• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 20 April 2024

Metropolis

Ditutup, AICIS 2023 Hasilkan Piagam Surabaya dan 6 Rekomendasi

Ditutup, AICIS 2023 Hasilkan Piagam Surabaya dan 6 Rekomendasi
Rumusan Surabaya Charter dibacakan Rektor UINSA Surabaya Ahmad Muzakki di auditorium kampus setemnpat. (Foto: NOJ/Panitia)
Rumusan Surabaya Charter dibacakan Rektor UINSA Surabaya Ahmad Muzakki di auditorium kampus setemnpat. (Foto: NOJ/Panitia)

Surabaya, NU Online Jatim

Hajatan Annual International Conference on Islamic Studies atau AICIS ke-22 yang digelar di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya menghasilkan rumusan Surabaya Charter atau Piagam Surabaya. Ada 6 rumusan yang disampaikan sebagai respons atas dinamika yang terjadi di masyarakat dan sebagai solusi Islam terhadap kedamaian.

 

Rumusan Surabaya Charter dibacakan Rektor UINSA Surabaya, Ahmad Muzakki di auditorium kampus setempat. Turut mendampingi saat pembacaan rekomendasi, Mohd Roslan bin Mohd Nor dari Malaysia, Eka Sri Mulyani (Guru Besar UIN Ar-Raniry Banda Aceh) dan pembicara kunci asing lain.

 

“Menolak penggunaan agama untuk kepentingan politik. Fenomena politik identitas, khususnya yang berbasis agama, harus ditolak keras,” tegas Ahmad Muzakki, Kamis (04/05/2023).

 

“Memelihara keberagaman dalam hidup berdampingan yang toleran dan damai yang menerapkan prinsip moderasi, kesetaraan dan keadilan beragama,” lanjutnya membacakan poin rekomendasi.

 

Ahmad Muzakki menjelaskan Surabaya Charter bertujuan menjawab tiga hal. Pertama, bagaimana agama di dunia yang berubah dengan cepat ini dapat berkontribusi untuk menyelesaikan krisis kemanusiaan. Kedua, bagaimana fikih bisa menjadi landasan bagi peradaban manusia yang menempatkan manusia sejajar satu sama lain. Ketiga, bagaimana fikih harus menjadi sumber hubungan dan koeksistensi antaragama yang toleran dan damai.

 

Jawaban itu tertuang dalam enam rekomendasi Piagam Surabaya, yaitu:

 

Pertama, rekontekstualisasi semua doktrin dan pemikiran keagamaan yang tidak sesuai dengan prinsip martabat manusia, kedamaian, dan keadilan. Kedua, menjadikan maqashid al-syariah (tujuan tertinggi hukum Islam) sebagai prinsip penuntun reformulasi fikih. Ketiga, definisi, tujuan dan ruang lingkup fikih harus didefinisikan ulang atas dasar integrasi pengetahuan Islam, ilmu sosial dan hak asasi manusia untuk mengatasi masalah kontemporer.

 

Selanjutnya, keempat, menafsirkan ulang semua doktrin fikih yang mengkategorikan dan mendiskriminasi manusia atas dasar agama atau etnis, seperti konsep kafir dzimmy dan kafir, atau memandang selain muslim sebagai tidak setara dan warga negara kedua. Kelima, menolak penggunaan agama untuk kepentingan politik. Fenomena politik identitas, khususnya yang berbasis agama, harus ditolak keras.

 

Keenam, memelihara keberagaman dalam hidup berdampingan yang toleran dan damai yang menerapkan prinsip moderasi, kesetaraan, dan keadilan beragama.

 

Untuk mengimplementasikan fikih sebagai sumber peradaban manusia, maka dituntut untuk menempatkan seluruh manusia sebagai mitra yang setara, bernilai dan aktif, bukan objek yang pasif.

 

"Semua pemimpin agama dan ulama memikul tanggung jawab membuat agama untuk kemanusiaan dan perdamaian," tandasnya.

 

AICIS berlangsung sejak 2 Mei 2023 di UIN Sunan Ampel Surabaya. Ajang ini dibuka oleh Menag Yaqut Cholil Qoumas dan ditutup oleh Wamenag Zainut Tauhid Sa’adi. Giat ini diikuti para akademisi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI). Forum ini menampilkan 180 paper pilihan yang terbagi menjadi 48 kelas paralel. Tema yang diangkat pada gelaran tahun ini adalah Recontextualizing Fiqh for Equal Humanity and Sustainable Peace

 

Selain diikuti para ahli fikih dari kalangan pesantren, forum ini juga menghadirkan cendekiawan muslim internasional. Hadir sebagai pembicara, antara lain: KH Yahya Cholil Staquf, Siti Ruhaini Dzuhayatin, Abdullahi Ahmed An Na'im (Amerika Serikat), Usamah Al-Sayyid Al Azhary (Universitas Al Azhar di Mesir), Muhammad Al Marakiby, (Mesir), Muhammad Nahe'i, Rahimin Affandi Bin Abdul Rahim (Malaysia), Mashood A. Baderin (Inggris), KH Afifuddin Muhajir, Şadi Eren (Turki), Tim Lindsey(Australia), Mohd Roslan bin Mohd Nor (Malaysia), dan Ning Allisa Qotrunnada Wahid.


Metropolis Terbaru