• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 25 April 2024

Metropolis

Jaga Tradisi Pesantren, Lakpesdam NU Jatim Adakan Pelatihan Menulis

Jaga Tradisi Pesantren, Lakpesdam NU Jatim Adakan Pelatihan Menulis
Listiyo Santoso, Ketua PW Lakpesdam NU Jatim saat pelatihan menulis secara virtual, Sabtu (20/02/2021). (Foto: NOJ/ Abu Aman).
Listiyo Santoso, Ketua PW Lakpesdam NU Jatim saat pelatihan menulis secara virtual, Sabtu (20/02/2021). (Foto: NOJ/ Abu Aman).

Surabaya, NU Online Jatim

Pengurus Wilayah (PW) Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) Nahdlatul Ulama Jawa Timur menggelar pelatihan menulis secara virtual, Sabtu (20/02/2021). Kegiatan ini diadakan untuk menjaga tradisi literasi pesantren yang selama ini sudah terbangun dengan baik.

 

Listiyono Santoso mengatakan, pelatihan menulis adalah salah satu upaya melestarikan budaya literasi atau menulis. Khususnya bagi anggota Lakpesdam NU Jatim. “Kita akan sama-sama mencoba melahirkan penulis-penulis di Jawa Timur. Terutama, minimal di Lakpesdam. Baik di Lakpesdam PW Jawa Timur, maupun Lakpesdam cabang dan juga di kalangan santri maupun nahdliyin,” katanya.

 

Ketua PW Lakpesdam NU Jatim menuturkan, menulis dan membaca adalah tradisi turun temurun di pesantren. Dengan adanya pelatihan tersebut, sebagai bentuk usaha menjaga tradisi. Baik tulisan yang terkait sosial, politik, agama, dan lain-lainnya.

 

“Sehingga sebenarnya tradisi di pesantren, tradisi membaca dan menulis. Sehingga kita mencoba mengembangkan tradisi membaca menulis ini ke dalam konteks-konteks yang berhadapan dengan realitas sosial, politik dan keagamaan tertentu,” ungkapnya.

 

Pelatihan menulis kali ini bukan untuk jurnal, tetapi difokuskan terhadap cara menulis di media. Baik online ataupun cetak. Adapun tulisannya bisa berupa opini dan resensi yang sesuai dengan kebutuhan media.

 

“Memiliki arahnya, arahnya memang tidak hanya fokus ke jurnal ilmiah dan sebagainya. Tetapi menulis untuk kepentingan media massa. Bisa berupa opini, kemudian berupa resensi, dan juga bisa tulisan-tulisan lainnya yang memang diberikan ruang oleh media massa,” tutur dosen Universitas Airlangga (Unair) Surabaya tersebut.

 

Pak List sapaan akrabnya menguraikan, kalau media di Indonesia sejak lama memberikan kesempatan kepada penulis-penulis yang memiliki wacana dan ide yang aktual dan bagus untuk dimuat. Selain itu, tulisan yang berupa opini lebih mudah untuk dimuat di media massa, berbeda dengan tulisan ilmiah atau jurnal.

 

“Di Indonesia kan ada ratusan media massa, baik cetak maupun online. Itu sebenarnya memberikan ruang kepada pembaca untuk memberikan ide gagasan ke yang lain. Karena seringkali harus sahabat-sahabat ketahui, bahwa efek menulis opini sering kali lebih bisa menulis opini dari pada menulis jurnal,” katanya.

 

Penulis buku Epistemologi Kiri ini menyatakan, meskipun tulisan opini berbeda dengan jurnal, tetapi masih memiliki pijakan kepada teori-teori dan rujuakan-rujukan sebagai dasar berpendapat.  Bahkan juga menawarkan solusi yang solutif bagi pembaca.

 

 

“Tulisan opini resensi buku juga tulisan yang ilmiah. Karena disana tidak hanya kita bicara persoalan realita sosial, tetapi juga bagaimana perspektif teoritis terkait realitas itu. Solusi apa yang kita berikan kepada fenomena yang sedang terjadi,” pungkasnya.

 

Editor: Romza


Editor:

Metropolis Terbaru