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 

 

Bahwasanya kita dilarang untuk merasa putus asa atas rahmat Allah. Bagaimana akan putus asa kalau kita sendiri tidak memahami rahmat itu sendiri. Oleh karena itulah tema khutbah kali ini akan lebih banyak membicarakan hal tersebut.  

 

Artikel diambil dariUpaya Meraih Rahmat Allah swt

 

Sebuah kisah yang berdasarkan pada hadits Rasulullah SAW dari cerita Malaikat Jibril: Sungguh dahulu pernah ada seorang hamba (abid) yang tinggal seorang diri di sebuah gunung paling tinggi di dunia. Begitu tingginya gunung itu, sehingga aku (Jibril) sering melaluinya ketika hendak turun dari langit melaksanakan titah dari Yang Maha Kuasa. Gunung itu tidak begitu luas, tetapi cukup lengkap persediaan bahan makanan dan buah-buahan, juga air terjun yang menyegarkan. Hal itu mempermudah abid menjaga perut dari kekosongan dan memudahkannya berwudhu sehingga selalu dalam keadaan suci. 

 

Di atas gunung yang sangat indah itu, abid hidup selama lima ratus tahun. Ia tidak punya kegiatan, selain beribadah, bermunajat, berdoa, dan tidak pernah terlintas di benaknya untuk berbuat dosa dan mendurhakai-Nya. Salah satu doa yang dikabulkan Allah adalah permohonannya setiap saat untuk mati dalam keadaan sujud. Demikianlah, akhirnya abid meninggal dunia dalam usia lima ratus tahun. 

 

Setelah kematiannya Allah berfirman kepadanya: Wahai hamba, karena rahmat-Ku, kau akan segera Aku masukkan ke dalam surga. Mendengar pernyataan tersebut si abid berubah mukanya, terkesan tidak terima. Karena ia merasa bahwa amal dan ibadahnya selama lima ratus tahun tanpa dosa-lah yang menyebabkan layak masuk ke surga. Bukan semata karena rahmat-Nya.

 

Demikian protes abid kepada Allah SWT. Mengerti dengan yang dimaksud si abid, maka segeralah Allah menugaskan seorang malaikat untuk menghitung dan menimbang seluruh amal dan ibadahnya selama lima ratus tahun tanpa dosa yang diandalkannya sebagai modal meraih surga. Kemudian ditimbangnya amal tersebut dengan rahmat pemberian-Nya. Ternyata rahmat Allah yang diberikan kepada abid yang terdapat dalam mata (termasuk di dalamnya kemampuan melihat) saja jauh lebih berat nilainya dibandingkan dengan ibadahnya selama lima ratus tahun. Belum nikmat anggota badan yang lain, otak, kaki, tangan, dan seterusnya. Maka sesuai dengan protes yang diajukannya, Allah pun memerintahkan malaikat untuk menyeret si abid ke dalam neraka. Karena nilai amal dan ibadahnya jauh lebih ringan dari pada rahmat yang terdapat pada mata. 

 

Hadirin Rahimakumullah
Ketika itulah si abid baru sadar ternyata kebergantungannya pada amal tidak dapat menyelamatkannya. Segera ia meminta ampunan dan mengakui akan segala kesalahan dan kesombongannya. Ia terlalu mengandalkan amal ibadahnya dan mengabaikan rahmat-Nya.   

 

Untung saja Allah mengampuninya dan sekali lagi menanyakan kepada si abid: Apakah engkau masuk surga ini karena amalmu? Si abid menjawab: Tidak ya Allah Tuhanku, sungguh ini semua karena rahmat-Mu


Jamaah Jumat Rahimakumullah 
Cerita di atas membuktikan betapa hidup manusia sangat tergantung pada rahmat Allah SWT sebagai pengatur alam jagad raya. Dia-lah yang menentukan semuanya. Ia berhak melakukan apapun kepada makhluk. Sebagai Sang Pencipta, sebagai Sang Maha Kuasa, Dia bebas menyiksa dan mengganjar siapa saja yang Ia mau. Tidak ada yang dapat membatasi gerak-Nya. Ketundukan atau kedurhakaan kita kepada-Nya tidaklah mampu menggeser kekuasaannya walau sedikit pun. Oleh karena itulah hidup semua makhluk ini sungguh-sungguh tergantung pada rahmat-Nya, bukan pada kesalihan amal ibadah kita. 


Hadirin Rahimakumullah

Oleh karena itulah, kita diajari sebuah doa yang sangat masyhur:


 ارحمنا ياالله لان رحمتك أرجى لنا من جميع أعمالنا, واغفر لنا ياالله لان مغفرتك اوسع من ذنوبنا 

 

Irhamna ya Allah, lianna rahmataka arja lana min jami’i a’malina. Waghfir lana ya Allah, lianna maghfirataka ausa’u lana min dzunubina. 

 

Artinya: Ya Allah kasihanilah kami, karena rahmat-Mu lebih kami harapkan dari pada semua amal kami. Dan ampunilah kami, karena pengampunan-Mu lebih luas dari pada dosa-dosa kami.  

 

Begitulah hendaknya, manusia sebagai hamba yang lemah tidak dibenarkan terlalu merasa aman dengan amal ibadah yang telah kita kerjakan. Karena hal itu tidak serta merta mampu menyelamatkan kita. Karena keselamatan dan pertolongan itu terkandung dalam rahmat-Nya. Dengan kata lain, sungguh merugi jika manusia merasa nyaman dengan tumpukan dan penjumlahan amal yang telah dilakukannya, dengan harapan amal dan ibadah itu akan menyelamatkannya dari api neraka. 


Hadirin Hafidzakumullah
Sebuah kisah masyhur dari kitab Nashaihul Ibad karya Syaikh Nawawi al-Bantani tentang Imam al-Ghazali. Diceritakan bahwa hujjatul Islam tersebut tampak dalam mimpi, maka ia ditanya: Apa yang Allah lakukan kepadamu? Lalu ia menjawab: Allah membiarkanku di hadapan-Nya, kemudian Allah berfirman: Kenapa engkau dihadapkan kepada-Ku, apa yang engkau bawa? Maka aku (al-Ghazali) menyebutkan segala amal-ibadahku. Tapi Allah menjawab: Sesungguhnya Aku tidak menerima semua amal ibadahmu, kecuali satu amal pada suatu hari ketika kamu membiarkan seekor lalat hinggap di atas tintamu dan meminum tinta itu dari ujung penamu, serta engkau membiarkannya karena kasihan kepada lalat itu. Kemudian Allah berfirman: Wahai malaikat, bawalah hamba-Ku ini ke surga. 

 

Hadirin yang Dirahmati Allah
Fragmen Al-Ghazali ini menunjukkan kepada kita bahwa posisi rahmat Allah itu sangat rahasia. Ia bisa terdapat bentangan amal kita yang tidak kita ketahui persisnya. Beratus-ratus kitab karya Al-Ghazali, bertahun-tahun ibadahnya, tetapi rahmat-Nya malah terdapat di tinta pada ujung penanya? Bukankah secara logika ratusan karya itu lebih bernilai? Tidak demikian. Rahmat-Nya tidak dapat dikalkulasi, diprediksi dan diperinci karena rahmat itu adalah hak prerogatif milik-Nya. 

 

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah 
Oleh karena itulah tidak dibenarkan bagi kita untuk menilai rendah sebuah amal ibadah. Walaupun itu sekadar menghindarkan duri dari tengah jalan. Karena bisa saja amal itu yang dirahmati Allah. Kita tidak boleh meremehkan amal walau sekecil apapun siapa tahu itulah yang akan menyelamatkan kita di akhirat nanti. 

 

Bukankah Sayyidina Umar masuk surga karena sekadar menyelamatkan burung pipit yang dibelinya dari seorang anak kecil yang menyiksa burung tersebut? Cerita ini kemudian diabadikan dengan sebutan kitab Usfuriyah. Begitu sebaliknya. Kita tidak dibenarkan pula menyombongkan amal ibadah walau sebesar apapun amal tersebut. Karena belum tentu amal itu mengandung rahmat-Nya. 

 

Jamaah Jumat yang Disayangi Allah 

Dalam konteks kekinian, rahmat Allah dapat saja berada dalam amal yang sungguh sepele. Mungkin saja rahmat itu terletak dalam diri anak-anak jalanan yang mengulurkan tangan ke hadapan kita, atau di dalam diri pengamen yang menyanyikan lagu sumbang tak jelas suara dan nadanya. Dan juga mungkin sekali rahmat itu terletak dalam amal kita dalam memberi selembar kertas koran sebagai alas shalat Jumat. Walhasil, sekecil apapun amal itu tidak boleh kita sepelekan. Hal ini tentunya akan mengajak kita memandang fenomena akan lebih hati-hati dan tidak mudah berburuk sangka atau su’udzan. Janganlah kita mudah buruk sangka dan memandang remeh kepada pekerjaan orang lain. Tukang sayur yang mangkal setiap pagi, tukang jual kue basah, tukang ojek dan tukang lain yang sering kita nikmati jasanya tanpa kita kenal profilnya dengan dekat. Bahkan seringkali mereka yang kita jadikan kambing hitam, bisa jadi pekerjaan merekalah yang mengandung rahmat Allah dibandingkan pekerjaan kita. 

 

Akhirul kalam, bahwasanya manusia tidak boleh berputus asa untuk terus memburu rahmat Allah, karena sesungguhnya rahmat itu amat luasnya. Hanya kebanyakan manusia tidak memahami hikmah di balik itu semua. 


Demikianlah khutbah Jumat kali ini semoga membawa banyak manfaat. Minimal meyakinkan pada kita agar tidak mudah memandang remeh pada amalan kecil maupun menganggap ringan dan tak bermakna amal orang lain.

 

   هدانا الله واياكم أجمعين, أقول قول هذا وأستغفر الله العظيم لى ولكم ولسائر المسلمين والمسلمات فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم  

 

Khutbah Kedua

 

 اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ 


Editor:

Khutbah Terbaru