• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 29 Maret 2024

Madura

Banser Pragaan Adakan Tahlil untuk Kasatkornas Banser Alfa Isnaeni

Banser Pragaan Adakan Tahlil untuk Kasatkornas Banser Alfa Isnaeni
Tahlilan dikhususkan kepada Kasatkornas Banser, Alfa Isnaeni. (Foto: NOJ/Firdausi)
Tahlilan dikhususkan kepada Kasatkornas Banser, Alfa Isnaeni. (Foto: NOJ/Firdausi)

Sumenep, NU Online Jatim

Sejak Kasatkornas atau  Kepala Satuan Koordinasi Nasional Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Alfa Isnaeni meninggal Rabu (11/3). Warga NU kehilangan sosok ikhlas yang selalu menjadi garda depan dalam menjaga Islam Ahlussunnah wal Jamaah dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

 

Tak terkecuali bagi keluarga besar Banser Pragaan, Sumenep. Karenanya, Selasa (17/3) malam, semua anggota berkumpul di kediaman Ketua Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Pragaan guna menggelar tahlil mendoakan kepergian sang pejuang Banser tersebut.

 

Tampak hadir dalam kegiatan tersebut Ketua MWCNU Pragaan KH Ahmad Junaidi Muarif, Wakil Ketua, Ach Subiri Karim, Pembina Banser KH Hayatul Islam, Ketua Pimpinan Anak Cabang Ansor Pragaan Moh Qudsi, Kasatkorcab Banser Sumenep Nauvan Hammam, dan utusan Banser setiap ranting, diiringi kelompok shalawat religi albanjari Nasyidul Muhibbin Lesbumi NU Pragaan.

 

Acara dibuka dengan pembacaan tahlil dipimpin KH Junaidi Muarif, dilanjutkan mauidlah hasanah. 

 

Dalam wejangannya KH Junaidi mendoakan agar Banser diakui sebagai santri KH M Hasyim Asyari dan terus didoakan husnul khatimah bersama keluarga. Beliau meminta juga agar Banser semakin aktif dan mencintai NU.

 

"Saya aktif di NU sudah 25 tahun. Kita selaku warga NU sejak dulu mencintai Islam dan Pancasila," katanya.

 

Dirinya bercerita bahwa sekitar tahun 1982 saat mondok di Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-guluk, diminta gurunya KH Amir bin Ilyas mengantarkan surat kepada Kiai Abdullah Bangkalan. Bolak balik korespondensi surat dalam dua pekan antara Sumenep dan Bangkalan. 

 

"Saya tidak pernah membuka surat, dan tidak pernah tahu apa isi surat tersebut. Ternyata, belakangan saya tahu KH Amir Ilyas dan Kiai Abdullah adalah peserta Munas Alim Ulama di Situbondo tahun 1983 untuk membicarakan hal penting penerimaan asas tunggal Pancasila,"  ujarnya mengenang masa remajanya bersama sang guru.

 

Disampaikan bahwa dalam soal Pancasila, maka kiai di daerah Sumenep berembuk sedemikian penting. Hal tersebut seakan memberikan pesan betapa komitmen nasionalisme kiai pesantren. 

 

Dijelaskan pula kisah Kiai Sidogiri yakni Mas Nawawi bin Nurhasan, yang menginisiasi tambahan tali pada lambang gambar bumi NU. Tali yang dibuat tidak terlalu kendor dan tidak terlalu kencang, dan Mas Nawawi juga meminta pengurus urunan membiayai kegiatan NU. 

 

"Itu dilakukan ulama dan kiai terdahulu, litauhidi sufufiyyatil ulama yakni untuk menyatukan barisan langkah ulama," urainya.

 

Selanjutnya, Banser yang berkumpul  bersepakat untuk mengadakan pertemuan bulanan dengan bergiliran untuk mengeratkan perjuangan di Pragaan.

 

Kontributor: Firdausi
Editor: Ibnu Nawawi
 


Editor:

Madura Terbaru