• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Rabu, 17 April 2024

Khutbah

Khutbah Jumat Akhir Ramadhan: Koreksi Diri dan Meneladani Kebiasaan Rasulullah

Khutbah Jumat Akhir Ramadhan: Koreksi Diri dan Meneladani Kebiasaan Rasulullah
Manfaatkan akhir Ramadhan dengan mencontoh yang dilakukan Rasulullah SAW. (Foto: NOJ/Syaifullah)
Manfaatkan akhir Ramadhan dengan mencontoh yang dilakukan Rasulullah SAW. (Foto: NOJ/Syaifullah)

Perlahan namun pasti, Ramadhan akan segera berakhir. Namun demikian, ada sejumlah amaliah ibadah yang dapat dilakukan di ujung bulan istimewa ini. Apalagi hal tersebut juga dicontohkan Rasulullah SAW.

Dengan demikian, masih terbuka kesempatan mengoptimalkan sisa waktu yang ada dengan ibadah terbaik. Dan yang juga tidak kalah penting yakni melakukan muhasabah atau koreksi diri atas prestasi kebaikan yang dilakukan selama awal Ramadhan.

Materi khutbah Jumat ini dapat dibagi ke sejumlah kalangan sebagai koreksi dan tambahan kebaikan yang manfaatnya akan dirasakan kelak. (Redaksi)

 

اَلْحَمْدُ لله، اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْزَلَ الْفُرْقَانَ لِلْعَالَمِيْنَ بَشِيْرًا وَنَذَيِرًا


أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمَبْعُوْثُ الَّذِيْ أَنْزَلَ عَلَيْنَا بِأَنْوَاعِ النِّعَمِ مِدْرَارًا


اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُطَهِّرُوْنَ اللهَ تَطْهِيْرًا. فَيَا اَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، أُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ


قَالَ اللهُ فِىْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ. بسم الله الرحمن الرحيم، إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ، وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ، لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ ، تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ ، سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ

 

Jamaah yang Dirahmati Allah

Beruntung hari ini kita masih diberikan kesempatan untuk hadir di masjid yang mulia ini untuk melaksanakan salah satu kewajiban yakni shalat Jumat berjamaah. Apalagi saat ini juga sedang berada di ujung Ramadhan, maka sudah sepatutnya hal kesempatan yang ada untuk dioptimalkan meningkatkan takwallah. Yakni dengan menjalankan perintah dan menjauhi yang dilarang.


Jamaah yang Mulia

Umat Islam saat ini sudah memasuki bagian akhir dari bulan Ramadhan. Karenanya, salah satu yang harus dilakukan adalah mengoreksi diri sendiri sebagai bahan evaluasi. Mulai awal Ramadhan kemarin sampai hari ini, apakah kualitas dan kuantitas ibadah sudah sesuai yang diharapkan?


Apabila sudah, mari jaga sekuat tenaga hingga akhir Ramadhan. Jika belum sesuai dengan ekspektasi, mari tingkatkan dengan sebaik-baiknya. Karena   اِنَّمَا الْاَعْمَالُ بِالْخَوَاتِمِ bahwa setiap amal tergantung dengan endingnya. Hal tersebut seperti orang yang sedang membangun rumah dan sudah membangun rumah 70 persen. Bagaimana yang 30 persen sisanya, ini sangat menentukan. Kalau finishing-nya bagus, akan jadi rumah yang indah, tapi jika endingnya dikerjakan secara asal-asalan, tentu rumah yang dibangun dengan permulaan susah payah, hanya akan mendapatkan nilai buruk hanya masalah 30 persen yang akhir adalah buruk.   

 

Jamaah yang Dirahmati Allah

Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan pada akhir bulan Ramadhan. Di antaranya bahwa Allah menciptakan umat Muhammad penuh dengan keistimewaan. Sebagian keistimewaannya adalah Allah menciptakan sebagai umat yang lahir di muka bumi ini pada bagian paling akhir. Kenapa? Karena apabila ada umat Muhammad yang menjadi seorang pendosa, seumpama mati, di kuburan disiksa tidak terlalu lama karena kiamat akan datang. Ia akan dientaskan dari siksaan kubur. Jika ia dalam keadaan membawa iman, berpeluang besar mendapatkan syafaat Rasulullah SAW.


Rasulullah bersabda:  

 

شَفَاعَتِيْ لِاَهْلِ الْكَبَائِرِ مِنْ اُمَّتِىْ

 

Artinya: Syafaatku untuk para pendosa besar dari umatku. (HR Abu Dawud dan At- Tirmidzi) 


Ada keutamaan lain, umat Muhammad tidak diciptakan oleh Allah dengan umur yang panjang, 500 tahun, 700 tahun dan lain sebagainya. Umur umat Muhammad rata-rata antara 60 sampai 70 tahun. Hal ini sebutkan dalam hadits Nabi:

 

   أَعْمَارُ أُمَّتِي مَا بَيْنَ السِّتِّينَ إِلَى السَّبْعِينَ، وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ

 

Artinya: Umur umatku antara 60 hingga 70 tahun. Sedikit di antara mereka yang melewati usia tersebut. (HR At-Tirmidzi)   

 

Jamaah Rahimakumullah

Umur yang pendek ini di antara hikmahnya adalah supaya umat Muhammad tidak capek-capek beribadah yang panjang. Umat Muhammad diberi oleh Allah umur pendek, namun dalam pendeknya umur, Allah memberikan peluang lailatul qadar sehingga apabila bisa digunakan dengan baik, hal tersebut lebih baik dari seribu bulan atau 83 tahun lebih. Maka, seumpama ada umat Muhammad mulai baligh sekitar umur 13 tahun, setiap tahun bisa menggunakan laitalul qadar dengan sebaik mungkin sedangkan umurnya sampai 63 tahun, ia berarti telah menjalankan ibadah lebih baik dari 4.500 tahun dari yang tidak ada lailatul qadarnya. Betapa Allah sungguh memuliakan umat Muhammad dibandingkan umat lain.   


Lailatul qadar tidak bisa dipastikan jatuhnya kapan. Bisa pada awal Ramadhan, tengah ataupun di bagian akhir Ramadhan. Hal ini tidak dijelaskan secara pasti supaya mau menjaring terus menerus. Dengan begitu, selama Ramadhan berusaha memenuhinya dengan aneka ibadah. Hanya saja, secara umum memang lailatul qadar banyak jatuh pada kisaran 10 hari terakhir bulan Ramadhan.   


Rasulullah begitu tampak sikapnya bagaimana memenuhi sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Di antaranya telah memberikan contoh melalui hadits yang diriwayatkan istrinya Aisyah radliyallahu anha:

 

   كانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ العَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ

 

Artinya: Nabi SAW ketika memasuki sepuluh hari terakhir mengencangkan sarungnya, menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya. (HR Bukhari Muslim)   

 

Pengertian “mengencangkan sarungnya”, sebagaimana disebutkan Imam Ibnu Hajar al-Asqalani dalam tafsirnya Fathul Bari, adalah Rasulullah memisahkan diri dari istrinya, tidak menggauli istri selama 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Rasulullah lebih fokus ibadah kepada Allah Subhanahu Wa Taala.   


Hadits tersebut terkandung maksud bahwa cara Rasulullah menghidupkan lailatul qadar adalah dengan tidak menjadikan sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan tersebut sebagai momen bermalas-malasan dan sarat tidur. Orang tidur sama dengan mati, maka lawan katanya adalah menghidupkan. Rasulullah menghidupkan malam dengan terjaga, beribadah, tidak mengisinya dengan tidur.   


Jamaah yang Dirahmati Allah

Selain itu, Nabi juga memperhatikan masalah ibadah keluarganya dengan tidak ibadah sendirian sedangkan keluarga yang lain santai-santai. Rasulullah membangunkan keluarganya untuk beribadah malam, bersujud kepada Allah.   


Amalan lain yang selalu dilakukan oleh Rasulullah pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan adalah i'tikaf. Kisah ini diceritakan oleh Sayyidatina Aisyah radliyallahu anha, istri beliau:

 

    أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كَانَ يَعْتَكِفُ العَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ، ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ

 

Artinya: Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW i'tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan sampai beliau dipanggil oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala kemudian istri-istri beliau i'tikaf setelah beliau kembali ke rahmatullah. (HR Bukhari)   

 

Hadits di atas menunjukkan bahwa i'tikaf merupakan ibadah penting sehingga Rasulullah melaksanakan tidak hanya beberapa hari saja di sepuluh akhir bulan Ramadhan. Tidak juga hanya melaksanakan pada salah satu Ramadhan, namun setiap sepuluh akhir Ramadhan sampai wafat.


Dalam kitab Al-Majmu’ syarah Al-Muhadzab disebutkan sebagai berikut: 

 

    قَالَ الشَّافِعِيُّ وَالْأَصْحَابُ وَمَنْ أَرَادَ الِاقْتِدَاءَ بِالنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي اعتكاف الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

 

Artinya: Imam As-Syafii dan murid-muridnya berkata: Barang siapa yang ingin mengikuti Nabi SAW dalam menjalankan i’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.

 

    فَيَنْبَغِي أَنْ يَدْخُلَ الْمَسْجِدَ قَبْلَ غُرُوبِ الشَّمْسِ لَيْلَةَ الْحَادِي وَالْعِشْرِينَ منه

 

Artinya: Maka hendaknya ia masuk masjid pada tanggal 20 Ramadhan sore hari sebelum memasuki malamnya tanggal 21.   

 

Hal ini penting dilakukan supaya apa?

 

    لِكَيْلاَ يَفُوْتُهُ شَيْئٌ مِنْهُ


Artinya: Supaya tidak terlewatkan sedikitpun waktu untuk i’tikaf.   

 

Kemudian kapan selesai i’tikafnya? Kalau ingin secara total mengikuti Rasul seratus persen dalam hal ini, Imam Nawawi melanjutkan:

 

    وَيَخْرُجُ بَعْدَ غُرُوبِ الشَّمْسِ لَيْلَةَ الْعِيدِ

 

Artinya: Keluarnya setelah melewati maghrib malam hari raya Idul Fitri

   


سَوَاءٌ تَمَّ الشَّهْرُ أَوْ نَقَصَ


Artinya: Baik hitungan bulannya penuh 30 hari atau pun hanya 29

 

    وَالْأَفْضَلُ أَنْ يَمْكُثَ لَيْلَةَ الْعِيدِ فِي الْمَسْجِدِ حَتَّى يُصَلِّيَ فِيهِ صَلَاةَ الْعِيدِ أَوْ يَخْرُجَ مِنْهُ إلَى الْمُصَلَّى لِصَلَاةِ العيد اِنْ صَلَّوْهَا فِي الْمُصَلَّى  

 

Artinya: Namun yang paling utama adalah tetap berdiam di masjid sampai melaksanakan shalat id sekalian.   

 

Artikel diambil dariKhutbah Jumat: Bagaimana Mengisi Jelang Akhir Ramadhan?

 

Sebagaimana kita ketahui bahwa i’tikaf hukumnya adalah sunah, namun pada sepuluh hari terakhir pada bulan Ramadhan hukumnya lebih sunah atau sunah muakkadah, sunah yang sangat kuat. (An-Nawawi, Al-Majmu’ Syarah Al-Muhadzab, juz 6, halaman 375)   

 

Hadirin Hafidzakumullah   

 

Pada bulan Ramadhan juga disebutkan sebagai bulan Al-Quran.

 

    شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ

 

Artinya: Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan menjadi penjelas dari petunjuk dan dari petunjuk-petunjuk itu dan menjadi pembeda (dari perkara yang haq dan batil). (QS Al-Baqarah: 185)   


Pada bulan Ramadhan Rasulullah juga memperlakukan dengan istimewa. Tidak sebagaimana bulan-bulan yang lain, pada bulan ini beliau bertadarus dengan malaikat Jibril. Rasulullah SAW membaca satu ayat, malaikat Jibril membaca satu ayat secara bergantian sampai khatam dalam sebulan. Kemudian kita melestarikan tradisi bertadarus bersama dengan keluarga dan saudara kita berawal dari kisah ini.   


Imam Syafii apabila di luar Ramadhan selalu mengkhatamkan Al-Qur'an sehari sekali dalam shalatnya. Namun apabila pada bulan Ramadhan, dalam sehari semalam beliau mengkhatamkan Al-Qur'an dalam shalat sebanyak dua kali. Oleh karena itu, mari pada bulan Al-Qur'an ini, kita perbanyak bacaan Al-Qur'an kita. Bagi yang belum bisa, jadilah Ramadhan ini sebagai tonggak awal kita dalam mempelajari Al-Qur'an sesuai tajwid kepada guru yang mumpuni dan di kemudian hari bisa sebagai bahan dasar untuk membaca Al-Qur'an.   


Pada akhirnya, dalam khutbah ini, saya mengajak kepada para hadirin, untuk bersungguh-sungguh memenuhi puasa Ramadhan dan beribadah malamnya dengan sebaik mungkin. Semoga kita dan keluarga kita senantiasa mendapatkan pertolongan dari Allah SWT untuk menjalankan ketaatan-ketaatan yang pada akhirnya kelak kita meninggalkan dunia ini dalam keadaan husnul khatimah, amin.   



  بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَجَعَلَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاِت وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. إِنَّهُ هُوَ البَرُّ التَّوَّابُ الرَّؤُوْفُ الرَّحِيْمُ. أعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجِيْم، بسم الله الرحمن الرحيم، وَالْعَصْرِ (١) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (٢) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (٣) ـ


وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرّاحِمِيْنَ ـ


Khutbah II


   اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ


وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي إلىَ رِضْوَانِهِ


اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا


أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ


اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اللهُمَّ أَعِزِّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنِ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خَآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْن


عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَالْمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

 

Ustadz Ahmad Mundzir, pengajar di Pesantren Raudhatul Quran an-Nasimiyyah, Semarang 

 


Editor:

Khutbah Terbaru