‘Virus’ Hoaks Masih Tinggi di Medsos, Berikut ‘Vaksinnya’
Kamis, 10 Juni 2021 | 21:00 WIB
Romza
Kontributor
Surabaya, NU Online Jatim
Salah satu mudahnya kabar bohong atau hoaks beredar karena cepatnya perkembangan teknologi informasi yang tak diimbangi dengan budaya literasi. Perpaduan antara literasi yang rendah dan akses ke media sosial semakin tinggi menimbulkan ‘virus’ infromasi. Maka dibutuhkan ‘vaksin’ sebagai upaya pencegahan agar tidak terpapar virus tersebut.
“Otomatis kalau melihat itu sebagai sebuah virus maka kita sebagai penggunanya harus divaksin dengan memahami literasi digital, bernalar kritis, dan menguatkan pondasi nilai-nilai kehidupan," kata Presidium Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), Anita Hayatunnufus atau Anita Wahid dilansir NU Online, Kamis (10/06/2021).
Anita menjelaskan, pengguna sosial media harus menyadari bahwa masifnya pergerakan informasi dipengaruhi oleh pergeseran posisi individu yang semula hanya konsumen berubah menjadi pembuat sekaligus penyebar yang mengonsumsi informasi itu sendiri.
Setidaknya terdapat dua sisi dari kebebasan membuat informasi. Sisi positifnya adalah menguntungkan siapapun untuk membagi dan menerima informasi secara cepat, namun sisi lain memberi peluang bagi orang-orang berkepentingan mendulang keuntungan dengan menyebar konten yang kurang baik.
"Motivasinya beragam. Ada yang memang bertujuan menebar kebencian. Ada juga yang ingin mengeruk keuntungan finansial. Bahkan ada juga yang berawal dari sebuah keisengan," jelasnya.
Tentang literasi digital bukan sekadar cakap dalam penggunaannya saja tetapi juga harus dibarengi dengan etika yang bisa memberi kenyamanan kepada setiap penggunanya.
Menurut Anita, ada beberapa kompetensi yang wajib dipahami dalam berliterasi digital yaitu, kompetensi informasi, kompetensi kolaborasi-komunikasi, kompetensi etika, dan kompetensi keamanan.
"Kesemuanya itu masih menjadi pekerjaan rumah bagi permasalahan literasi digital di Indonesia yang tidak merata," tuturnya.
Ia juga mengatakan, sasaran kabar bohong atau hoaks adalah sisi emosi setiap manusia. Ia menuturkan, karena emosi itulah yang menjadikan seseorang tidak sadar bila mereka termakan kabar bohong atau hoaks yang beredar di masyarakat.
"Emosi kita dimanipulasi sedemikian rupa supaya begitu membacanya kita ada perasaan-perasaan tertentu yang muncul. Seperti curiga, marah, benci, dan khawatir itu semua yang sebetulnya membuat kita rentan terjebak ke dalam sebuah pengkubuan (polarisasi)," ungkap Anita.
Terpopuler
1
Profil Nyai Hj Djamilah Hamid Baidlowi, Ibunda Ning Jazil Ploso
2
Khutbah Jumat: Kisah Nabi Daud dan Ikhtiar Mencari Rezeki Halal
3
Dikenal Suka Menolong, Jamaah Haji Asal Sidoarjo Wafat di Pesawat
4
Rais Aam PBNU Difitnah, GP Ansor Surabaya Layangkan Surat Permohonan Tabayun
5
Batikmatika, Ciri Khas Kain Batik Buatan Universitas Islam Jember
6
PCNU Surabaya Laporkan Penceramah Buntut Dugaan Fitnah Rais Aam PBNU
Terkini
Lihat Semua