• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 28 Maret 2024

Khutbah

Khutbah Jumat Singkat: Meski Banyak Cobaan, Selalu Ada Jalan Keluar

Khutbah Jumat Singkat: Meski Banyak Cobaan, Selalu Ada Jalan Keluar
Meski banyak menerima cobaan hidup, umat Islam diingatkan bahwa selalu ada jalan keluar. (Foto: NOJ/KJe)
Meski banyak menerima cobaan hidup, umat Islam diingatkan bahwa selalu ada jalan keluar. (Foto: NOJ/KJe)

Aneka masalah hidup yang menimpa manusia, terutama umat Islam hendaknya dimaknai dengan positif. Bahwa Allah SWT selalu menguji hamba terbaik agar bisa sukses dalam menjalani hidup. Demikian pula selalu ada jalan keluar dari aneka cobaan yang diujikan.

Tugas umat Islam khususnya warga Nahdlatul Ulama atau Nahdliyin untuk terus menebar optimisme. Pada saat yang sama juga hendaknya yakin bahwa Allah SWT senantiasa menjaga hamba sekaligus yakin akan ada hikmah dari cobaan yang ada.

Materi khutbah singkat ini dapat disampaikan di berbagai forum. Bisa kajian singkat agama usai shalat maktubah maupun pertemuan rutin lain. Semoga memberikan manfaat. (Redaksi) 

 

Khutbah I


 اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَمَرَناَ أَنْ نُصْلِحَ مَعِيْشَتَنَا لِنَيْلِ الرِّضَا وَالسَّعَادَةِ، وَنَقُوْمَ بِالْوَاجِبَاتِ فِيْ عِبَادَتِهِ وَتَقْوَاهُ


أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ مَنْ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ


اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحمَّدٍ أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ


أَمّا بَعْدُ فَيَاعِبَادَ الله، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى الله، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْم، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. يَا أَيُّهَا الّذين آمنوا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

 

Jamaah Muslimin Rahimakumullah 
Diberikan kesempatan untuk hadir di masjid ini merupakan nikmat yang harus disyukuri. Dengan demikian kita selalu percaya bahwa Allah SWT tiada pernah lepas melimpahkan kebaikan kepada kita. Karenanya, tidak ada pilihan lain bagi umat Islam kecuali terus meningkatkan syukur dengan antara lain meningkatkan takwallah. Pengejawantahannya adalah menjalankan yang diperintah dan menuahi yang dilarang.


Hadirin yang Berbahagia
Di tengah badai bencana alam yang terus datang, banyak masalah yang dihadapi masyarakat dunia, khususnya bangsa Indonesia. Di antaranya adalah masalah psikologis, seperti rasa takut, sedih, frustasi, keluh kesah, panik, tidak sabar, dan rasa duka berlebihan yang bisa menyebabkan orang berputus asa. Jika putus asa merasuki jiwa, maka musibah ini kering dari hikmah dan hampa makna. Laksana sayur tanpa garam, hambar tanpa rasa. Semua impian menjadi sirna dan kemudian cita dan harapan menjadi hancur lebur terbentur bencana alam. Sungguh putus asa merupakan sikap tercela, yang melemahkan semangat dan akal pikiran, menumbuhkan sikap pesimis, serta menghilangkan rasa percaya diri. Putus asa adalah perbuatan terlarang di dalam Islam. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Taala: Janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang kafir. (QS Yusuf: 87). 


Sebaliknya, mari kita lawan putus asa atau pesimisme dengan sikap sebaliknya, yakni menghadapi setiap keadaan dengan penuh harapan. Langit tak selamanya mendung, musim tak selamanya kemarau, dan hidup tak selamanya tangis dan duka nestapa. Adakalanya langit tampak cerah, musim panen akan tiba, dan sengsara pun berakhir dengan kebahagiaan. Jika jiwa optimis terpatri maka rahmat Allah akan datang menyapa kita. Secara psikologis, optimisme mengajarkan keyakinan untuk mencapai hasil yang lebih baik, pantang menyerah, serta berpikir positif dalam mengatasi kesulitan dan permasalahan. Bersikap optimis berarti menjauh dari stres, fobia, dan depresi, serta bahaya stroke. Ia tidak mudah kagetan dengan musibah yang menimpa. Orang yang optimis akan lebih mudah berdamai dengan keadaan, percaya diri, berpikir positif, penuh kesadaran diri, dan tangguh menghadapi masalah. Umat Islam yang optimistis akan semangat berjuang, dan menjadikan ibadah dan doa sebagai senjata ampuh untuk meraih hidup yang lebih baik. 


Jamaah Rahimakumullah
Dalam Islam, sikap optimis biasa disebut raja’ atau harapan, yakni perasaan penuh harap akan surga dan berbagai kenikmatan lainnya, sebagai buah dari ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Raja’ termasuk akhlakul karimah yang bermanfaat dalam mempertebal iman, mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, dan mendatangkan rahmat-Nya. Raja’ merupakan sikap mental optimis dalam memperoleh karunia dan nikmat Allah yang disediakan bagi hamba-hamba-Nya yang salih. 


Hujjatul Islam Imam al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumiddin juz X halaman 139 menjelaskan: 


 الرجاء هوارتياح القلب الا نتظار ما هو محبوب عنده


Artinya: Raja’ ialah keinginan hati untuk menunggu apa yang disukai. 


Menurut Ibnul Qoyyim dalam Madarijus-Salikin bahwa orang-orang yang mengerti telah bersepakat bahwa raja’ tidak akan sah kecuali jika dibarengi dengan amalan. Oleh karena itu, tidaklah seseorang dianggap mengharap apabila ia tidak beramal. Hal ini berdasarkan firman Allah SWT: 


 قُلْ إِنَّمَآ أَنَا۠ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَىٰٓ إِلَىَّ أَنَّمَآ إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَٰحِدٌ ۖ فَمَن كَانَ يَرْجُوا۟ لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَٰلِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدًۢا


Artinya: Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang salih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya. (QS Al-Kahfi: 110). 


Dengan demikian, raja’ kepada Allah SWT akan tercapai dengan beberapa hal. Pertama, senantiasa menyaksikan karunia-Nya, kenikmatan-Nya, dan kebaikan-kebaikan-Nya terhadap hamba-Nya. Kedua, jujur dalam mengharap pahala dan kenikmatan ada di sisi Allah. Ketiga, membentengi diri dengan amal salih dan bergegas dalam kebaikan.


Sedangkan menurut Imam al-Ghazali, raja’ atau optimis itu bisa diraih dengan dua hal, yakni mengambil i’tibar atau pelajaran dari setiap kejadian dan mempedomani ayat-ayat Al-Qur’an yang dapat membangun optimisme. Salah satu firman-Nya yang perlu dipedomani adalah: 


 قُلْ يَٰعِبَادِىَ ٱلَّذِينَ أَسْرَفُوا۟ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا۟ مِن رَّحْمَةِ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ


Artinya: Katakanlah: Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Az-Zumar: 53) 

 

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah 

Di dalam ajaran Islam banyak cara agar kita bisa optimis dalam menjalani kehidupan, khususnya di tengah pandemi ini. Di dalam QS Insyirah atau kelapangan, Allah memberikan solusi agar kita terhindar dari sikap putus asa, dan serta merta memiliki sikap optimis dalam menata kehidupan kita. 

 

Artikel diambil dariKhutbah Jumat: Memupuk Optimisme selama Pandemi

 

Menurut KH M Quraish Shihab, surat Al-Insyirah menegaskan bahwa setelah segala daya dan upaya dilakukan, barulah berserah diri diperlukan. Di sisi lain, usaha saja tidak cukup, melainkan harus dibarengi dengan doa dan harapan yakni optimis kepada Allah. Kedua hal tersebut selalu menghiasi pribadi setiap muslim, karena betapapun kuatnya, potensi manusia tetaplah terbatas. Hanya harapan tercurah kepada Allah yang dapat menjadikan ia bertahan menghadapi hempasan ombak kehidupan yang terkadang tak mengenal kasih.


Demikian Surat al-Insyirah ini memulai ayat-ayatnya dengan menggambarkan anugerah ketenangan jiwa yang telah diperoleh Nabi Muhammad serta diakhiri dengan petunjuk yang dapat menghantarkan seseorang guna memperoleh ketenangan itu, terutama di tengah badai pandemi ini. Dengan membangun sikap optimis niscaya kita akan mendapatkan rahmat dan kebahagiaan dalam menjalani kehidupan yang fana ini.


  بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. إِنَّهُ هُوَ البَرُّ التَّوَّابُ الرَّؤُوْفُ الرَّحِيْمُ

 

Khutbah II 


الحمد للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِيْ إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا


أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ


اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مَجِيْبُ الدَّعَوَاتِ. اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ ودَمِّرْ أَعْدَآئَنَا وَأَعْدَآءَ الدِّيْنِ وأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلاَءَ وَالْوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتْنَةِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنا إِنْدُوْنِيْسِيَا خَآصَّةً وَعَنْ سَائِرِ الْبُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَآمَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ اللهم أرنا الحق حقاً وارزقنا اتباعه وأرنا الباطل باطلاً وارزقنا اجتنابه. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ


عِبَادَ اللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَآءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْئَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكم، وَلَذِكرُ اللهِ أَكْبَرُ


 


Khutbah Terbaru