• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 3 Mei 2024

Metropolis

Indonesia Borong Medali dalam Asia Arts Festival di Singapura

Indonesia Borong Medali dalam Asia Arts Festival di Singapura
Perwakilan Indonesia pada Asia Arts Festival di Singapura. (Foto: NOJ/ Dok. KBRI Singapura)
Perwakilan Indonesia pada Asia Arts Festival di Singapura. (Foto: NOJ/ Dok. KBRI Singapura)

Surabaya, NU Online Jatim

Perwakilan Indonesia berhasil memborong 11 medali emas dan 7 perak dalam Asia Arts Festival (Festival Seni Asia) ke-10 yang digelar di Auditorium Seni School of the Arts (SOTA), Singapura, Selasa-Sabtu (11-15/07/2023). Di ajang ini, Indonesia diwakili Sanggar Tari Gandrung Dance Studio Jakarta dan UKM Rampoe Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gajah Mada (UGM).

 

Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Singapura, Igak Satrya Wibawa PhD mengaku bangga atas partisipasi dan keberhasilan delegasi Indonesia pada festival ini. Terlebih lagi, delegasi Indonesia membawakan tarian tradisi Indonesia yang sangat beragam.

 

“Gandrung Dance Studio dan UKM Rampoe UGM menjadi duta budaya Indonesia yang menunjukkan keberagaman budaya kita. Mereka menjadi pembeda di antara para peserta lain yang tampil dengan seni kontemporer,” ujar Satrya dalam keterangan tertulis diterima NU Online Jatim, Kamis (20/07/2023).

 

Ia mengatakan, keberhasilan tersebut menunjukkan bahwa seni tradisi Indonesia tetap diminati kalangan muda Indonesia dan punya kesempatan besar untuk berjaya di tingkat dunia. Ia menegaskan, Kemendikbudristek dan KBRI Singapura secara konsisten mendukung usaha-usaha untuk melestarikan kebudayaan dan seni tradisi Indonesia.

 

Gandrung Dance Studio di bawah asuhan Rosmala Dewi mengirimkan 28 penari untuk berlaga di beberapa kategori. Mereka membawakan beberapa tarian tradisional Sunda, Bali, Jawa, Sumatra serta Sulawesi pada kategori grup dan solo. Menariknya, di antara para penari terdapat satu orang penari termuda yang masih kelas satu SD, atau berusia enam tahun yang meraih medali perak pada kategori grup.

 

Rosmala mengungkapkan rasa bangganya karena membawa nama Indonesia dan menarikan tarian tradisional Indonesia yang sangat beragam. “Awalnya, melihat para penari kami yang masih muda tampil pada event kompetisi internasional saja sudah bangga. Tapi begitu tahu kerja keras mereka dihargai dengan piala emas, kebahagiaan kami berlipat ganda,” kata Rosmala.

 

Sementara tim Rampoe UGM menampilkan tari Ratoeh Pukat yang mengkombinasikan tari Ratoeh Jaroe dan Tarek Pukat. “Kemenangan di ajang itu menjadi salah satu pengalaman luar biasa, karena ini pertama kalinya bagi mereka mengikuti festival di Singapura,” ucap Ketua tim UKM Rampoe UGM, Fatimah Khilwana.

 

Ia menambahkan, ada cerita menarik dan penuh tantangan yang harus dilalui di balik keberhasilan itu. Yakni, dalam waktu tiga hari pihaknya harus mengubah gerakan dan formasi karena satu dan dua hal. Sehingga hal itu membuatnya khawatir tidak maksimal saat penampilan.

 

“Awalnya kami sangat takut. Bahkan di hari penampilan pun, kami merasa gelisah dan sering muncul pertanyaan ‘bisa kan yah kita?’” tutur Fatimah. 

 

Selain tantangan itu, tim Rampoe UGM baru menyelesaikan festival di Turki dan mengalami kelelahan akibat perjalanan panjang. Beruntung setelah merampungkan penampilan dengan apik, muncul euforia dan rasa haru yang tidak bisa dibendung setiap anggota.

 

“Semua tenaga dan waktu yang diinvestasikan untuk acara ini terbayar dengan penghargaan yang didapat,” ungkap Fatimah dengan haru.

 

Dalam kesempatan itu, tim Rampoe UGM juga terpilih untuk tampil secara khusus pada Gala Penutupan Festival sebagai the Best Folk Dances Category 10th Asia Arts Festivals 2023. Mereka tampil di depan dewan juri dan undangan dari kalangan pemerintah, kedutaan besar, serta lembaga kebudayaan di Singapura.

 

Sebagai informasi, The Asia Art Festival digelar sejak 2013 secara akumulatif sudah menampilkan 2600 seniman muda dari 20 negara. Tidak hanya dari benua Asia, tapi juga Jerman, Rusia, Skotlandia, New Zealand dan negara lain di belahan Eropa dan Amerika.

 

The Asia Arts Festival digagas oleh Francis Liew, seorang seniman dan tokoh musik di Singapura. Ia dibantu penuh oleh sebuah lembaga nirlaba di Singapura yang fokus pada pengembangan seni dan kebudayaan Asia.


Metropolis Terbaru