Metropolis

Haul Gus Dur; Membumikan Humanisme Itu Tidak Mudah

Kamis, 31 Desember 2020 | 22:30 WIB

Haul Gus Dur; Membumikan Humanisme Itu Tidak Mudah

Gus Dhofir Zuhri saat peringatan haul Gus Dur ke-11 di PWNU Jawa Timur. (Foto: NOJ/Anita)

Surabaya, NU Online Jatim

Sebagai manusia, tentu dalam benak kita tertanam tentang butuhnya kehadiran manusia lain. Hal ini, tak lepas dari fitrah manusia sebagai makhluk sosial. 

 

ADVERTISEMENT BY OPTAD

Dalam menyikapi hal tersebut, Pimpinan Wilayah (PW) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Jawa Timur menggelar diskusi dalam rangka memperingati haul Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Abdurrahman Wahid yang tutup usia sebelas tahun yang lalu, tepatnya 30 Desember 2009.
KH Abdurrahman Wahid atau lebih masyhur dengan panggilan Gus Dur tersebut merupakan sosok yang sangat diidolakan oleh mayoritas umat muslim bahkan non muslim di Indonesia. Hal ini, tak lepas dari kiprah Presiden Indonesia keempat tersebut dalam menyatukan bangsa Indonesia dalam perbedaan.

 

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

Diskusi yang menghadirkan Ahmad Dhofir Zuhri sebagai Narasumber tersebut  bertemakan 'Membumikan Humanisme Gus Dur dalam Bingkai Keragaman Bangsa'. Kegiatan yang diselenggarakan pada Rabu (30/12/2020) tersebut bertempat di Aula Salsabila Kantor Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur.

 

ADVERTISEMENT BY OPTAD

Gus Dhofir, begitu karib disapa, membuka diskusi perihal kemanusiaan tersebut dengan pemaparan terkait penjelasan manusia didalam Al-Qur’an.


“Manusia di dalam Al-Qur’an kadang disebut sesuai dengan kualitas imannya, mukmin misalnya. Kadang juga menurut relasi keluarganya, ya bunayya. Atau bisa juga dalam status spiritualnya, ya ayyuhannabi,” katanya.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 

Pengasuh Pondok Pesantren Luhurian, Kepanjen, Malang ini juga melanjutkan bahwa membincangkan kemanusiaan adalah hal yang tidak mudah. Bahkan di sela-sela pemaparannya, ada sepenggal kalimat yang membuat hadirin terhenyak.


“Manusia selalu bebas memilih, tapi tidak pernah bebas dari konsekuensi yang ia pilih," tegasnya.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 

Lebih lanjut, penulis buku 'Peradaban Sarung' tersebut juga menerangkan hal menarik yang justru mematahkan pemikiran hampir setiap orang perihal rukun Islam.


“Kata orang, dalam rukun Islam yang paling mudah adalah syahadat, padahal justru itu yang sulit, bersaksi tidak hanya perihal ketuhanan tapi juga kemanusiaan. Memproyeksikan kepada ketuhanan tapi juga memproyeksikan kepada kemanusiaan,” ujarnya.

 

Selain itu, pengampu kajian tematik NU Online tersebut juga mengimbuhkan bahwa sebenarnya menjadi manusia itu tidak mudah.


“Sangat sulit menjadi manusia, maka Allah mengutus Nabi kita yang tak lain dalam misi memanusiakan manusia,” pungkasnya.

 

 

Editor: Risma Savhira

ADVERTISEMENT BY ANYMIND