Opini

Gerakan Koin sebagai Pilar Kemandirian dan Konsolidasi NU

Sabtu, 23 Agustus 2025 | 14:00 WIB

Gerakan Koin sebagai Pilar Kemandirian dan Konsolidasi NU

Ilustrasi bendera Nahdlatul Ulama. (Foto: Istimewa)

Oleh: Matroni Muserang *)

 

Dalam dinamika organisasi sosial keagamaan, kemandirian menjadi salah satu pilar terpenting untuk menjaga integritas dan keberlanjutan perjuangan. Nahdlatul Ulama (NU), sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia, memiliki pengalaman panjang dalam membangun tradisi gotong-royong di tengah masyarakat. Salah satu wujud nyata dari semangat tersebut adalah gerakan koin NU, sebuah ikhtiar sederhana tetapi penuh makna, yang tidak hanya berkaitan dengan pengumpulan dana, tetapi juga menyangkut konsolidasi, kemandirian, martabat, serta integritas organisasi.

 

Gerakan koin tidak bisa dipandang hanya dari aspek teknis sebagai penghimpunan dana an sich. Lebih dari itu, gerakan ini menjadi ajang konsolidasi umat. Saat setiap jamaah dan simpatisan menyisihkan sebagian kecil hartanya, terjalinlah kesadaran kolektif bahwa NU berdiri karena kebersamaan warganya, bukan lantaran kekuasaan dan kepentingan praktis. Koin menjadi simbol keterlibatan dan rasa memiliki. Melalui koin, NU dapat merangkul semua lapisan, baik mereka yang berada di pedesaan maupun perkotaan, yang kaya maupun sederhana.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

 

Proses konsolidasi ini juga mengajarkan prinsip kesetaraan. Tidak ada kontribusi yang dianggap kecil atau besar, semuanya sama berharganya. Dari sekeping koin, tumbuh kesadaran bahwa kekuatan besar bisa lahir dari kebersamaan bukan parsialitas individu. Konsolidasi inilah yang menjadikan NU tidak hanya sekadar organisasi, tetapi juga rumah besar yang hidup dari partisipasi aktif anggotanya.

 

Oleh karenanya, membangun kemandirian menjadi cita-cita utama dalam gerakan koin NU. Dengan adanya dana yang bersumber langsung dari jamaah, NU tidak perlu bergantung pada pihak luar, seperti mengemis profesional (proposal). Jamaah mendapatkan rasa percaya diri bahwa mereka mampu menopang organisasinya sendiri, tanpa harus menunggu uluran tangan dari pemerintah atau kelompok tertentu.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 

Kemandirian ini juga membawa dampak strategis bagi jam’iyah. Dengan adanya dana mandiri, program-program NU bisa disusun sesuai kebutuhan umat, bukan berdasarkan kepentingan pihak luar. Jamaah pun merasakan langsung manfaatnya, mulai dari pembangunan lembaga pendidikan, layanan kesehatan, hingga program sosial, dan pemberdayaan ekonomi. Dengan demikian, kemandirian bukan sekadar jargon, tetapi benar-benar terwujud dalam bentuk nyata yang dirasakan masyarakat luas.

 

Salah satu alasan gerakan koin NU menjadi penting adalah karena ia memelihara harkat dan martabat organisasi. Mengandalkan koin jamaah jauh lebih mulia daripada harus mengemis dana atau mengandalkan program pemerintah yang sering kali sarat kepentingan. Ketika sebuah organisasi bergantung pada dana dari luar, maka risiko besar yang dihadapi adalah berkurangnya independensi dan daya kritis.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

 

Gerakan koin justru menunjukkan bahwa NU mampu berdiri tegak di atas kaki sendiri. Dengan koin, NU menegaskan bahwa keberlangsungan perjuangan tidak boleh ditentukan oleh kemurahan hati pihak lain, apalagi oleh kalkulasi politik. Martabat organisasi dijaga dengan cara memastikan bahwa setiap langkah perjuangan lahir dari daya upaya warga sendiri.

 

Salah satu kekhawatiran yang kerap muncul adalah soal penyalahgunaan dana. Namun, gerakan koin NU menjawab hal tersebut dengan komitmen transparansi. Panitia pelaksana senantiasa melaporkan perkembangan dana secara rutin melalui berbagai media, salah satunya dalam bentuk infografis yang mudah dipahami masyarakat.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 

Laporan ini tidak hanya berfungsi sebagai bentuk akuntabilitas, tetapi juga memperkuat kepercayaan jamaah. Transparansi menjadi kunci utama agar jamaah tidak merasa ragu untuk terus berpartisipasi. Setiap rupiah yang terkumpul dan digunakan tercatat jelas, sehingga masyarakat bisa melihat sendiri bagaimana dana koin memberikan manfaat nyata. Dengan sistem seperti ini, gerakan koin justru menjadi sarana pendidikan politik dan sosial bagi jamaah tentang pentingnya kejujuran dan keterbukaan dalam mengelola amanah.

 

NU di Atas Kepentingan Politik Apapun

NU sejak awal berdiri bukanlah organisasi politik, meskipun anggotanya banyak terlibat dalam dinamika politik kebangsaan. Prinsip utama NU adalah menempatkan kepentingan umat dan bangsa di atas kepentingan politik apapun. Di sinilah gerakan koin menemukan relevansinya.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 

Ketika NU memiliki sumber daya yang kuat dari jamaah sendiri, NU tidak mudah digiring atau dipengaruhi oleh kepentingan politik tertentu. Kekuatan gotong-royong di akar rumput menjadi tameng agar NU tetap konsisten pada misi sosial, keagamaan, dan kebangsaan. Dengan kata lain, koin menjadi instrumen penting untuk menjaga independensi NU dari tarik-menarik kepentingan politik kekuasaan.

 

Lebih jauh, gerakan koin menghidupkan kembali tradisi ta’awun (tolong-menolong) yang sudah lama mengakar di masyarakat. Gotong-royong yang lahir dari jamaah akan memperkuat NU sebagai organisasi keagamaan yang berdaya, mandiri, sekaligus independen. Dari situlah NU bisa tetap menjadi penopang utama kehidupan berbangsa dan bernegara tanpa harus kehilangan jati dirinya.

 

Gerakan koin NU adalah gerakan kecil dengan dampak besar. Ia bukan sekadar soal mengumpulkan dana, tetapi juga tentang konsolidasi, kemandirian, martabat, transparansi, dan independensi. Dengan koin, jamaah belajar bahwa kebesaran organisasi lahir dari kekuatan kolektif. Dengan koin pula, NU menjaga kehormatan dirinya agar tidak tunduk pada kepentingan politik manapun.

 

Dalam konteks bangsa yang tengah menghadapi berbagai tantangan sosial dan politik, gerakan koin NU menjadi contoh nyata bahwa kekuatan akar rumput dan gotong-royong adalah modal sosial terbesar untuk menjaga martabat, kemandirian, dan keberlanjutan perjuangan umat. NU yang berdaya dari jamaahnya sendiri akan tetap tegak sebagai organisasi yang benar-benar hidup dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

 

*) Pengurus MWCNU Gapura dan Dosen Universitas PGRI Sumenep (UPI Sumenep).

ADVERTISEMENT BY ANYMIND