Dalam sebuah kesempatan KH Bahauddin Nursalim atau Gus Baha bercerita bagaimana model islamisasi zaman Nabi Muhammad SAW. Cukup dengan logika yang menusuk, akhirnya bisa memaksa seorang muallaf tidak lagi melakukan zina.
Dialognya kira-kira begini:
"Saya ingin masuk Islam, tapi ada syaratnya," kata seorang kafir kepada sejumlah sahabat.
"Saat nanti menjadi muslim, tetap melakukan zina," ungkapnya.
Dan dalam sebuah kesempatan, dia mendatangi majlis yang diasuh baginda Nabi Muhammad.
Tahu orang rèsek akan datang, beberapa sahabat mencoba menghalangi. Namun ternyata tetap saja nekad untuk menyatakan diri sebagai Muslim, tentunya dengan syarat yang disampaikan sebelumnya.
Setelah mendapatkan penjelasan dari para sahabat, Nabi tidak keberatan yang bersangkutan menemuinya.
"Kalau nanti saya ikrar, kesukaan saya jangan dicegah," jelasnya.
Nabi meluluskan, namun terlebih dahulu mengajaknya ngobrol.
"Kalau saudara perempuanmu diperkosa, bagaimana perasaanmu?
Bila bibimu dibegitukan, apakah kamu rela?
Andai salah seorang dari kerabat perempuan yang kamu miliki ada yang mengalami kekerasan seksual, apa yang akan dilakukan?"
Sumpah serapah akhirnya disampaikan sebagai bukti kebencian bila ada keluarganya yang diperlakukan tidak senonoh.
"Zina itu perbuatan biadab," tegasnya.
Begitulah cara Kanjeng Nabi menghadapi kaumnya yang ekstrem sekalipun. Mengaduk-aduk logika sekaligus menyadarkan akan ajaran agama yang hanif. Disampaikan dengan kalimat lembut, namun meyakinkan. Keren dan membuat iri sekaligus bangga.