• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 29 Maret 2024

Metropolis

Langgar Dukur Kayu, Tempat Kongkow Aktivis NU Tempo Dulu

Langgar Dukur Kayu, Tempat Kongkow Aktivis NU Tempo Dulu
Langgar Dukur Kayu yang berada di kawasan Kampung Lawang Seketeng, Peneleh, Genteng, Surabaya. (Foto: Sindonews)
Langgar Dukur Kayu yang berada di kawasan Kampung Lawang Seketeng, Peneleh, Genteng, Surabaya. (Foto: Sindonews)

Surabaya, NU Online Jatim
Sebagai kota Pahlawan, Surabaya memiliki banyak cerita tentang kisah heroik perjuangan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan. Jejak-jejak perjuangan pun terus digali oleh masyarakat dan pemerintah untuk memperkuat jati diri sebagai Kota Pahlawan.

 

Salah satunya yaitu Langgar Dukur Kayu. Langgar kuno berdinding kayu sisik ini berdiri di tengah-tengah perkampungan padat penduduk, tepatnya di Kampung Lawang Seketeng, Kelurahan Peneleh, Kecamatan Genteng, Surabaya. Langgar seluas 39 meter ini konon didirikan oleh beberapa ulama yang berdiam di kampung Lawang seketeng pada tahun 1893 silam.

 

Entitas sejarah pendirian langgar itu dibuktikan oleh sebuah prasasti bertuliskan bahasa Arab yang ada di mimbar langgar. Dalam bahasa Jawa, tulisan Arab tersebut berbunyi "Awitipun jumeneng puniko langgar tahun 1893 sasi setunggal". Artinya bangunan ini didirikan pada tahun 1893 bulan pertama.

 

Selain itu, juga ada sejumlah peninggalan kuno yang ada didalam langgar. Ada sebuah Al-Quran bertuliskan tangan di setiap lembarnya terdapat stempel air kerajaan Hindia-Belanda. Di atas langgar juga ditemukan sebuah tongkat mimbar menyerupai pusaka tombak. Jika dikasih minyak, ujung tombak keluar pamornya seperti lengkukan huruf Arab.

 

Pada dinding langgar kayu terpajang sebuah pigura pembingkai lembaran bertuliskan rumusan ilmu falak. Lembaran ini mencatat jadwal shalat dan jadwal hari besar umat Islam. Lembaran lainnya yang cukup kuno yakni catatan ilmu tahun masehi. Grendel atau kunci pintu langgar pabrikan Belanda pun masih utuh dengan mereknya.

 

Ketua Kelompok Sadar Wisata Kampung Sejarah Lawang Seketeng (Pokdarwis), Andri Adi Kusumo menuturkan, pada zaman kolonial lantai bawah Langgar Dukur Kayu ini adalah tempat berkumpulnya para pejuang, pemuda-pemuda Ansor dan pemuda dari Partai Nahdatul Ulama. Di tempat itu pula, HOS Cokroaminoto berunding dengan tokoh bangsa lainnya saat zaman penjajahan.

 

"Plakat Partai NU masih menempel utuh di lantai bawah langgar," kata dia sebagaimana dilansir Sindonews.

 

Andri menceritakan, Presiden RI pertama Soekarno semasa masih kecil juga pernah belajar mengaji di lantai bawah Langgar Dukur Kayu. Salah satu guru ngaji Soekarno kecil yaitu Mbah Pitono yang makamnya berada di gang III tidak jauh dari langgar.

 

"Mbah Pitono ini dipercaya masyarakat adalah guru ngaji Bung Karno semasa kecil," kata dia.

 

Langgar Dukur inipun telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota Surabaya sebagai bangunan cagar budaya pada tanggal 10 Nopember 2019. Dalam keseharian, langgar masih dipergunakan mengaji, shalat, tarawih dan pengajian. Apabila ada hajatan, di lantai bawah selalu dipakai tahlil, yasin hingga latihan hadrah.

 

"Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, pada saat ini kegiatan-kegiatan itu terus dilakukan. Ke depan, tetap kami adakan kearifan lokal yang ada di kampung ini," pungkas Andri.
 

Editor: Syaifullah


Editor:

Metropolis Terbaru