Ketua LP Ma’arif NU Jatim Paparkan Pentingnya Menempatkan Aswaja sebagai Ideologi Terbuka
Jumat, 10 Januari 2025 | 08:00 WIB
Boy Ardiansyah
Kontributor
Sidoarjo, NU Online Jatim
Ketua Pengurus Wilayah (PW) Lembaga Pendidikan (LP) Ma’arif NU Jawa Timur, Prof Dr H Masdar Hilmi menjelaskan jika Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja) yang dipegang sebagai konsep ideologi yang tertutup bukan ideologi yang terbuka maka nantinya ideologi Aswaja akan tergerus dan hilang.
“Oleh karena itu ada bagian-bagian tertentu dari Aswaja yang sifatnya berkesinambungan dan terus dilestarikan. Tapi harus ada fleksibilitas untuk memberi nilai-nilai baru,” katanya saat menjadi narasumber seminar nasional, di Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (Unusida) yang dipusatkan di Ballroom PCNU Sidoarjo, Rabu (08/01/2025).
Hal tersebut untuk menerapkan al-muhafadhotu 'ala qodimis sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah. Saat ini ideologi Aswaja diperebutkan oleh kelompok di luar NU. Mereka semua juga mengaku berideologi Aswaja. Maka tugas saat ini adalah bagaimana NU bisa menjadi pemegang, penemu yang otoritatif dari ideologi Aswaja. Jangan sampai ideologi Aswaja ini diambil oleh kelompok lain yang jauh dari NU.
“Sejak dulu NU sudah selesai dengan wacana agama dan negara. Tidak ada pertentangan terkait agama dan Undang-undang Dasar (UUD) Pancasila. Jika di kalangan NU masih ada yang mempertentangkan maka yang belum selesai adalah orang yang mempertentangkan,” terangnya.
Sejak dulu ulama NU sangat progresif dalam melihat semua hal. Ketika yang lain belum menerima Pancasila sebagai asas tunggal, NU dengan komandan KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur saat muktamar di Situbondo tahun 1984 sudah menerima. NU harus terbuka, jangan sampai nanti ada yang mengatakan, anda dari pesantren tau apa tentang Artificial intelligence (AI), post-truth, algoritma.
“Dulu tidak ada orang NU kuliah di luar negeri. Apalagi ke negara barat yang sekuler seperti saya. Tapi karena ada yang mendobrak seperti Gus Dur maka saya belajar di barat,” ucapnya.
Ia juga menegaskan bahwa munculnya AI perlu diperhatikan, karena bisa menjadi bumerang. Jika semua menggunakan AI maka akan menjadi makanan empuk Israel. Alat-alat seperti AI sebenarnya mainan orang yang berkuasa di tingkat global.
“Di Australia tempat saya belajar dulu AI tidak dipakai. Tidak boleh digunakan, jika mahasiswa ketahuan pakai AI nilainya akan dikurangi,” tandasnya.
Terpopuler
1
Ketua PCNU Sidoarjo Apresiasi Berdirinya Asosiasi Modin Republik Indonesia Abdi Nusantara
2
Berikut 5 Hal Penting Dipahami tentang Kurban Wajib
3
LP Ma’arif NU Blitar Kuatkan Tata Kelola Aset dan Lembaga Bersama PBNU
4
Prof Mas’ud Said Ungkap KH Tholchah Hasan Tokoh Inovatif dan Pemersatu Umat
5
Niat dan Keutamaan Puasa Dzulhijjah, Tarwiyah dan Arafah
6
Raffi Ahmad: Pesantren Benteng Moral Bangsa dan Cetak Pemimpin Masa Depan
Terkini
Lihat Semua