• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 29 Maret 2024

Metropolis

Kiai Marzuki Mustamar Harap Kesejahteraan Marbot Masjid Kian Diperhatikan

Kiai Marzuki Mustamar Harap Kesejahteraan Marbot Masjid Kian Diperhatikan
KH Marzuki Mustamar pada Kajian Islam Ahlussunnah wal Jamaah atau Kiswah di mushalla PWNU Jatim. (Foto: NOJ/istimewa)
KH Marzuki Mustamar pada Kajian Islam Ahlussunnah wal Jamaah atau Kiswah di mushalla PWNU Jatim. (Foto: NOJ/istimewa)

Surabaya, NU Online Jatim
Mengapa banyak masjid dan mushalla berpindah pengelola? Dari yang awalnya beramaliyah Ahlussunnah wal Jamaah an-Nahdliyah berubah menjadi kelompok lain. Salah satunya karena kurang memperhatikan kesejahteraan para marbot.

 

Kalangan yang bertanggungjawab mengurus keperluan tempat ibadah, terutama yang berhubungan dengan kebersihan lingkungan dan syiar ini dari waktu ke waktu belum memperoleh perhatian yang menggembirakan.

 

“Menjadi marbot masjid dan mushalla itu berat,” kata KH Marzuki Mustamar, Sabtu (15/2) malam.

 

Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur tersebut tidak sependapat dengan sejumlah kalangan yang menyederhanakan tugas dan kewajiban marbot. Padahal tanggung jawab yang harus diemban demikian berat.

 

“Mereka harus menyiapkan segala keperluan sebelum masuk waktu shalat,” kata Kiai Marzuki saat mengisi Kajian Islam Ahlussunnah wal Jamaah atau Kiswah di mushala PWNU Jatim.

 

Belum lagi kalau di masjid atau mushalla masih dilakukan kajian atau kegiatan lain. Hal tersebut tentu saja membuat para marbot harus mengemasi peralatan setelah acara rampung. 

 

“Padahal para marbot juga masih harus bekerja dan beraktivitas seperti biasa,” jelas Pengasuh Pesantren Sabilurrosyad Kota Malang tersebut.

 

Ujian bagi keteguhan mereka semakin diuji manakala memasuki waktu shalat berikutnya. Yakni harus menyiapkan segala keperluan untuk shalat jamaah sebelum tetangga sekitar datang.

 

“Kalau kemudian kesejahteraan mereka tidak terjamin, bagaimana para marbot dapat menjaga masjid dan mushalla dengan baik?” kata Kiai Marzuki, balik bertanya.

 

Oleh sebab itu, dosen di Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang tersebut menyarankan agar takmir masjid maupun Nahdlatul Ulama setempat memikirkan hal ini.

 

“Kita memiliki Koin NU yang selama ini digunakan untuk membantu guru ngaji, fakir miskin, layanan kesehatan, dhuafa dan sejenisnya. Ada baiknya juga dipikirkan untuk memberikan tambahan kesejahteraan kepada marbot,” usulnya.

 

Bila mereka bisa mendapatkan income yang memadai, lanjut Kiai Marzuki, maka cerita soal masjid dan mushalla yang dikuasai kalangan lain tidak akan pernah terjadi. Bahkan karena keteguhan dan merasa memiliki, tidak sedikit yang menjaga jamaah masjid kendati tidak mempunyai pemasukan yang cukup.

 

“Mereka demikian tulus dan tidak rela masjid maupun mushala dikuasai kalangan lain. Karenanya, tidak berani ke luar kota untuk keperluan apapun demi memastikan masjid di kampungnya terjaga dengan baik,” pungkas Kiai Marzuki.

 

Editor: Syaifullah


Editor:

Metropolis Terbaru