• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 20 April 2024

Metropolis

Gus Dhofir Zuhry Jelaskan Pentingnya Pola Berpikir dalam Hijrah

Gus Dhofir Zuhry Jelaskan Pentingnya Pola Berpikir dalam Hijrah
Gus Dhofir Zuhry. (Foto: NOJ/Salsabila)
Gus Dhofir Zuhry. (Foto: NOJ/Salsabila)

Surabaya, NU Online Jatim

Surah Al-Hasyr ayat 8 menjelaskan bahwa harta rampasan itu untuk orang-orang fakir yang berhijrah, terusir dari kampung halamannya dan meninggalkan harta bendanya demi mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya, serta demi menolong agama Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar. Dalam berhijrah, sudah sepatutnya untuk bersikap rendah dan tidak merasa sudah lebih baik dari orang lain juga merasa lebih pintar. 

 

Hal itu disampaikan oleh Gus Ach Dhofir Zuhry yang merupakan seorang Pengasuh Pesantren Luhur Baitul Hikmah, Malang melalui acara Live NU Online dalam Kajian Tafsir Tematik, Ahad (24/07/2022).

 

“Jika kita ingin berhijrah, kita harus siap untuk merasa bodoh terlebih dahulu yang kemudian nantinya kita bisa menjadi pintar. Dalam hal ini, kita harus merasa fuqara. Ketika kita semangat belajar dikarenakan merasa fakir, jika ingin mempunyai harta maka kita harus giat bekerja. Oleh karena itu, merasa fakir itu perlu,” katanya.    

 

Ia menjelaskan, bahwa di saat seseorang ingin berhijrah itu bukan sesuatu hal yang hanya sekedar dimaknai dengan pakaian, jenggot, dan lainnya. Karena hijrah yang sesungguhnya artinya berpindah dari cara berpikir, akhlak, kebiasaan berpindah dari segala hal yang kurang baik atau buruk dan nantinya akan menuju ke hal-hal yang lebih baik.   

 

“Seperti yang kita lihat, biasanya orang hijrah jika belum menggunakan cadar, celananya tidak cingkrang, dan itu belum dimaknai dengan hijrah. Dari hal tersebut, kita harus memahami bahwa hijrah tidak dengan segala atributif seperti pernak-perniknya saja. Contoh lain dalam kehidupan sehari-hari juga bisa kita lihat seperti yang sebelumnya kita tidak menyayangi sesama, tidak menghormati orang tua, yang akhirnya kita bisa menyanyangi dan bisa hormat kepada orang tua, dan hijrah dari yang tadinya malas belajar lalu jadi rajin belajar,” ungkapnya.  

 

Gus Dhofir menyampaikan, ketika seseorang ingin berhijrah maka lebih baik jika mengikuti sunnah nabi. Dalam hal ini sudah seharusnya seseorang tersebut mengikuti cara berpikir nabi karena pemikiran itu induk dari perbuatan yang akan dilakukan nantinya. 

 

“Bagaimana cara Nabi mempertemukan menyatukan kaum Muhajirin Anshar di Madinah itu karena kecerdasan dan cara berpikir nabi. Kemudian yang disenangi dalam sunnah nabi, selain cara berpikir yaitu cara berpakaian, cara makan, cara bertutur kata, dan hal tersebut sudah harusnya juga dipelajari. Jadi, hijrah dengan berbagai atribut seperti cara berpakaian memang penting tapi jauh lebih penting cara berpikir,” ujarnya.

 

Penulis: Salsabila


Metropolis Terbaru