• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 29 Maret 2024

Madura

Santri Ideal Berakhlak Mulia dan Berilmu Luas

Santri Ideal Berakhlak Mulia dan Berilmu Luas
Kajian kesantrian yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Nurul Huda Desa Pakamban Laok, Selasa (27/10/2020). (Foto: NOJ/ Firdausi).
Kajian kesantrian yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Nurul Huda Desa Pakamban Laok, Selasa (27/10/2020). (Foto: NOJ/ Firdausi).

Sumenep, NU Online Jatim

Animo nahdliyin dalam memeriahkan Hari Santri 2020 terus menggeliat dan didengungkan di berbagai pesantren dan Lembaga Pendidikan Islam (LPI).

 

Seperti halnya pengurus Mejelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Pragaan yang tak henti-henti menuntaskan agenda tahunannya. Yakni kajian kesantrian yang bertepatan dengan Maulid Nabi Muhammad SAW. Kali ini yang disapa adalah para santri Pondok Pesantren Nurul Huda Desa Pakamban Laok, Selasa (27/10/2020).

 

K Abd Warits Anwar selaku pengasuh menyatakan dalam sambutannya bahwa ini merupakan pembekalan bagi santri yang akan berlibur hingga satu pekan ke depan. Wakil Rais MWCNU Pragaan tersebut mengingatkan pada santri bahwa di tengah pandemi santri harus mematuhi protokol kesehatan saat melalui liburan di rumahnya masing-masing.

 

"Saat liburan, sikap kesantrian atau identitas santri wajib dipertahankan. Ibarat ikan laut yang tetap segar dan tidak terasa asin walaupun hidup di lingkungan air asin. Begitu pun sebaliknya, ikan yang sudah mati lalu direndam dalam wadah yang berisi air asin maka ikan tersebut akan terasa asin,” ungkapnya..

 

Menurutnya, ibarat tersebut bisa diqiyaskan pada sosok santri. Jika pribadi atau jiwa kesantrian kokoh maka akan memberikan manfaat pada lingkungannya. Sebaliknya jika kepribadiannya mati maka akan terbawa arus dalam jurang kemaksiatan.

 

Pada saat yang sama, ustadz Mudzakki selaku ketua pengurus pesantren berterimakasih pada NU sebagai pesantren besar bahwa konstribusinya bisa meringankan beban pesantren seperti kegiatan Bahtsul Masail, pengembangan koperasi, studi banding, dan kegiatan lainnya.

 

"Berkat hadirnya NU di lingkungan pesantren, hubungan pesantren dan NU akan terus terjalin serta bergandengan tangan untuk li i'la kalimatillah," ungkapnya.

 


 

Kajian Kesantrian

K Hambali Makhtum selaku Sekretaris MWCNU Pragaan menegaskan bahwa identitas santri adalah selalu ikhlas dalam melakukan apapun.

 

"Kesederhanaan santri harus tampak di mata masyarakat, seperti cara berpakaian, mandiri, santun dan lainnya. Contoh tersebut bagi santri hal yang lumrah karena sudah terbiasa dilakukan saat nyantri di pesantren,” ujarnya.

 

Di kesempatan yang berbeda, KH Asy'ari Khatib juga menjelaskan bahwa ciri-ciri santri adalah berakhlak karimah dan berilmu luas.

 

Wakil Ketua MWCNU Pragaan tersebut menjelaskan bahwa akhlakul karimah adalah sifat yang paling utama dimiliki oleh seorang santri. Sekalipun tidak pernah mondok tapi kualitas akhlaknya baik maka ia pantas mendapat predikat santri. Begitu pun sebaliknya jika ada anak yang mengenyam ilmu pengetahuan di pesantren tapi sikapnya tidak menjadi uswatun hasanah maka ia belum cukup dikatakan santri.

 

"Ingat, modal utama santri adalah akhlakul karimah," sargasnya.

 

Tak sampai disitu, yang dikatakan santri harus memiliki ilmu yang luas. Karena santri harus menjawab beragam tantangan di masyarakat, baik di bidang agama, ekonomi, sosial, hukum, kebudayaan, dan politik kebangsaan.

 

Tenaga pendidik Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk tersebut mengutarakan bahwa saat santri dinyatakan lulus lalu dipercayai menjadi kiai kampong, maka disanalah tempat kembalinya kebaikan seperti halnya kehidupan pesantren.

 

"Masyarakat adalah tempat kedua setelah mengenyam ilmu. Maksudnya, santri wajib mengamalkan ilmunya di lingkungannya masing-masing," terangnya.

 

Selanjutnya, walaupun dipercayai menjadi seorang penceramah, imam tahlil, talqin, mensucikan dan mengkafani jenzah, pengobatan dengan air ruqiyah, bahkan menjadi pawang hujan. Maka santri harus siap mengabdi. "Semuanya tidak lepas dari peran kiai kampong. Inilah alasan utama mengapa santri dididik pesantren agar menjadi sosok yang siap pakai,” pungkasnya.

 

Acara dipusatkan di mushalla Nurul Huda dan dihadiri oleh jajaran pengurus MWCNU, Lembaga, dan Badan Otonom NU.

 

Editor: Romza


Editor:

Madura Terbaru