Gus Baha: Kekuatan Agama Islam Terletak pada Aspek Rasional
Selasa, 2 September 2025 | 11:00 WIB

KH Bahauddin Nursalim atau Gus Baha, saat acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Pondok Pesantren Salafiyah, Kota Pasuruan, Senin (01/09/2025). (Foto: NOJ/ Mokh Faisol)
Pasuruan, NU Online Jatim
Rais Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Bahauddin Nursalim atau Gus Baha, menegaskan bahwa kekuatan agama Islam terletak pada aspek rasionalitas. Sebab itu, agama Islam dikawal dengan logika melalui ilmu kalam atau ilmu tauhid.
“Agama ini dikawal dengan logika dengan ilmu kalam atau istilahnya ilmu tauhid. Jadi, sebetulnya yang menyelamatkan agama ini adalah ad-diin al-aqliyyun, sesuatu yang logis,” ujarnya pada acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Pondok Pesantren Salafiyah, Kota Pasuruan, Senin (01/09/2025).
ADVERTISEMENT BY OPTAD
Gus Baha menjelaskan, Rasulullah SAW memiliki perilaku yang menunjukkan sisi kemanusiaannya (al-a'raf al-basyariyah). Hal ini berbeda dengan Nabi Isa yang dalam kesempurnaannya justru dituhankan oleh sebagian pengikutnya.
“Nabi Muhammad itu memperlihatkan sisi manusianya. Beliau makan, tidur, berinteraksi dengan manusia biasa. Itu maklumat bahwa Nabi Muhammad tidak akan pernah menjadi Tuhan. Itu penting agar umat tidak terjebak seperti umat Nabi Isa yang menuhankan nabinya,” terangnya.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an LP3IA Rembang, Jawa Tengah itu menyebutkan, Rasulullah SAW adalah nabi yang paling sedikit menampilkan mukjizat. Sebab, mukjizat kerap dianggap sebagai sihir oleh orang-orang kafir.
“Ketika unta keluar dari batu, mukjizat Nabi Saleh malah dianggap sihir. Maka, Rasulullah mengutamakan dakwah dengan logika, bukan dengan mukjizat yang spektakuler,” tegasnya.
ADVERTISEMENT BY OPTAD
Ia menyampaikan sebuah kisah dalam Shahih Bukhari tentang Zubair bin Muth’im, seorang musyrik cerdas yang diutus ke Madinah untuk membebaskan tawanan perang Badar. Saat Rasulullah SAW membaca surat At-Tur ketika shalat Maghrib, Zubair langsung tersentuh oleh logika dalam Al-Qur’an.
“Di surat At-Tur, Allah berlogika: ‘Kalau kamu mengaku Tuhan, buktikanlah bahwa kamu pencipta langit dan bumi. Jangan seperti Fir’aun atau Isa yang dilahirkan di bumi’. Logika itu yang membuat Zubair bin Muth’im beriman saat itu juga,” jelasnya.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND

Dengan keterangan ini, lanjut Gus Baha, dapat dipahami bahwa agama Islam dikawal dengan logika yang absolut. Keragaman karakter umat Islam sejak generasi sahabat menjadi bukti bahwa kebenaran agama bisa diterima oleh siapapun.
“Agama ini pernah dibawa orang yang sopan seperti Abu Bakar, orang yang keras seperti Umar, bahkan oleh budak. Semua bisa menerima Islam karena logikanya jelas,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND