• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 26 April 2024

Metropolis

Di Balik Taman Bungkul Surabaya, Terdapat Makam Wali Allah

Di Balik Taman Bungkul Surabaya, Terdapat Makam Wali Allah
Makam Mbah Bungkul. (Foto: NOJ/detik)
Makam Mbah Bungkul. (Foto: NOJ/detik)

Surabaya, NU Online Jatim 
Selain taman kota di Tugu Pahlawan Surabaya, ada pula taman yang dijadikan tempat menghibur diri bersama keluarga dan handai taulan, yakni Taman Bungkul yang ada di Jalan Raya Darmo. 

 

Diketahui, taman tersebut terbuka setiap hari. Bahkan di area yang luasnya sekitar 900 meter itu menyediakan beberapa fasilitas. Pengunjung yang hendak menghirup udara segar di pagi hari, bisa bermain sepatu roda, sekateboard, mencicipi aneka kuliner, pijatan terapi kaki, tempat duduk yang melingkar luas di bundaran taman, dan beberapa spot foto. 

 

Rosiadi, warga Kapas Baru Surabaya mengatakan, jika malam Ahad area parkir dipenuhi sepeda motor dan mobil. Karena di malam itu dijadikan malam hiburan bagi kaum muda dan beberapa keluarga yang ingin melepas kepenatan. 

 

Tak hanya itu, para komunitas pecinta satwa, seperti pecinta ular, iguana, laba-laba, burung, musang, dan sejenisnya ikut serta meramaikan suasana, sehingga pengunjung meminta untuk berfoto selfie dengan mereka. 

 

"Seluruh pengunjung tidak dikenakan tarif saat masuk ke taman, hanya saja membayar uang karcis kendaraan saja," terangnya. 

 

Dijelaskan pula, bagi pengunjung yang tidak membawa bekal saat bersama keluarga, di seluruh pojokan dan area taman, banyak yang menjual kuliner dan minuman untuk mengisi perut yang sedang keroncongan. 

 

"Ingat, jaga kebersihan taman. Karena pengelola menyediakan banyak tempat sampah yang ada di setiap tempat, termasuk tersedianya toilet," tutur alumni Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan itu saat dikonfirmasi NU Online Jatim, Senin (04/07/2022).

 

Rosiadi menjelaskan bahwa, selain dijadikan tempat hiburan warga, di balik dinding atau belakang taman, banyak peziarah yang nyekar dan bedoa di area pemakaman Mbah Bungkul atau tokoh penyebar Islam di akhir kejayaan kerajaan Majapahit. 

 

"Katanya sih, disematkannya nama Bungkul karena jasadnya bungkul atau utuh. Nama aslinya Ki Ageng Supo seorang bangsawan Majapahit yang memeluk Islam dan mengubah namanya menjadi Ki Ageng Mahmuddin. Tetapi di daerah Pesisir Utara juga terdapat makam Empu Supo, seperti di Lamongan dan Tuban," urainya. 

 

Sampai detik ini, ia mengungkapkan tidak tahu kebenaran Empu Supo yang dikenal si pembuat pusaka. 

 

"Bahkan kami tidak tahu juga, kapan asal mula memeluk agama Islam. Tidak ada penelitian yang valid untuk mengupas sejarah tersebut, termasuk laqab nama Bungkul," tegasnya. 

 

Dalam lagenda, pohon delima yang ada di kompleks pemakaman acap kali dihubungkan dengan sayembara larung delima untuk mencari menantu. Nama putrinya Dewi Wardah yang ada di kompleks pemakaman itu. 

 

"Ada yang mengatakan, sayembara tersebut didapatkan Raden Paku atau Sunan Giri. Ada pula yang mengatakan menantunya Sunan Ampel. Entah mana yang benar. Pada intinya, seluruh pengunjung, wajib menjaga kesakralan taman Bungkul. Jangan kotori dengan perbuatan yang keluar dari norma," tandasnya. 


Metropolis Terbaru