• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Minggu, 28 April 2024

Madura

Kemerdekaan Indonesia, Gus Kikin: Ulama NU Mobilisasi Umat Islam Lawan Penjajah

Kemerdekaan Indonesia, Gus Kikin: Ulama NU Mobilisasi Umat Islam Lawan Penjajah
Gus Kikin sampaikan materi pada saat Tadarus Pemikiran KH M Hasyim Asy’ari. (Foto: NOJ/Firdausi)
Gus Kikin sampaikan materi pada saat Tadarus Pemikiran KH M Hasyim Asy’ari. (Foto: NOJ/Firdausi)

Sumenep, NU Online Jatim
Ketua Pj Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, KH Abdul Hakim Mahfudz menegaskan, kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari peran pesantren. Munculnya Fatwa Jihad 11 September 1945, Resolusi Jihad 22 Oktober 1945, dan Fatwa Jihad 9 November 1945, mampu memobilisasi umat Islam yang begitu besar ke Surabaya. Semua itu ada peran ulama NU, salah satunya Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari.


Diceritakan, dalam kitab Risalah Ahlussunnah wal Jamaah alinea kedua bab I, disebutkan bahwa sejak tahun 1330 H banyak aliran baru masuk ke Indonesia yang membawa pemikiran yang bertentangan dan membingungkan umat Islam dan dikhawatirkan terjadi perpecahan antarumat Islam Indonesia. 


“Poin pentingnya adalah ada gerakan internasional yang masuk pada tahun 1912. Sejarah ini dibenarkan oleh peneliti asal Prancis yang menuliskan bahwa Islam terbagi menjadi 2, yaitu Islam Modernis dan Tradisionalis,” ujarnya saat mengisi acara Tadarus Pemikiran Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari yang dihelat oleh Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sumenep di Graha Al-Ikhlas Kemenag Sumenep.


Saat Turki Utsmani runtuh atas permainan Inggris dan Prancis, Raja Ibnu Saud mengambil alih pemerintahan usai menaklukkan Hijaz. Dari sanalah banyak organisasi baru membawa pemikiran ekstrem yang membuat perdebatan yang luar biasa. 


“Berhubung Mbah Hasyim sudah merencanakan kemerdekaan saat belajar di Makkah, beliau menanggapi gerakan Belanda yang memberlakukan ordonansi perkawinan dan guru-guru liar yang menganjar di serambi-serambi masjid. Ordonansi itu berimbas pada umat Islam,” ungkapnya sebagaimana ditonton di kanal Youtube TVNU Sumenep, diakses NU Online Jatim, Jumat (02/02/2024).


Atas dasar itulah, Mbah Hasyim sepakat membentuk satu wadah Federasi tahun 1935. Pada tahun 1937, ada 7 organisasi yang bergabung dalam Majelis Islam A’la Indonesia. Beberapa bulan kemudian, bertambah lagi 13 organisasi Islam. 


Pada tahun 1938 Majelis Islam A’la Indonesia, kata Gus Kikin, NU bergabung dan menjadi isyarah pada Belanda bahwa kekuatan ini tidak akan mampu ditahan. Melihat kekuatan besar itu, Ratu Wilhelmina menawarkan Mbah Hasyim sebagai mufti. Namun tawaran itu ditolak kendati utusan yang dikirim memasukkan anjing peliharaan ke ruang tamu atas perintah Mbah Hasyim.


“Untuk mensucikan najis mughallazah itu mudah. Beliau meminta memasukkan anjing ke teras rumah agar pembicaraannya tidak putus lantaran suara anjing yang menggonggong. Singkat cerita, Mbah Hasyim tidak mau bekerja sama. Bahkan jamaah haji diharamkan menggunakan kapal Belanda. Sikap itu membuat Belanda tidak memiliki kekuatan,” tuturnya.


Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang ini menyatakan bahwa pada tahun 1990-an, NU sudah memiliki memiliki pasukan hizbullah, sabilillah, dan mujahidin yang melawan pemerintah Inggris dan Belanda yang kala itu menjadi pemenang Perang Dunia ke-2.


Kendati pasukan NU tidak terlatih di bidang kemiliteran, perang tak terelakkan. Di bawah koordinasi ulama, banyak santri dari berbagai pesantren datang ke Surabaya. Indonesia yang diancam akan diratakan dengan tanah dalam waktu 3 hari, kenyataannya hanya mampu mendesak pasukan santri keluar dari Surabaya selama 100 hari.


Gus Kikin mengajak kepada audien untuk mengambil ibrah. Karena pasca dijajah belanda selama 3,5 abad lamanya. Tidak ada satupun menimbulkan kerusakan tradisi, budaya dan peradaban. Itu semua berkat ikhuwah yang dibangun oleh ulama.


Sebagaimana dawuh Habib Umar bin Hafidz, khilafah ada 2 macam. Pertama khilafah dzahiriyah yang berupa bangunan, dan sejenisnya. Kedua khilafah batiniyah yang mewariskan peradaban, keilmuan yang dinikmati hingga saat ini, meninggalkan pemikiran keilmuan dan norma agama yang menjadi tanggung jawab untuk menyampaikannya pada generasi selanjutnya.


“As’ad Syihab penulis biografi tokoh besar yang memberitakan perjuangan Islam sampai ke luar negeri harus diteruskan oleh gerasi milenial. Bayangkan, saat dikejar Belanda lantara mewartakan peperangan, ia lari ke Makkah, dan wafat di Lebanon. Buku yang ditemukan di Lebanon menceritakan sejarah perjuangan di masa itu yang kemudian diterjemahkan oleh Gus Mus. Masih ada fragmen sejarah yang mestinya dikupas lagi, semoga benar-benar nyata,” harapnya.


Madura Terbaru