Tapal Kuda

Ustadz Fachrur, Kepala Kemenag Lumajang yang Istikamah Mengajar Al-Qur'an  

Ahad, 12 Juli 2020 | 19:00 WIB

Ustadz Fachrur, Kepala Kemenag Lumajang yang Istikamah Mengajar Al-Qur'an  

H Mohammad Fachrur Rozi, masih menyempatkan mengajar Al-Qur'an bagi anak-anak. (Foto: NOJ/Aryudi AR)

Jember, NU Online Jatim  
Tidak gampang menjadi orang yang istikamah dalam  menekuni ‘profesi’  sosial. Terkadang kegemaran itu dilakukan hanya dalam momentum tertentu, dan segera berakhir setelah kejadian berlalu. Tapi ini tidak berlaku bagi tokoh Nahdlatul Ulama Jember ini, H Mohammad Fachrur Rozi. Dia begitu setia dengan profesinya, mengajar ngaji anak-anak di sekitar tempatnya tinggal. 

 

Profesi sosial tersebut dilakukannya sejak ia masih menjadi mahasiswa Universitas Jember hingga saat ini, dan di masa-masa mendatang. Pasalnya,  bisa membaca Al-Qur’an itu sangat penting bagi umat Islam karena sebagai ‘pembuka’ ilmu yang lain.

 

“Al-Qur’an sebagai sumber primer ilmu pengetahuan, itu pasti. Lebih dari itu, sehebat apa pun ilmu seorang Muslim tapi dia tidak bisa membaca Al-Qur’an misalnya, maka terasa hambar  kehebatannya,” urai Ustadz Fachrur, sapaan akrabnya, di kediamannya, Sabtu (11/7).

 

Memang, mantan Sekretaris Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Jember dua priode itu tidak pernah meninggalkan  ‘kewajibannya’ mengajar ngaji di tengah kesibukannya sebagai ASN (Aparatur Sipil Negara) di lingkungan Kementerian Agama (Kemenag). Di rumahnya, Ustadz Fchrur memang membuka ‘kelas’ mengaji Al-Qur’an dengan tartil. Gratis. 

 

Selama menjalani karir di Kemenag, ia sudah sekian kali berpindah-pindah daerah. Diawali dari Jember, lalu pindah ke Kabupaten dan Kota Probolinggo, kemudian pindah lagi ke Kemenag  Jawa Timur. Dan kini ditugaskan di Kabupaten Lumajang sebagai Kepala Kemenag. Selama itu, Ustadz Fachrur selalu menyempatkan diri untuk mengajar ngaji anak-anak di sekitar rumahnya di Jember.

 

“Kalau jauh (tempat tugasnya) saya pulang ke rumah seminggu sekali, dan itu saya manfaatkan untuk mengajar ngaji anak-anak. Tapi kalau dekat seperti sekarang (Lumajang), tiap hari saya pulang meski ngantornya di Lumajang. Sore bisa ngajar ngaji,” urainya.

 

Istikamah boleh jadi itulah kunci sukses Ustadz Fachrur dalam meniti karir di Kemenag. Memang tidak ada kaitan langsung antara istikamah mengajar ngaji dan posisinya di Kemenag, tapi istikamah itu adalah cerminan kedisiplinan seseorang, termasuk di dalam meniti karir di birokrasi.

 

“Saya tidak pernah berpikir macam-macam. Niat saya hanya ingin mengajar  mengaji agar masyarakat bebas buta Al-Qur’an,” pungkasnya.

 

Kontributor: Aryudi AR