• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 25 April 2024

Madura

Lajnah Falakiyah Annuqayah Kunjungi Observatorium Griya Antariksa

Lajnah Falakiyah Annuqayah Kunjungi Observatorium Griya Antariksa
Keberadaan fasilitas di OGA Yogyakarta. (Foto: NOJ/GTm)
Keberadaan fasilitas di OGA Yogyakarta. (Foto: NOJ/GTm)

Sumenep, NU Online Jatim
Pada saat liburan pesantren tiba, pengurus Lajnah Falakiyah Annuqayah (LFA) Guluk-guluk, Sumenep tidak tinggal diam. Pasalnya, sehari setelah para santri sudah berada di rumah masing-masing, pengurus LFA kembali mengadakan kegiatan dalam rangka memperdalam lebih jauh tentang seluk beluk ilmu astronomi (ilmu falak). Tidak hanya teori, juga mempraktikkan di berbagai instrumen.

Kegiatan ini bertajuk silaturahmi dan kunjungan belajar ke Observatorium Griya Antariksa (OGA) Daerah Istimewa Yogyakarta, Ahad (11/04/2021). Kegiatan ini melibatkan 30 santri yang meliputi pengurus, anggota, dan alumni LFA.

Setelah sesi perkenalan, acara dilanjutkan dengan bincang-bincang tentang seluk beluk ilmu astronomi. Sebagai pembicara yaitu Mutoha Arkanuddin selaku Direktur OGA.

Mengawali penjelasannya, Pak Mutoha sapaan akrabnya menjelaskan sejarah pendirian OGA di Yogyakarta.

 

"OGA adalah  konsep rumah tangga dengan fasilitas belajar ilmu astronomi sebagai basis klub astronomi yang berdiri pada tahun 2006," katanya.

Selanjutnya, ia juga memaparkan terkait dengan instrumen falak yang telah dimiliki OGA Yogyakarta.

"Di rumah ini ada yang namanya observatorium, planetarium, galeri peralatan, galeri poster, aneka teleskop, ruang pelatihan, kedai roket, gerai peroketan," jelas mantan pengurus Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU) Yogyakarta itu.

Tak sampai di situ, dirinya juga memberikan penjelasan terkait sejarah adanya ilmu Astronomi ini.

 

"Astronomi sebagai ilmu yang tertua, sebagaimana diketahui dari artifak astronomis yang berasal dari era prasejarah, misalnya monumen dari Mesir dan Nubia, atau Stonehenge yang berasal dari Britania," terangnya.

Menurutnya, orang yang hidup di awal peradaban seperti Babilonia, Yunani, Tiongkok, India, dan Maya juga didapati telah melakukan pengamatan yang metodologis atas langit malam. Akan tetapi meski memiliki sejarah panjang, astronomi baru dapat berkembang menjadi cabang ilmu pengetahuan modern melalui penemuan teleskop.

"Astronomi kadang disebut sebagai ilmu bintang atau ilmu falak, adalah cabang ilmu alam yang meneliti benda langit seperti bintang, planet, komet, dan lainnya. Juga meneliti fenomena alam yang terjadi di luar atmosfer bumi, misalnya radiasi latar belakang kosmik,"
imbuh pria yang pernah menjadi anggota bidang hisab rukyat Kemenag RI.

Ilmu ini secara pokok mempelajari berbagai sisi dari benda-benda langit seperti asal usul, sifat fisika/kimia, meteorologi, gerak dan benda-benda yang menjelaskan pembentukan dan perkembangan alam semesta.
 

Setelah acara bincang-bincang selesai, dilakukanlah praktik mengoperasikan alat-alat falak berupa teleskop, astrolab, dan sebagainya.

Di kesempatan yang sama, Hamdan selaku Ketua LFA memberikan keterangan terkait maksud kedatangannya ke OGA. Dirinya mengatakan bahwa tujuan dari kegiatan adalah menambah wawasan dan pengetahuan anggota tentang ilmu falak secara komprehensif.

"Di samping itu juga sebagai media silaturrahim dan mengasah skill mereka ketika terjun langsung saat disiplin ini di pesantren atau di rumahnya masing-masing," katanya.

Di lain pihak, Lukmanul Hakim selaku Sekretaris LFA memberikan komentar terhadap program kerja ketika liburan pesantren.

"Kunjungan belajar ini adalah salah satu dari serangkaian kegiatan LFA ketika liburan. Setelah ini, kita akan pergi lagi untuk melakukan rukyatul hilal 1 Ramadan 1442 H di tempat LP2IF rukyatul hilal Indonesia (RHI) Yogyakarta. Juga nanti ada agenda webinar falak
online, kalibrasi arah kiblat di rumah pengurus, dan lain sebagainya." pungkas santri Pondok Pesantren Annuqayah daerah Lubangsa itu.

 

Editor: Syaifullah


Editor:

Madura Terbaru