Metropolis

KH Zawawi Imron Cerita Kekaguman Syeikh Mahmud Syaltut terhadap Indonesia

Senin, 22 Juli 2024 | 12:00 WIB

KH Zawawi Imron Cerita Kekaguman Syeikh Mahmud Syaltut terhadap Indonesia

KH Zawawi Imron saat di Universitas KH Abdul Chalim Pacet, Mojokerto. (Foto: NOJ/Boy Ardiansyah)

Mojokerto, NU Online Jatim

Penyair Asal Sumenep, Madura, KH Zawawi Imron menceritakan peritiwa penting yang diinisiasi oleh Ir. Soekarno tahun 1964 bersama dengan NU, Bung Karno menggelar acara Konferensi Islam Asia-Afrika (KIAA). Semua negara yang memiliki penduduk muslim diundang kecuali Israel. Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser mengutus Grand Syekh Al-Azhar, Mahmud Syaltut.


Hal tersebut diungkapkan saat Sosialisasi Empat Pilar Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Republik Indonesia (RI) di Universitas KH Abdul Chalim Pacet, Kabupaten Mojokerto, Sabtu (20/07/2024).


Karena Mesir negara yang gersang, sepanjang tempat dipenuhi lautan pasir. Saat di Indonesia Mahmud Syaltut terpesona dengan keindahan bumi Indonesia. Mahmud Syaltut lantas berujar kepada Bung Karno bahwa Indonesia adalah potongan surga yang diturunkan oleh Allah ke bumi.


“Orang yang mengamalkan Pancasila insya Allah masuk surga. Karena apa yang mendukung Bung Karno menciptakan Pancasila adalah para tokoh agama Islam,” ujarnya.


Kiai Zawawi menyebut, seperti contohnya ada KH Wahid Hasyim, Ki Hajar Dewantara, KH Mas Mansyur Surabaya, Agus Salim yang merupakan keponakan Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi dan Anwar Cokro Aminoto putra Raden Mas Haji Oemar Said Tjokroaminoto.


“Saya kamarin tanggal 09 Juli 2024 bersama mantan menteri agama Lukman Hakim dan Guruh Soekarno Putra mendapat anugrah Insan Pancasila dari pemerintah RI,” terangnya.


Diceritakan, KH Zawawi Imron pernah akan diberi gelar Doktor Honoris Causa (H.C) dari Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya saat rektornya KH Ridlwan Natsir. Namun ia menolak dan meminta untuk diberikan kepada orang yang lebih pantas. Namun untuk penghargaan anugerah


“Yang paling menarik saya ditanya kenapa mau menerima penghargaan insan Pancasila, Saya jawab, itu yang menerima bukan Zawawi Imron tapi yang menerima adalah anaknya ibu saya,” jelasnya.


Penyair yang membacakan puisi dalam acara Satu Abad NU di Gor Sidoarjo itu lantas mengutip sebuah filosofi Libanon. “Barang siapa dirinya tidak punya rasa keindahan, dia tidak akan bisa melihat ciptaan Allah sebagai suatu yang indah,” tandasnya.