• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 29 Maret 2024

Keislaman

Rabu Wekasan menurut Ustadz Ma’ruf Khozin

Rabu Wekasan menurut Ustadz Ma’ruf Khozin
Rebo Wekasan dapat diisi dengan aneka ibadah agar terhindar dari beragam bala. (Foto: NOJ/SU)
Rebo Wekasan dapat diisi dengan aneka ibadah agar terhindar dari beragam bala. (Foto: NOJ/SU)

Surabaya, NU Online Jatim

Hal yang selalu menjadi perbincangan pada Rabu terakhir di bulan Safar adalah Rabu Wekasan atau Rebo Wekasan. Bagaimana seharusnya menghadapi hal ini? Berikut penjelasan Ketua Pengurus Wilayah (PW) Aswaja NU Center Jawa Timur, Ustadz Ma’ruf Khozin.


“Rabu Wekasan atau yang dalam bahasa Jawa dikenal sebagai Rebo Wekasan adalah tradisi yang dilaksanakan pada hari Rabu terakhir bulan Safar,” katanya suatu ketika.

 

Sejumlah ritual dilakukan guna memohon perlindungan dari berbagai macam malapetaka yang akan terjadi pada hari tersebut. Tradisi ini sudah berlangsung secara turun-temurun di kalangan masyarakat Jawa, Sunda, dan Madura.

 

Terhadap keyakinan adanya waktu sial, alumnus Pesantren Ploso Kediri ini mengingatkan agar jangan percaya.

 

“Sial atau tidaknya seseorang sangat bergantung kepada keyakinan yang bersangkutan,” katanya. Karena orang yang merasa sial, maka kesialan yang dikhawatirkan akan terjadi, lanjutnya.

 

Demikian pula mereka yang meyakini tidak akan ada yang memberikan bahaya dan manfaat kecuali Allah SWT, maka segala hal tidak akan memberikan pengaruh.

 

Ustadz Ma’ruf tidak menampik kalau ada hadits yang digunakan sebagai pembenar ibadah khusus di Rabu Wekasan tersebut.

 

“Tapi hadits tersebut dhaif,” katanya. Kendati demikian, berbagai ibadah dapat dilakukan, akan tetapi bukan semata karena Rabu Wekasan tersebut, lanjutnya.

 

Sejumlah ulama, termasuk Hadrarussyaikh KHM Hasyim Asy’ari melarang ibadah seperti shalat khusus yang diperuntukkan karena Rabu naas tersebut.

 

“Karenanya sejumlah kiai mengisi malam itu dengan shalat hajat, bukan shalat khusus Rabu Wekasan,” tegasnya.

 

Di akhir paparan, Ustadz Ma’ruf menyatakan boleh saja orang menyebut waktu itu sebagai Rabu sial dengan tujuan mendidik supaya bertaubat kepada Allah SWT. Hal itu dapat dilakukan agar tidak ditimpa adzab atau bencana seperti kaum terdahulu.

 

“Kegiatan yang disarankan adalah dengan memanjatkan doa tolak balak, sedekah, membaca al-Qur’an dan ibadah lain termasuk pasrah dan percaya kepada Allah SWT,” pungkasnya.


Editor:

Keislaman Terbaru