• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 29 Maret 2024

Metropolis

Bupati Jombang Kaget, Desa di Ngusikan Hanya Miliki Satu Masjid

Bupati Jombang Kaget, Desa di Ngusikan Hanya Miliki Satu Masjid
Bupati Jombang saat meresmikan Kampung Tangguh Semeru. (Foto: NOJ/JJ)
Bupati Jombang saat meresmikan Kampung Tangguh Semeru. (Foto: NOJ/JJ)

Jombang, NU Online Jatim
Jombang dikenal dengan Kota Santri. Sejumlah pesantren besar dan kecil tersebar di sejumlah desa hingga kecamatan. Bahkan ada empat pondok besar yang memiliki santri hingga puluhan ribu.

 

Namun di Desa Asemgede, Kecamatan Ngusikan, ternyata hanya memiliki satu masjid dan mushala. Padahal, menurut kepala desa setempat, jumlah penduduk sekitar 900 orang. 

 

Minimnya tempat ibadah itu diketahui saat Bupati Jombang, Hj Mundjidah Wahab bersama Forum Pimpinan Daerah atau Forpimda meresmikan Kampung Tangguh Semeru dan Kawasan Hutan Tangguh di desa tersebut pada Rabu (8/7) lalu.

 

Awalnya, dalam sambutannya Kepala Desa Asemgede, Lastinah menyampaikan bahwa desanya berada di ujung utara Kabupaten Jombang. Hal tersebut berbatasan langsung dengan Kabupaten Lamongan dan juga Kabupaten Mojokerto yang dikelilingi wilayah hutan dalam pengawasan KPH Perhutani Mojokerto.

 

“Jumlah penduduk di sini sekitar 900 orang dengan 6 RT, 2 RW, dan 292 KK serta jumlah wuwung sebanyak 240,” katanya di hadapan rombongan.

 

Di tengah sambutan, bupati bertanya kepada kepala desa tentang jumlah tempat ibadah. Lastinah menjawab bahwa hingga kini ada satu mushala dan satu masjid. Spontan bupati yang berada di podium kaget dengan jawaban itu.

 

“Satu masjid, satu langgar untuk orang 900. Mushala hanya satu, bagaimana ibadahnya? Cari lahan, saya buatkan mushala,” kata Mundjidah dalam bahasa Jawa.

 

Perempuan yang juga Ketua Pimpinan Cabang (PC) Muslimat NU Jombang tersebut sempat menyinggung pihak Perhutani KPH Mojokerto yang saat itu hadir untuk memberi hibah lahan pembangunan tempat ibadah di desa tersebut.

 

“Silakan cari lahan, syukur-syukur Perhutani memberi hibah. Silakan cari lahan, saya buatkan mushalanya,” ujar putri pendiri dan penggerak NU, KH Abdul Wahab Chasbullah tersebut.

 

Menurut Mundjidah, selain untuk jamaah shalat, mushala juga bisa digunakan kegiatan keagamaan lainnya. Seperti mengaji dan salawatan. “Mushala itu selain untuk jamaah, bisa buat yang lain. Bisa shalawatan, manaqiban, istighatsah, shalat jamaah, dan kegiatan lain,” tuturnya.

 

Mundjidah juga berharap, semua desa di derahnya menjadi desa yang tangguh. Yakni masyarakat patuh dan disiplin menjalankan protokol kesehatan untuk memutus rantai penyebaran Covid-19.

 

Dirinya menyampaikan, hendaknya yang tangguh tidak semata Desa Asem Gede. Bahkan semua desa diharapkan menjadi tangguh. Karena menurut pengamatan dari bagian penanganan Covid-19 dan kita semuanya, salah satu untuk memutus mata rantai penularan virus yakni disiplin karena kesadaran masyarakat.

 

“Kalau semuanya disiplin, sadar, tertib, Covid-19 tidak bakalan menjalar,” pungkasnya.

 

 

Diolah dari: https://www.jurnaljatim.com/2020/07/bupati-jombang-kaget-di-desa-ini-hanya-miliki-satu-musala-saja/


Editor:

Metropolis Terbaru