Gus Ahmad Kafabihi Ajak Kader Ansor Aktif Dakwah Digital dan Amalkan Ijazah Kubro
Senin, 26 Mei 2025 | 09:00 WIB
Blitar, NU Online Jatim
Ketua Pimpinan Wilayah (PW) Majelis Dzikir dan Shalawat (MDS) Rijalul Ansor Jawa Timur, Gus Ahmad Kafabihi Mahrus menegaskan generasi muda perlu memperbanyak mengikuti kajian-kajian keaswajaan, baik secara langsung maupun melalui platform digital.
Hal ini disampaikan saat mengisi kegiatan ‘Halaqoh Aswaja dan Ijazah Kubro’ yang digelar di Masjid Graha NU Kabupaten Blitar pada Sabtu (24/05/2025) malam.
ADVERTISEMENT BY OPTAD
"Sebisa mungkin, kawula muda, sering mengadakan halaqoh-halaqoh dan mengikuti kajian yang membahas aqidah Ahlussunnah wal Jamaah An-Nahdliyah di media sosial,” tuturnya.
Gus Ahmad, sapaan akrabnya, mengimbau agar masyarakat, khususnya kader GP Ansor, lebih selektif dalam memilih akun atau panutan di media sosial. “Cara paling sederhana, hindari akun atau maqolah yang berujung pada provokasi,” pesannya.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
Baginya, digitalisasi saat ini adalah media dakwah paling efektif. Dengan mayoritas masyarakat telah menggunakan gadget dan media sosial, maka dakwah digital harus diperkuat dan tidak ditinggalkan.
“Gunakan teknologi untuk menyebarkan kebaikan. Kalau tidak bisa membuat konten, minimal kita bisa membagikan dawuh para kyai atau kutipan yang menyejukkan,” katanya.
ADVERTISEMENT BY OPTAD
Sementara itu, terkait Ijazah Kubro, ia menekankan pentingnya memiliki wadifah atau wirid harian untuk membentengi diri dari pengaruh negatif. Ia mengutip dawuh Sayyidah Zainab dari Mesir yang menyebutkan bahwa sangat rugi seorang murid yang tidak memiliki wadifah aurod dalam setiap harinya.
“Aurod itu bisa berupa bacaan Al-Qur’an, dzikir, dan sebagainya. Ini bagian dari pembentengan spiritual yang sangat penting,” jelasnya.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
Gus Ahmad juga menyinggung peran GP Ansor dalam menjaga nilai-nilai Aswaja di tengah kemajuan teknologi. Ia mengingatkan agar pemuda tidak terhanyut oleh zaman hingga melupakan hubungan dengan Allah.
"Seperti maqolah kun mustafīdan kulla yaumin ziyādatan, sebagai kader Ansor sebaiknya membiasakan diri untuk selalu mengambil manfaat setiap hari, dalam situasi apapun. Jika belum mampu memberi faidah (manfaat) kepada orang lain, setidaknya bisa menjadi pribadi yang terus mencari dan menyerap manfaat (istifadah)," jelasnya.
Menurutnya, ijazah kubro menjadi penting karena menghubungkan antara amalan dan sanad. Ia menyebut bahwa sebagaimana ilmu membutuhkan sanad, amalan wirid dan istighatsah juga harus memiliki dasar dan keterhubungan kepada guru-guru terdahulu.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
“Ilmu tanpa sanad seperti orang naik ke tempat tinggi tanpa tangga. Maka ijazah wirid pun begitu, harus tersambung. Di situlah pentingnya tawasul dan keberkahan sanad,” tegasnya.
Ia juga menekankan bahwa tradisi dan teknologi bukanlah dua hal yang bertentangan. Keduanya bisa saling menguatkan selama tidak bertentangan dengan syariat. "Contohnya tradisi yasinan yang dulu harus dilakukan secara langsung, kini bisa tetap dilaksanakan secara daring melalui video call," terangnya.
Gus Ahmad berharap agar kegiatan halaqoh dan ijazah ini tidak sekedar menjadi rutinitas seremonial. Ia mendorong para kader Ansor agar mampu mengubah ilmu dan ijazah yang diperoleh menjadi gerakan nyata di tengah masyarakat.
“Ilmu itu untuk diamalkan, ijazah juga untuk dijalankan. Jangan sampai selesai acara lalu tidak ada gerakan apapun. Salah satu tanda amal diterima adalah adanya tindakan kebaikan setelahnya,” ungkapnya.
Gus Ahmad meminta agar kader Ansor mampu menjadi pribadi yang selalu haus akan ilmu dan manfaat, serta senantiasa bergerak membawa nilai-nilai Aswaja ke tengah masyarakat.
“Semoga sahabat-sahabat Ansor yang mengikuti acara ini bisa mengambil keberkahan, memperkuat sanad amaliah, serta aktif menebar maslahat. Jangan hanya puas menjadi penonton, tapi jadilah pelaku dakwah di era digital ini,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND