Metropolis

KLB Campak Ditetapkan, Dinkes Sumenep Minta Dukungan Ulama dan Masyarakat

Kamis, 28 Agustus 2025 | 19:00 WIB

KLB Campak Ditetapkan, Dinkes Sumenep Minta Dukungan Ulama dan Masyarakat

drg. Ellya Fardasah, M.Kes., Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep. (Foto: NOJ/ist)

Surabaya, NU Online Jatim
drg. Ellya Fardasah, M.Kes., Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep menyampaikan bahwa jumlah kasus campak di wilayahnya terus meningkat hingga ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) pada 22 Agustus 2025.

 

Hal ini disampaikan dalam Rapat Koordinasi dan Edukasi Wabah Campak di Jawa Timur pada Rabu (27/08/2025). Kegiatan ini merupakan kerja sama MUI Jawa Timur dan Direktorat Bidang Peningkatan Kualitas Kesehatan Kementerian Koordinator (Kemenko) Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK). Acara yang berlangsung secara daring melalui Zoom dan disiarkan di MUI Jatim TV ini menghadirkan sejumlah narasumber dari berbagai bidang kesehatan dan keagamaan.

 

“Kami mencatat sampai tanggal 26 Agustus 2025 ada 2.268 kasus suspek campak, dengan 205 di antaranya positif dan 17 meninggal dunia,” kata pihak Dinas Kesehatan dalam presentasinya, Rabu (27/8/2025).

ADVERTISEMENT BY OPTAD

 

Menurut Dinkes, seluruh kecamatan di Sumenep sudah melaporkan adanya kasus campak. “Ada 27 kecamatan yang melaporkan penemuan kasus. Tiga kecamatan tertinggi adalah Kecamatan Kota Sumenep, Kalianget, dan Batang-Batang,” jelasnya.

 

Lonjakan kasus terjadi dalam dua bulan terakhir. “Kasus suspek campak terbanyak kami temukan pada bulan Juli dan Agustus 2025, masing-masing sebanyak 384 kasus,” ungkapnya.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 

Mayoritas Pasien Tidak Pernah Diimunisasi
Dalam analisisnya, Dinkes menegaskan bahwa penyebab lonjakan ini adalah rendahnya cakupan imunisasi. “Sembilan puluh persen pasien campak tidak pernah mendapat imunisasi,” tegasnya.

 

Sebagian besar penderita adalah anak-anak. “Kasus terbanyak ada pada usia 1–4 tahun, sebanyak 1.199 kasus atau 52,8 persen. Mayoritas kasus ini adalah laki-laki,” paparnya.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

 

Kematian juga banyak terjadi di kelompok usia yang sama. “Dari 17 kematian, 13 di antaranya terjadi pada anak usia 1–4 tahun. Dua kecamatan dengan kematian tertinggi adalah Lenteng dan Rubaru, masing-masing tiga kasus,” terangnya.

 

Gejala dan Komplikasi
Gejala utama yang ditemukan adalah ruam dan demam. “Seratus persen pasien mengalami ruam dan demam, 98,6 persen batuk, dan 89,2 persen pilek,” katanya.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 

Komplikasi turut memperparah kondisi pasien yang meninggal. “Kami temukan 88 persen meninggal karena bronkopneumonia, 35 persen karena diare, dan sebagian lainnya karena malnutrisi, tuberkulosis, serta anemia,” jelasnya.

 

Langkah Penanggulangan
Untuk mengatasi KLB ini, Dinkes Sumenep mengambil sejumlah langkah. “Kami melakukan sosialisasi dan edukasi aktif kepada masyarakat, memastikan ketersediaan vaksin dan vitamin A, menyiapkan ruang isolasi di setiap puskesmas, dan melaksanakan Outbreak Response Immunization (ORI) mulai 28 Agustus 2025,” katanya.

 

Pihaknya juga mengajak semua pihak untuk melawan hoaks dan meningkatkan kesadaran masyarakat. “Tantangan kami adalah hoaks, isu kehalalan vaksin, dan persepsi keliru bahwa campak tidak berbahaya. Kami minta dukungan tokoh agama dan sekolah untuk mengedukasi masyarakat agar cakupan imunisasi meningkat,” pungkasnya.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

ADVERTISEMENT BY ANYMIND