Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network

Malang Raya

PMII Perlu Jadi Aktor Digitalisasi

Istimewa

Malang, NU Online Jatim

Sepak terjang kader-kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) tidak bisa diragukan lagi. Namun dalam setiap tempat mempunyai ciri khas masing-masing yang tidak lumrah pada umumnya. Seperti PMII Rayon Musa Al-Jabar Universitas Brawijaya (UB) Malang yang mencetak kader berprestasi hingga tingkat internasional. 

 

Ketua Demisioner Komisariat PMII UB, Anjas Pramono mengatakan, PMII di Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer mengartikan organisasi bukan hanya sebagai kendaraan untuk ke arah politik. Tetapi juga harus mewadahi individu-individu yang notabene mahasiswa teknik.

 

"Mereka lebih menyukai untuk membuat semacam kayak rombongan belajar atau diskusi terkait akademis, belajar bersama, praktikum, ilmu pengetahuan, tugas-tugas, persiapan kuis dan sebagainya. Justru mereka lebih memberikan atensi disitu," kata Anjas Pramono ditemui di Jalan Raya Candi VI Kota Malang, Sabtu (17/04/2021).

 

Anjas sapaan akrabnya melanjutkan, berangkat dari pengalaman mengemban amanah sebagai Ketua Rayon Musa al-Jabar, ia mengetahui karakteristik para mahasiswa yang lebih konsen di akademik kampus.

 

Berangkat dari situ, ia berinisiatif untuk membuat rombongan belajar sederhana dengan mengawali hanya 4 sampai 5 orang. Hingga bertambah sekian waktu bisa berhasil mengumpulkan sekitar 40 sampai 50 rombongan belajar.

 

"Akhirnya tahun 2017 kita nekat dari 30 orang kita kebetulan memang punya ketertarikan terkait lomba-lomba event nasional ataupun internasional," ungkapnya.

 

Anjas yang menginisiasi rombongan belajar tersebut dibantu beberapa rayon atau fakultas lain dalam lomba internasional. Di tahun 2017 tersebut adalah sejarah pertama di Indonesia dimana Rayon PMII mengikuti event internasional. 

 

"Alhamdulillah ada 5 tim yang kita kirim proposalnya mereka semua lolos. Di salah satu universitas di Malaysia, University Teknologi MARA (UiTM)," terangnya.

 

Dengan segala keterbatasan yang dimiliki, terutama finansial, kata Anjas, pihaknya mengupayakan agar bisa berangkat ke Malaysia. Sebab tidak semua adik-adik mahasiswa mempunyai uang saku. Menurut hasil asumsinya, jumlah yang harus dikeluarkan untuk 25 orang sebanyak Rp 40 juta hingga Rp 50 juta yang harus dikeluarkan.

 

Hingga akhirnya mendapat bantuan dari beberapa teman untuk berangkat. Ada salah satu kontingen yang terpaksa menghutang dana untuk saku disana. Menurutnya, ini adalah efort yang luar biasa, sampai menorehkan hasil yang membanggakan.

 

"Kita mendapatkan 1 medali emas, 1 medali  perunggu pada waktu itu. Percepatan disana kalau tidak salah tanggal 17 Agustus 2017 kita mendapatkan kesempatan undangan perlakukan upacara kenegaraan pada waktu itu ada Pak Rusdi Kirana (KBRI Malaysia)," terangnya.

 

Sepulang dari Malaysia, banyak respon positif dari kader-kader PMII di Indonesia. Mereka sangat mengapresiasi atas prestasi kader PMII Rayon yang bisa seperti itu.

 

Namun akhirnya mengubah mindset kader PMII supaya juga bisa berparsipatif di bidang-bidang lain untuk mempunyai softskill. Bisa dikatakan sebagai wadah bagi kader PMII di bidang teknologi di Fakultas Teknik UB khususnya, umumnya kampus-kampus umum lainnya.

 

"Mulailah beberapa PMII di kota-kota lain sadar arti penting kaderisasi tidak hanya kita menjual nama NU, menjual nama organisasi besar," tutur mahasiswa Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer tahun 2016 tersebut.

 

Aktor Digitalisasi

Kepada NU Online Jatim, Anjas mengatakan harus menguasai sisi-sisi yang belum terjamah oleh anggota-anggota lain. Rayon-rayon sesuai fakultas bisa lebih dioptimalkan lagi. Kader-kader sebagai agen perubahan menuntut untuk gerakan nyata di lapangan.

 

"Harapannya tidak hanya berhenti di Brawijaya, tidak hanya di Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer. Saya ingin perkembangan teknologi dan digitalisasi PMII juga mau tidak mau harus terjun langsung. Tidak hanya sebagai konsumen tapi kita sebagai aktor langsung sebagai produsen," paparnya.

 

Kondisi Pandemi Covid-19 yang penuh tantangan di era virtual, peluang PMII kedepan terbuka lebar. Dirinya menuturkan, harus membuat adanya pola kaderisasi yang tidak konvensional. Namun, menuntut kaderiasasi sesuai kondisi fakultas masing-masing. Setidaknya seperti pola dirinnya di Fakultas Teknik yang mampu mengakomodir kader PMII lebih suka di akademik dibanding politik.

 

Ia bercita-cita membuat modul kaderisasi untuk mahasiswa teknik. Dari pengalamannya dan penelitiannya memeberikan gambaran bahwa PMII bisa berkiprah sesuai jurusan yang diminati. Bisa berkontribusi di kancah nasional maupun internasional melalui perkonomian, kewirausahaan dan seterusnya.

 

Baca juga: Begini Tiga Poin Pesan Ketua IKA PMII Surabaya di Harlah ke-61

 

"Seperti dengan slogan yang dibawakan Ketum PB PMII yang baru. PMI keren dan menuju dunia, mendunia dengan cara kita sendiri," pungkas pria yang baru demisioner Ketua Komisariat Universitas Brawijaya tersebut.

 

Editor: Romza

Madchan Jazuli
Editor: Romza

Artikel Terkait