Surabaya, NU Online Jatim
Dalam melakukan komunikasi dengan anak, dibutuhkan ketelatenan tinggi. Sebab, orang tua juga dituntut untuk memahami emosional anak tersebut. Komunikasi yang kurang tepat dan cenderung menghakimi, dapat menjadi pemicu anak untuk berkata bohong.
“Jika demikian, akan berimbas pada pendapat orang tua yang cenderung tidak didengar. Sehingga anak merasa tidak percaya diri dan memutuskan untuk berbohong,” ujar Najeela Shihab di acara Talk Parenting, sebagaimana dilansir NU Online, Senin (24/05/2021).
Sebagai praktisi pendidikan keluarga, Najeela berpesan supaya orang tua mengendalikan emosi ketika mengetahui anak berbohong. Hendaknya mencari tahu hal yang melatarbelakangi perilaku berbohong tersebut, bukan lantas memarahinya.
Putri sulung KH M Quraish Shihab itu pun menyarankan, agar ketika mengetahui anak berbohong, hendaknya orang tua memberikan pelajaran untuk jujur dengan memperhatikan empat faktor.
Pertama, ada konsekuensi pada setiap kebohongan. Kedua, ketahui alasan mengapa anak berbohong. Ketiga, beri teladan anak tentang kejujuran. Keempat, jelaskan manfaat kejujuran.
“Bahwa, jujur itu tidak hanya berdampak untuk diri sendiri, tapi juga untuk orang lain,” jelas perempuan yang akrab disapa Ela ini.
Ela mengutarakan, anak yang jujur tidak terlahir dari nasihat, tapi ia lahir dari teladan kedua orang tua. Sebab itu, agar anak bersikap jujur, dibutuhkan pemahaman dan pembiasaan yang terus-menerus dari orang tua.
“Apabila metode ini berhasil diterapkan, maka komunikasi antar-keluarga akan lancar dan hangat,” pungkas Founder Sekolah Cikal ini.
