Surabaya, NU Online Jatim
Kekuatan Nahdlatul Ulama terletak pada tradisi yang selama ini seringkali dipermasalahkan kalangan lain. Oleh sebab itu yang harus dilakukan adalah dengan mempertahankan kebaikan yang telah dilakukan pendahulu.
Hal ini disampaikan oleh KH Ali Maschan Moesa pada acara peringatan hari lahir ke-97 NU yang diselenggarakan oleh Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur pada Selasa (10/3) malam.
“Dulu tradisi NU itu diserang oleh kelompok lain secara terus menerus. Namun perlu disadari bahwa kekuatan NU itu ada di tradisi tersebut,” ungkap Wakil Rais PWNU Jatim tersebut.
Kiai Ali Maschan mengatakan bahwa di NU sendiri jika hal-hal yang bersifat lama itu masih baik, akan dipertahankan.
“Kaidah kita kan al-mukhafadhotu 'alal qadimis shalih wal akhdzu bil jadidil ashlah. Yang lama yang masih baik dipertahankan dan mengambil yang baru yang lebih baik lagi,” ujarnya.
Ia kemudian menegaskan akan pentingnya tradisi bagi Nahdlatul Ulama.
“Terkait itu, maka bisa disimpulkan bahwa tradisi itu penting. Saya pernah diundang satu acara dengan Pak Din Syamsudin di Klaten, Pak Din mengatakan bahwa sekarang Muhammadiyah tidak melarang tahlil,” kata Ketua PWNU Jawa Timur masa khidmah 1999 hingga 2007 tersebut.
“Itu membuktikan bahwa apa yang kita yakini selama ini bahwa tahlilan itu adalah benar,” tambahnya.
Sebelumnya dirinya mengatakan bahwa banyak yang terkaget-kaget dan gusar dengan banyaknya penceramah selain NU yang mengisi acara-acara di berbagai stasiun televisi yang ada di Indonesia.
Namun dirinya mengatakan bahwa tidak perlu terlalu gusar dengan fakta itu. Menurut dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel ini, kegusaran itu wajar, namun jika melihat fakta di lapangan, dakwah NU lebih efektif di tingkatan akar rumput.
“Banyak yang kaget bahwa banyak penceramah di TV bukan dari kalangan NU. Tapi jika melihat survei yang dikeluarkan oleh LSI kemarin, justru dakwah NU itu lewat akar rumput berupa tahlilan, manaqiban. Dakwah NU menurut saya telah berhasil diterima oleh masyarakat,” beber Pengasuh Pesantren Luhur Al-Husna Surabaya ini.
Di akhir, dirinya mengajak hadirin untuk jangan sampai merasa bahwa kebesaran yang dicapai oleh NU pada saat ini adalah suatu prestasi bagi para penerus pendiri jamiyah.
“Kebesaran NU hari ini itu bukanlah prestasi kita. Itu adalah kebesaran para ulama muassis (pendiri.red) NU yang orangnya ikhlas-ikhlas. Jangan pernah ada anggapan itu adalah hasil kita,” pungkasnya.
Kontributor: Ahmad Hanan
Editor: Syaifullah
Terpopuler
1
Khutbah Jumat Singkat: 3 Amalan Meraih Pintu Surga
2
GP Ansor Sidoarjo Dorong Urban Farming dan Kerja Sama Energi untuk Ketahanan Pangan
3
Meneladani KH Mahmud Hamzah: Ulama, Hakim dan Arsitek Keluarga Maslahah
4
Tingkatkan Kualitas, MI Bilingual Ma’arif Ketegan Kunjungan ke Singapura-Malaysia
5
Mengatasi Krisis Moral Melalui Pendidikan Islam yang Holistik
6
Tangis Haru Warnai Keberangkatan 1193 CJH Kota Malang 2025
Terkini
Lihat Semua