Metropolis

Wakil Ketua PWNU Jatim: Introspeksi Diri, Jalan Keluar dari Kegaduhan

Selasa, 2 September 2025 | 19:00 WIB

Wakil Ketua PWNU Jatim: Introspeksi Diri, Jalan Keluar dari Kegaduhan

Prof Suparto Wijoyo. (Foto: NOJ/ist)

Surabaya, NU Online Jatim

Peristiwa yang terjadi beberapa hari terakhir di Jawa Timur menjadi momentum bagi seluruh elemen bangsa untuk melakukan introspeksi diri. Hal ini disampaikan oleh Wakil Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, Prof. Dr. Suparto Wijoyo, SH., M.Hum, dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Elshinta News and Talk dengan topik, Ahad 31 Agustus 2025.

 

Ia menyoroti keprihatinan atas kerusakan fasilitas publik yang terjadi, termasuk pembakaran gedung dan penjarahan aset-aset publik. 

 

“Ini adalah akumulasi dari perilaku-perilaku sebelumnya. Seruan dari PWNU Jawa Timur, Muhammadiyah, Majelis Ulama Indonesia dan Ormas keagamaan yang lain ini adalah momentum introspeksi diri kita. Apa yang salah dalam tata kelola bernegara, berpemerintahan, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara ini?” ujarnya.

 

Prof. Suparto Wijoyo, menegaskan bahwa fenomena ini harus menjadi pelajaran bersama. Ia melihat bahwa di satu sisi, ada kegaduhan yang memilukan. Namun, di sisi lain, ia menyaksikan langsung semangat perayaan Kemerdekaan ke-80 RI yang tetap menyala di lorong-lorong perkotaan. 

 

“Saya sendiri menyaksikan dan turut hadir dalam perayaan kemerdekaan yang mereka syukuri. Ada karnaval mulai anak-anak sampai bapak-bapaknya keliling kawasan yang menandakan bahwa negeri ini dicintai dan semua harus berangkat dari fenomena dan fakta,” tuturnya.

 

Ia menekankan bahwa cara komunikasi institusi negara harus diperbaiki. Pejabat publik, lanjutnya, harus terus mengemban moralitas dan tata kelola pemerintahan yang baik. 

 

“Bagaimana kemudian menata dan mengelola anggaran negara sebaik-baiknya? Artinya, perihal dan keprihatinan masyarakat harus ditangkap oleh pemegang otoritas,” tegasnya.

 

Jaga Kedamaian, Hindari Tindakan Anarkis

Menanggapi demonstrasi yang berujung pada kekerasan, PWNU Jawa Timur mengeluarkan seruan agar masyarakat menjaga kedamaian dan pengendalian diri. 

 

“Urusan apa pun, yuk kita introspeksi diri, kita mawas diri, kita bisa mengendalikan diri baik oleh rakyatnya, oleh pemerintahnya, dan oleh aparatur penegak hukumnya,” ujarnya.

 

Ia juga mengimbau Nahdliyin, khususnya di Jawa Timur, untuk menyampaikan aspirasi melalui saluran yang dibolehkan oleh hukum negara dan hukum agama. 

 

“Sampaikanlah aspirasi dengan santun, dengan kebaikan, dengan etika moralitas, dan tetap menjaga tatanan yang telah terjalin,” pesannya.

 

Prof. Suparto Wijoyo juga menyoroti perilaku pejabat yang bergaya hidup hedonis, sementara masih banyak rakyat yang hidup dalam kemiskinan. Hal ini, menurutnya, menjadi salah satu pemicu reaksi masyarakat. 

 

“Reaksi hari ini adalah momentum introspeksi berbangsa kita. Jangan hedon dengan tambahan yang tidak sesuai dengan apa yang terjadi di realitas masyarakat,” pungkasnya.

 

Peristiwa yang terjadi di Jawa Timur ini menjadi pengingat bagi semua pihak bahwa pembangunan di era reformasi tidak boleh rusak oleh demonstrasi yang tidak produktif dan melanggar konstitusi. Dengan introspeksi diri dan pengendalian diri, bangsa ini diharapkan dapat kembali menapaki jalan perdamaian dan kebaikan bersama.

 

Penulis: Denny