Kisah dan Peran Mbah Wahab saat Penolakan NU di Tasikmalaya Jabar
Senin, 3 Februari 2025 | 20:00 WIB

Pendiri Komunitas Pegon, Ayung Notonegoro, saat sarasehan di Aula Kantor PCNU Sidoarjo, Ahad (02/02/2025). (Foto: NOJ/ Boy Ardiansyah)
Boy Ardiansyah
Kontributor
Sidoarjo, NU Online Jatim
Pendiri Komunitas Pegon, Ayung Notonegoro menceritakan peran KH Abd Wahab Chasbullah saat peristiwa NU ditolak di Tasikmalaya, Jawa Barat tahun 1930. Masyarakat Tasikmalaya menolak NU karena dianggap sama dengan Sarekat Rakyat yang berafiliasi dengan komunis.
“Penolakan ini cukup keras. Melihat kejadian ini, KH Abd Wahab Chasbullah menulis penjelasan di Swara Nahdlatoel Oelama, bahwa NU tidak sama dengan Sarekat Rakyat,” katanya pada ‘Sarasehan Kebangsaan NU dari Masa ke Masa’ di Aula Kantor Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sidoarjo, Ahad (02/02/2025).
Di majalah tersebut, lanjut Ayung, Mbah Wahab menegaskan NU bukan beraliran komunis. Menurut Mbah Wahab komunis adalah anti kapitalisme dan imperialisme. Kapitalisme yang dipahami oleh Mbah Wahab tidak sama dengan definisi kapitalisme saat ini yang berkaitan erat dengan hak milik.
“Oleh karena itu, anti kepitalisme adalah anti hak milik. Semua harus sama rasa sama rata, ini ditentang keras oleh KH Abd Wahab Hasbullah,” ucap pria kelahiran Banyuwangi itu.
Sementara anti imperialisme atau penjajahan bukanlah semata-mata penjajahan. Akan tetapi bentuk pemerintahan yang dilakukan oleh orang lain. Dalam pandangan Mbah Wahab, imperialisme boleh saja diterapkan asalkan memiliki asas keadilan. Siapapun boleh manjadi pemimpin asal memberi keadilan kepada rakyat.
“Pemahaman seperti itulah yang menjadi alasan fundamental bagi NU tidak pernah berseberangan dengan negara. NU tidak pernah mempermasalahkan siapa saja pemimpinnya, asalkan memberikan kemaslahatan untuk rakyat Indonesia,” terangnya.
Ayung menyebutkan, pandangan ulama dan kiai NU yang demikian berasal dari ajaran Ahlussunnah wal Jamaah atau Aswaja. Ia pun menjelaskan tujuan NU berdiri berdasarkan sumber majalah Swara Nahdlatoel Oelama No 1 Tahun 1 Muharram 1346 H.
“Saat itu belum ada anggaran dasar, karena anggaran dasar baru ada tahun 1929. Tujuan NU berdiri adalah untuk perkenalan dan menghubungkan para ulama pesantren penganut salah satu dari madzhab empat,” katanya.
Alasan lainnya ialah untuk mengetahui buku yang beredar di pesantren dan madrasah, apakah sesuai atau tidak dengan madzhab empat. “Upaya untuk menyebarkan Islam bermadzhab juga menjadi alasan berdirinya NU,” pungkasnya.
Terpopuler
1
5 Keistimewaan Pelaksanaan Haji Akbar
2
Viral Grup Facebook Fantasi Sedarah, Fatayat NU Minta Pemerintah Usut Tuntas
3
Ketua PW GP Ansor Jatim Ungkap Mimpi Burdah Sebelum Lantik Pengurus Sumenep
4
GP Ansor di Bangkalan Dirikan BUMA dan Resmikan Angkringan
5
Pemberangkatan KBIHU NU An-Nahdliyah, Jamaah Haji Diminta Fokus Ibadah dan Jaga Kesehatan
6
GP Ansor Sumenep Periode 2024-2028 Resmi Dilantik, Siap Kolaborasi dengan Forkopimda
Terkini
Lihat Semua