• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 2 Mei 2024

Metropolis

Bulan Muharram Wujudkan Rasa Syukur atas Nikmat Allah SWT

Bulan Muharram Wujudkan Rasa Syukur atas Nikmat Allah SWT
Katib PWNU Jatim, KH Romadlon Chotib. (Foto: NOJ/Times Indonesia)
Katib PWNU Jatim, KH Romadlon Chotib. (Foto: NOJ/Times Indonesia)

Surabaya, NU Online Jatim

Bulan Muharram telah tiba dan umat Islam di seluruh dunia bersiap-siap untuk merayakan bulan suci ini dengan penuh rasa syukur dan ibadah.


Katib Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim, Kiai Romadlon Chotib mengatakan, ada sebagian orang Jawa ataupun suku lain yang menyebut bulan Muharram dengan sebutan bulan Asyura yang mengandung makna sejarah dan kemenangan bagi para nabi terdahulu.


“Orang jawa banyak yang menyebut bulan Muharram itu sebagai bulan Asyura, dan dalam kitab-kitab juga banyak yang menyebut sebagai bulan Asyura,” ujarnya.


Menurutnya, bulan Muharram memiliki keutamaan yang istimewa bagi umat Islam. Sejarah mencatat bahwa pada bulan ini Nabi Muhammad SAW datang ke Madinah dan bertemu dengan para kaum Yahudi. Saat itu, nabi sedang berpuasa untuk memperingati kemenangan Nabi Musa AS melawan Fir’aun sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT.


Kiai Romadlon menerangkan, bulan Muharram harus disambut dengan apresiasi terhadap kegiatan-kegiatan masyarakat yang bernilai ibadah, sedekah, dan sosial. Hal ini menjadi bagian dari upaya mewujudkan rasa syukur atas nikmat Allah SWT. Salah satu amalan yang dianjurkan selama bulan ini adalah berpuasa.


“Bagi yang tidak mampu berpuasa, dapat digantikan dengan bersedekah sebagai bentuk rasa syukur. Di kalangan masyarakat Jawa, seringkali dilakukan selametan sebagai perayaan syukur,” terangnya.


Kiai Romadlon juga memberikan pesan penting untuk umat Islam agar merayakan bulan Asyura sebagai ajaran agama Islam yang sah, bukan mengada-ngada. Rasa syukur terhadap kenikmatan yang diperoleh dari para tokoh teladan dalam Islam, termasuk Nabi Muhammad SAW menjadi salah satu aspek penting yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.


Pihaknya menegaskan, apapun bentuk perayaan yang dilakukan tujuannya harus baik dan tidak menyimpang dari ajaran Islam. Perayaan bukanlah kesempatan untuk bersenang-senang berlebihan, melukai perasaan orang lain, atau menjadi ajang untuk menunjukkan kehebatan diri.


“Lebih dari itu, perayaan ini seharusnya menjadi momen untuk memberikan apresiasi, bersyukur, dan mengambil contoh dari kebaikan yang pernah ditunjukkan oleh Nabi Muhammad SAW dan para nabi terdahulu,” paparnya.


Dengan demikian, semangat bulan Muharam atau bulan Asyura sebagai bulan syukur umat Islam tetap dijunjung tinggi. Mengambil hikmah dari peristiwa bersejarah yang telah terjadi adalah langkah yang tepat dalam menerapkan nilai-nilai kebaikan dan kedamaian dalam kehidupan sehari-hari.


“Semoga, semangat ini akan terus terjaga dan memberikan manfaat bagi seluruh umat manusia,” harapnya.


Penulis: Larasati


Metropolis Terbaru