Malang, NU Online Jatim
Bertepatan dengan bulan Muharram, sudah umum bagi kaum muslimin untuk melakukan amalan-amalan sunnah seperti puasa asyura dan bersedekah kepada fakir miskin serta yatim piatu.
Achmad Dhofir Zuhri atau Gus Dhofir, Pengasuh Pesantren Luhur Baitul Hikmah, Malang menjelaskan bahwa hal terpenting dari sedekah bukan mengenai cara pemberiannya melainkan esensinya.
“Sedekah secara penulisan mirip dengan kata benar, jujur dan tulus dalam bahasa Arab. Maka sedekah harus dilakukan secara benar, jujur, serta tulus ketika memberikan,” jelasnya.
Kiai muda asal Gondanglegi, Malang ini mengatakan bahwa sedekah yang ditampakkan itu memiliki nilai positif. “Sedekah yang tampak bisa menginspirasi orang lain agar ikut bersedekah dan bisa jadi untuk menutupi fitnah,” katanya.
Ia mengingatkan untuk tidak menilai orang bersedekah secara gamblang atau mentah hanya melalui mata saja, tapi esensinya, maksud dan tujuan dari bersedekahnya yang perlu dinilai.
“Orang yang bersedekah secara terang-terangan belum tentu tidak ikhlas dan orang yang shadaqahnya tertutup dan sembunyi-sembunyi juga belum tentu ikhlas," ujar Kiai kelahiran 1984 ini.
Terlepas dari semua itu, menurut Gus Dhofir sedekah itu wajib. Sebab, kekayaan itu bisa menjerumuskan dan semua harta pasti ada sebagian milik fakir miskin dan anak yatim.
“Mari membiasakan bersedekah tanpa mengenal waktu atau tempat. Baik siang maupun malam, entah secara sembunyi-sembunyi atau terang-terangan. Karena sedekah apapun pasti akan dibalas oleh Allah SWT,” pungkasnya.
Penulis: Angta Maulana Firdau
