Naskah Khutbah Jumat ini mengajarkan kepada umat Islam perihal seseorang yang suka mencari kebenaran sekaligus mencari ketenaran dalam hidupnya. Padahal, hal demikian tidak selayaknya dilakukan sebagai makhluk Allah SWT.
Dalam melakukan sesuatu, hendaknya diniatkan dengan hati yang bersih, tanpa embel-embel kepentingan apapun. Hati yang bersih tak ubahnya seperti cermin. Ia tak akan berpura-pura dan berperilaku apa adanya. Cermin yang bersih ia akan mengkilat dan tampak bening.
Silakan naskah khutbah Jumat ini dibagi dan digandakan sebagai sarana saling mengingatkan dalam kebaikan. Sehingga dapat menjadi amal kebaikan untuk bekal di akhirat kelak. Semoga bermanfaat! (Redaksi)
Khutbah I
اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اله إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله. اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أله وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أما بعد فياعباد الله أوصيكم ونفسى بتقوى الله فقد فاز المتقون, اتقو الله حق تقاته ولاتموتن ألا وأنتم مسلمون
Jamaah Shalat Jumat yang dirahmati Allah
Di Jumat mubarok yang penuh dengan keberkahan ini, kita masih diberikan kesempatan, kesehatan dan kenikmatan, untuk bisa hadir di majelis yang mulia ini adalah sebuah karunia yang wajib disyukuri. Setidaknya ada nikmat iman dan sehat sekaligus yang kita miliki pada Jumat siang hari ini. Karena tidak sedikit saudara kita yang gagal menerima keduanya. Ada yang memiliki hasrat dan keinginan kuat untuk berangkat ke masjid, tapi ternyata terhalang kesehatan. Begitu juga kaum muslimin yang diberikan kesehatan namun tanpa keimanan, sehingga tidak berkenan menghadiri panggilan Allah untuk menjalankan kewajiban shalat Jumat berjamaah seperti kita saat ini. Karena sesungguhnya Allah SWT telah memberikan banyak kenikmatan-kenikmatan yang tak terhingga bahkan yang tak pernah kita minta sekalipun.
Pernahkah kita menyadari bahwa Allah telah memberikan kita kedua mata untuk melihat, kedua telinga untuk mendengar, kedua lubang hidung untuk bernafas, kedua tangan untuk memegang, menggenggam dan saling berjabat tangan, kedua kaki untuk melangkah dan berjalan, dan Allah juga memberikan kita lidah dan mulut dengan dua bibir agar kita bisa bicara, makan dan minum. Serta Allah-lah yang memberikan kita otak dan akal agar kita mampu untuk berpikir dan merenung sejenak, bahwa semua kenikmatan-kenikmatan tersebut Allah berikan kepada kita secara gratis tanpa dipungut biaya satu rupiah pun. Kalaupun toh ada, saya yakin haqqul yakin, tak akan ada satupun manusia di muka bumi ini yang mampu dan sanggup untuk membayarnya kecuali dengan bersyukur kepada-Nya dimanapun dan kapanpun kita berada.
Oleh sebab itu, marilah kedua nikmat tersebut kita syukuri dengan meningkatkan takwallah yakni dengan cara menjalankan segala perintah-Nya, baik perintah untuk beribadah maupun melaksanakan amanah sebagai khalifah di muka bumi ini. Di samping itu kita juga berusaha untuk menjauhi dan menghindari segala larangan-Nya baik larangan untuk berbuat maksiat maupun larangan untuk berbuat dzalim kepada seluruh makhluk-makhluk di muka bumi ini sebagai bentuk ketakwaan yang sebenar-benarnya. Karena derajat kemuliaan seorang hamba di sisi Allah hanyalah dinilai dengan ketakwaannya. Sebagaimana Allah berfirman dalam QS. Al-Hujurat ayat 13:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
Maasyirol Muslimin Jamaah Shalat Jumat Rahimakumullah
Saat ini teknologi informasi dan komunikasi telah menguasai segala gerak dan derap kehidupan insani, mulai dari lapangan ekonomi, politik, social, budaya, pendidikan, dan keagamaan. Dari kawasan regional, nasional hingga internasional, juga dari daeerah perkotaan hingga sampai ke pedesaan. Dimanapaun mereka berada, senantiasa dapat menyimak dengan cepat perkembangan dunia, apalagi kehidupan di sekitarnya. Melalui kecanggihan teknologi ini, semua lapisan manusia mencoba untuk memanfaatkannya, mulai dari sekadar mencari ketenaran, mencari kebenaran, hingga sampai pada tingkat mencuri kebenaran.
Boleh jadi penampilannya sama, akan tetapi keterampilannya berbeda. Mana yang kuat berjuang untuk memperoleh peluang, tentu saja dengan menggunakan uang, itulah yang jadi pemenang. Siapa yang mampu mendominasi ia akan memperoleh posisi. Sebaliknya mereka yang lemah, walaupun mungkin benar, akan tergeser dan tergusur. Seperti dalam permainan sinetron, dunia ini hanya panggung sandiwara. Seseorang bisa saja tampil dengan terampil, seakan-akan bertindak sebagai teladan, namun dalam lingkungan rumah tangganya bermasalah.
Bagi orang yang rendah daya nalarnya seakan-akan kejadian itu benar, sehingga bagi mereka tontonan dapat menjadi tuntunan. Tapi bagi orang yang berpikir kritis itu hanyalah sekadar tipuan permainan. Dalam Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 32 telah diperingatkan bahwa:
وَ مَا الۡحَیٰوۃُ الدُّنۡیَاۤ اِلَّا لَعِبٌ وَّ لَہۡوٌ ؕ وَ لَلدَّارُ الۡاٰخِرَۃُ خَیۡرٌ لِّلَّذِیۡنَ یَتَّقُوۡنَ ؕ اَفَلَا تَعۡقِلُوۡنَ
Artinya: “Tidaklah kehidupan dunia ini selain dari permainan dan sendau gurau saja, dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang yang bertaqwa, Maka tidaklah kamu memahaminya”.
Hadirin jamaah Shalat jumat yang dimuliakan Allah
Manusia dianugerahi indera untuk melihat dan merasakan. Menurut Syeikh Al-Maraghi, kemampuan ini disebut Hidayah Al Khawasy (Petunjuk Indera). Meskipun petunjuk, akan tetapi belum sampai pada puncak kebenaran. Sebagai contohnya adalah ketika kita melihat sebatang kayu lurus dimasukkan dalam air, tentu akan tampak bengkok. Ketika kita sakit, makanan yang lezat akan terasa pahit. Ketika kita benci sesuatu, maka yang tampak adalah jeleknya saja. Sebaliknya, ketika kita menyukai sesuatu maka yang terlihat adalah baiknya saja.
Indera manusia ternyata lemah dan lengah menerima tipuan. Petunjuk mata tidak sama dengan petunjuk hati. Keajaiban hati memang di luar jalur dan alur pengetahuan panca indera. Namun hati manusia memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Rasulullah SAW bersabda:
“Hati itu ada empat macam. Hati yang bersih, padanya pelita yang bersinar gemilang, maka itulah hatinya orang mukmin. Hati hitam terbalik, maka itulah hatinya orang kafir. Hati terbungkus yang terikat bungkusannya, itulah hati orang munafik. Sedangkan Hati yang melintang, padana terdapat keimanan dan kemunafikan.”
Ma’asyirol muslimin Rahimakumullah
Hati yang bersih tak ubahnya seperti cermin. Ia tak akan berpura-pura dan berperilaku apa adanya. Cermin yang bersih ia akan mengkilat dan tampak bening. Pada saat itu cermin tersebut akan memantulkan gambar apa saja yang ada di hadapannya. Demikian juga hati manusia, apabila hatinya bersih, maka ia akan memantulkan segala sesuatu yang datangnya dari Allah SWT. Menurut Imam GhAzali pengetahuan seperti itu biasanya disebut makrifat. Semakin tinggi Tingkat makrifat seseorang, maka semakin banyak pula ia mengetahui rahasia-rahasia Ilahi.
Bagi orang mukmin, maka yang terlahir adalah apa yang ada di batin. Berbeda dengan orang munafik, ia dapat menyampaikan sekian pengakuan, walaupun tidak sama dengan kelakuan. Maka Allah SWT berfirman dalam QS. Ali Imran: 29
قُلْ إِن تُخْفُوا۟ مَا فِى صُدُورِكُمْ أَوْ تُبْدُوهُ يَعْلَمْهُ ٱللَّهُ ۗ وَيَعْلَمُ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ ۗ وَٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
Artinya: “Katakanlah: "Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu melahirkannya, pasti Allah mengetahui". Allah mengetahui apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.
Jamaah Jumat yang Disayangi Allah
Pada abad informasi dan komunikasi seperti ini, maka segenap umat manusia berusaha untuk berebut pengaruh melalui berbagai media dan cara. Biasanya dengan cara (bermujamalah) atau mencari muka, seakan-akan dirinya yang terbaik, terpuji, terpandai, tidak ada orang lain yang mampu melampauinya. Bagi mereka mengakui bersalah apalagi merasa kalah adlah gengsi dan harga diri. Maka, agar batin manusia terhindar dari sikap sekedar mencari ketenaran, Rasulullah SAW bersabda “Orang yang paling pertama ditanya pada hari kiamat ada 3 golongan”
Pertama, adalah orang yang diberi kemampuan ilmu pengetahuan. Bertanyalah malaikat Ketika itu “Apakah engkau telah mengamalkan Ilmumu?” Maka dijawab oleh ilmuwan tersebut “Benar, aku telah mengamalkan ilmuku kemana-mana” Disahutlah oleh Malaikat “Bohong, engkau telah mengajarkan kemana-mana tetapi dengan motif agar bisa dipandang sebagai orang yang pintar, mintalah kepada ahli dunia, apakah engkau mendapatkan balasan dari mereka.
Kedua, adalah orang yang diberi kelebihan oleh Allah SWT dalam hal harta benda. Bertanyalah malaikat kepadanya “Apakah engkau telah menyedekahkan hartamu?” Maka orang kaya tersebut menjawab “Benar, aku telah menyedekahkan hartaku kemana-mana” Malaikat pun menyahut “Bohong, sebenarnya engkau mengharapkan agar dipandang tampak dermawan, kembalilah kepada ahli dunia, apakah engkau mendapatkan balasan dari mereka.”
Ketiga, adalah orang yang mati dengan mengaku Fi sabilillah. Bertanyalah malaikat kepadanya “Mengapa engkau mati?” Maka orang itu menjawab “Aku mati karena membela Agama Allah” Malaikat pun menyahut “Engkau telah Bohong, Sebenarnya engkau mati hanyalah bermaksud agar engkau dikatakan sebagai seorang yang pemberani, Tanyakan kepada ahli dunia, apakah engkau mendapatkan balasan dari mereka.”
Ma’asyirol muslimin Rahimakumullah
Jadi orang yang dipuji dan dikagumi, mendapat anugrah dan penghargaan, kalua mereka bangga akan pujian tetapi lupa dengan ujian, belum tentu akan mendapatkan tempat yang terhormt di sisi Allah SWT. Karena yang dilihat Allah adalah kesucian hati dan kebersihan jiwa. Suatu pemberian atau pertolongan apapun bentuknya, yang mengalir dan lahir dari jiwa yang ikhlas, maka semata-mata ia melakuknya dengan Lillah (Karena Allah) bukan Linnas (karena manusia). Sebab Allah SWT amat murka terhadap hambanya yang lebih menonjolkan pernyataan ketimbang kenyataan.
Maka dari itu marilah kita berlomba-lomba dalam kebaikan, menjadi pelopor kebaikan, dan tidak lelah untuk menjadi orang baik, karena sekecil dan sebesar apapun kebaikan yang kita lakukan kita tidak pernah tahu dimana letak rahmat Allah yang begitu besar dan penuh rahasia. Yang perlu kita lakukan adalah menjadi insan yang senantiasa mampu memberikan kebermanfaatan untuk orang lain dan berprinsiplah bahwa Ketika kita membantu dan memudahkan kesulitan dari urusan oranglain, maka Allah akan memudahkan segala urusan dan kesulitan kita.
Demikianlah khutbah singkat yang bisa saya sampaikan , semoga kita terhindar gari ketiga golongan tersebut dan bukan termasuk gologan orang-orang yang menjadi pencuri kebenaran dan pencari ketenaran.
هدانا الله واياكم أجمعين, أقول قول هذا وأستغفر الله العظيم لى ولكم ولسائر المسلمين والمسلمات فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ إِرْغَاماً لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الخَلاَئِقِ وَالْبَشَرِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ إِلَى يَوْمِ الدين.
أَمَّا بَعْدُ: فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَّى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّد وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِىّ وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر
*) Sutrisno Akbar, Sekretaris LAZISNU Krembung, Divisi Jurnalistik dan Media LTNNU Sidoarjo, dan Guru Madrasah di Kabupaten Pasuruan.